Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

3 Kesalahan Maskot Asian Games 2018

30 Desember 2015   23:11 Diperbarui: 31 Desember 2015   03:28 10522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="DRAWA, Maskot Asian Games 2018. | Sumber: Official @AsianGamesXVIII"][/caption]Belum berumur seminggu di launching, maskot Asian Games 2018 langsung ditanggapi negatif oleh masyarakat media sosial. Alasan dan komentarnya pun bermacam-macam. Tidak sedikit juga yang memberikan respon positif dengan anggapan bahwa bagus dan jelek itu sangat relatif. Bagaimana sebaiknya masalah maskot ini dikaji?

[caption caption="Salah satu contoh "cita rasa" estetika di sebuah kantor bupati. (Foto milik @motulz)"]

[/caption]

Ini masalah proses, bukan hasil desain akhir

Tidak sedikit teman-teman saya menanyakan tanggapan atau pendapat saya. Apalagi saya termasuk pihak yang lantang dan tegas bahwa maskot ini gagal dan tidak cakap untuk digunakan dalam hajatan besar sekelas Asian Games. Menurut saya masalah terbesar dari kasus maskot ini adalah PROSES-nya, bukan sekedar HASIL dari desain maskotnya, seperti apa? Berikut uraian saya.. (pribadi lho :) any comment? please)

1. Brief

Dalam proses desain, brief atau lembar permintaan dari klien adalah hal yang sangat penting. Sebagai seorang desainer, ia tidak cukup jika hanya pandai menjawab brief namun harus pandai pula membaca dan memahami brief. Seringkali desainer salah menafsirkan brief yang akhirnya tidak memenuhi kebutuhan klien. 

Untuk kasus maskot ini, saya penasaran dengan: siapa pembuat brief maskot ini? Kenapa harus begitu banyak memasukan elemen di dalam maskot? Kenapa harus ada elemen Pencak Silat? Burung Cendrwasih? Bukankah acara ini berlangsung di Jakarta dan Palembang? Apa argumennya? apa konsepnya? Bagi saya pertanyaan-pertanyaan ini penting karena di sinilah awal mula sebuah desain diciptakan. Saya curiga, jangan-jangan pembuat brief-nya pun orang dalam? dibuat dengan begitu banyak "pesanan visual" demi memenuhi "agar bapak senang" ?

2. Proses

Bagaimana cara mudah menilai sebuah karya? karya desain misalnya? Yaitu dengan mengetahui prosesnya. Yaitu misalnya sejauh mana proses sebuah desain itu berjalan? Dari perjalanan proses desain maka di situ akan muncul argumen, alasan, referensi, dan konsep. Perkara HASIL desainnya terlihat jelek atau norak, itu bisa jadi relatif. Akan tetapi siapa yang bisa membantah jeleknya sebuah desain jika dilalui dengan proses panjang dalam desainnya?

Di sinilah saya menjawab komentar yang mengatakan bahwa si Drawa (maskot Asian Games 2018) ini tidak jelek karena jelek atau bagus itu relatif. Ya bisa jadi relatif jika memang proses pembuatan Drawa itu terbuka dan bisa diakses oleh publik proses dibalik pembuatan desainnya. Nilai sebuah karya kan bukan cuma dari hasilnya melainkan juga prosesnya. 

Ingat dengan atribut desain Olimpiade London 2012? Ingat betapa atribut dan maskot Olimpiade London dicemooh oleh begitu banyak masyarakat Inggris? Tapi apakah akhirnya tumbang? Tidak...! kenapa? ya karena tim pembuatnya memiliki segudang argumen dan proses. Yang ketika olimpiade itu berakhir, baru pada sadar betapa desain atribut olimpiade ini sangat mencitrakan gagasan yang futuristik yang sangat keren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun