Mohon tunggu...
Moshrefa Siti
Moshrefa Siti Mohon Tunggu... Pengajar dan Owner Madumongso Pelangi Rizqy -

Berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen || Secangkir Kopi

6 Maret 2019   04:54 Diperbarui: 6 Maret 2019   11:28 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : KompasLifestyle.Com

Annisa dan Fajar adalah pasangan suami istri yang sudah menikah selama kurang lebih 4 tahun. Kegiatan annisa sehari-hari hanyalah seorang ibu rumah tangga. Karena memang suaminya tak membolehkan annisa untuk bekerja, dengan alasan supaya annisa bisa ngurus sang ibu yang sudah tua dan sakit-sakitan. 

Sedangkan fajar adalah seorang pengusaha furniture sukses yang mempunya 25 karyawan dan hampir tiap hari tak pernah sepi orderan baik dari dalam kota maupun luar kota. Sehingga keseharian fajar lebih banyak ia habiskan di lokasi pengolahan kayu yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya.

Ia berangkat pagi sekitar pukul 08.00 sampai malam menjelang tidur baru pulang. Sebenarnya para pekerja sudah pulang pukul 16.30 namun karena tipe fajar yang tidak mudah percaya dengan orang, sehingga bagian pembukuan, melayani orderan terutama via online masih ia kerjakan sendiri. Sehingga tak jarang fajar sampai kerja lembur di akhir bulan. Dengan segala kesibukan fajar yang menyita waktu, tak ayal kondisi ini terkadang membuat annisa merasa kesepian apalagi dia belum dikaruniai momongan.

Malam itu akhir dari bulan februari. Angin bertiup agak kencang, di langit sesekali menyilaukan pancaran lampu gemebyar bak  kembang api dimalam tahun baru. Namun tahun baru telah berlalu, annisa sadar sebentar lagi akan turun hujan. 

Petir-petir agak lirih terdengar jauh di ufuk timur dan semakin mendekat. Tiba-tiba terfikir olehnya untuk megunjungi suami yang lagi lembur di tempat usaha. Dalam benaknya terfikir suami pasti suka jika dia berkunjung sambil di bawakan kopi dan payung sebagai persiapan nanti kalau turun hujan.  

Sebelum berangkat annisa melihat kondisi ibu mertuanya yang lagi tidur, "sepertinya ibu pules sekali tidurnya, biar aku tinggal sebentar gak papa kali yaa. Kasian mas fajar nanti kalau hujan gak bisa pulang payungnya semua di rumah". 

Dibawalah setremos kopi dan snack sebagai pendamping cemilannya. Annisa menuju lokasi dengan berjalan kaki. Di tengah jalan tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, langkah kaki annisa dipercepat sambil berlar-lari kecil agar segera sampai tujuan.

Pintu kantor terbuka, terlihat suami sedang duduk dikursi namun badannya telungkup dimeja. Annisa pikir dia mungkin ketiduran. Perlahan dia mendekati suami tanpa suara dengan maksud memberi surprice. Semakin mendekat tiba-tiba annisa mendengar suara orang ngobrol dengan nada lirih, dia penasaran siapa sih yang lagi bercakap?..

"Iya sayang,,, jangan khawatir nanti aku kasih,,," Annisa mendengar percakapan dari arah suaminya. Namun dia masih tidak percaya jika suara suaminya. Semakin medekat percakapan itu semakin jelas "Iya ya sayang jangan khawatir.." annisa bener-bener tidak percaya. Seketika pandangan annisa terasa agak kabur dan badan terasa lemas seakan mau pingsan. Namun dia menahan sekuat tenaga, agar tidak dicurigai. Terasa amat sakit, hancur berkeping-keping tak tersisa itulah gambaran hati annisa saat itu. Dia benar-benar tak percaya dan tak menyangka jika kesetiaan, kepatuhan dan ketaatannya selama ini di balasnya dengan pengkhianatan.

Sambil berpegangan pintu, annisa menyapa suaminya. "Mas fajar..." seketika fajar yang awalnya santai telungkup di atas meja langsung berdiri dan sangking kagetnya sampe hp nya terlempar jatuh pas di depan annisa. Di dalam hp masih terdengar suara perempuan memanggil dengan sebutan beb yang berarti  sayang.

Dipungutlah hp nya oleh annisa, dan langsung diberikan pada si fajar. "Ini mas.." dengan muka bingung dan tanpa kata apapun diterimalah hp dari genggaman annisa. Annisa duduk dan menawarkan kopi yang dia bawa dari rumah. 

Annisa hanya diam seribu bahasa, mengharap penjelasan dan kata maaf keluar dari mulut suaminya. Sambil menuangkan kopi pada cangkir annisa bergumam sendiri "jika aku tahu cintamu sepahit ini, aku gak akan memberi gula pada kopimu biar kamu tahu aslinya rasa kopi seperti aslinya kepribadianmu". Kenapa dek? Tanya si fajar."Gak apa-apa mas, ini kopinya".

Suasana romantic kencan berdua yang dibayangkan annisa berubah menjadi canggung dan penuh kekakuan. "Mas aku mau pulang dulu." Fajar tak menghentikan niat annisa untuk pulang. Dia hanya diam dan diam. Melihat diamnya fajar membuat annisa semakin geram.  Annisa pulang tanpa permisi ataupun cium tangan seperti yang biasa ia lakukan ketika hendak pergi.

Di tengah jalan, air mata annisa bercucuran tak mampu lagi terbendung. Demi orang tuanya apapun yang terjadi annisa tak pernah meminta cerai pada suaminya. Ia hanya Kecewa, hancur dan sakit yang tersisa. Luka itu terpatri membeku yang akhirnya menjadi dendam dan merubah kepribadian annisa. 

Dia yang awalnya sangat menjaga pergaulan terutama dengan lawan jenis, kini annisa berubah menjadi perempuan yang lebih berani pada siapapun tak terkecuali pada laki-laki. Ia tak memperdulikan omongan orang terkait perubahannya. Yang dia cari hanya rasa nyaman dan kesenangan, dia berpikir ngapain menjaga diri sekuat tenaga kalau suaminya saja berbuat curang di belakangnya.

Suatu ketika hp annisa tergeletak di meja ruang tamu, hp berdering dengan kencangnya namun suara kran di dapur membuat annisa tak mendengar. fajar kebetulan lewat dan melihat panggilannya, di situ tertera nama hendra sedang memanggil. 

Dalam otak fajar penuh tanda tanya "siapa hendra?" dia biarkan saja suarapanggilan itu, namun setelah panggilan berhenti masuklah sebuah pesan yang tertera atas nama hendra juga. fajar semakin penasaran dan akhirnya dibukalah pesan dari si hendra "dek jangan lupa makan, mag kamu nanti kambuh lagi lhooo. Jam satu nanti jalan-jalan yuk mumpung aku lagi free gak ada kerjaan." 

Fajar benar-benar sadar kalau istrinya kini bukanlah annisa yang dulu. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia ingat bagaimana annisa saat mengetahui dirinya berselingkuh annisa hanya diam dan tak marah. Bagaimanapun juga, fajar dalam hatinya merasa tidak terima dengan sikap annisa. 

Fajar ke dapur dan memperlihatkan pesan dari laki-laki yang bernama hendra. "Dek hendra itu siapa?" sambil menarik tangan annisa yang sedang mencuci piring. Dengan santai annisa menjawab " Dia orang yang memperhatikanku dan peduli pada perasaanku. Bukan lak-laki seperti kamu yang hanya mempermainkan perasaannku.padahal kamu tahu bagaimana pengorbananku.  Aku rela tidak mengejar karierku, aku rela tinggal di sini bersamamu tidak memilih tinggal di rumah yang di buatkan orang tuaku, bahkan aku rela menjadi pengasuh ibumu yang saki-sakitan. Tapi kenpa kamu hianati aku?" 

Dengan muka murka dan nada bicara yang takter kontrol lagi akhirnya fajar hanya bisa diam dan bilang satu kata "Maaf.." sambil meneteskan air mata fajar mengucap kata maaf pada annisa. 

"Dek semua belum terlambat, ayo kita mulai semua dari awal. Baiklah aku mengaku kalau aku salah, dan keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan. Aku ingin kita buka lembaran baru dengan saling memaafkan, bismillah kita buat komitmen kalau kita akan saling menjaga perasaan dan harga diri kita demi anak-anak kita kelak, demi masa depan kita kelak. Karena tak akan ada kebahagiaan yang haqiqi kecuali jika kita taat pada apa yang Tuhan perintahkan. 

Fajar meraih lembut ke dua tangan annisa dan diciumnya. Annisa pun tak kuat menahan bahagia, dengan berlinangan air mata dia memeluk fajar erat sembari dalamhatinya tak henti-hentinya bersyukur kini suaminya telah kembali. Hendra sendiri sebenarnya bukanlah selingkuhannya annisa. Dia hanya kakak tingkat waktu kuliah dulu. 

Tepatnya kakak tingkat yang menjadi pengagum annisa, namun annisa tak pernah menerima cintanya. Karena dalam kamus annisa tidak ada kata pacaran, yang ada hanya ta'aruf dan menikah. Dan pada saat itu hendra mengaku belum siap karena belum bekerja. Sebelum kesiapan hendra datang, orang tua annisa menjodohkan dia dengan fajar.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun