Mohon tunggu...
M osama Ergi setiawan
M osama Ergi setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa pintar, ganteng dan keren serta berbakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Neorealisme, Apakah Benar yang Terbaik???

29 September 2024   11:24 Diperbarui: 29 September 2024   11:29 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Neorealisme, atau realisme struktural, adalah teori dalam hubungan internasional yang dikembangkan oleh Kenneth Waltz. Berbeda dengan perspektif realisme klasik yang berfokus pada sifat alamiah dasar manusia. Para pemikir realisme  memandang kekuasaan merupakan objek utama sehingga perlu diutamakan dan dimaksimalkan oleh suatu negara atau individu teori ini menekankan bahwa perilaku negara dipengaruhi oleh struktur sistem internasional yang bersifat anarkis.

Dalam sistem ini, tidak ada otoritas pusat, sehingga negara harus berkompetisi untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional. Neorealisme berfokus pada distribusi kekuatan antara negara-negara, di mana kekuatan militer dan ekonomi menjadi faktor utama. Negara bertindak secara rasional, dengan tujuan mengoptimalkan posisi mereka dalam menghadapi ancaman. Neorealisme menawarkan pandangan yang berbeda dibandingkan teori lainnya, seperti liberalisme dan konstruktivisme.

Neorealisme memiliki pengaruh besar dalam teori dan praktik Hubungan Internasional dengan memperkenalkan pendekatan yang menekankan pentingnya struktur anarkis sistem internasional, distribusi kekuasaan, dan peran negara sebagai aktor utama. Pandangan ini telah membentuk cara berpikir banyak pemimpin dunia, ilmuwan, dan diplomat dalam memahami keamanan, kekuatan, dan perilaku antarnegara. Melalui konsep-konsep seperti balance of power, security dilemma, dan skeptisisme terhadap institusi internasional, neorealisme memberikan kerangka analisis yang sangat berguna dalam memahami konflik global dan dinamika kekuasaan antarnegara.

Neorealisme, meskipun memiliki pengaruh besar dalam studi hubungan internasional, tetapi Neorealisme tidak luput dari kritik di dunia Internasional berikut beberapa kritik bagi ideologi Neorealisme.

1. Pengabaian Faktor Non-Struktural

Neorealisme sangat menekankan pada struktur sistem internasional dan distribusi kekuatan, tetapi sering di kritik karena mengabaikan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi perilaku negara. Misalnya, ideologi, budaya, dan identitas nasional sering kali memainkan peran penting dalam kebijakan luar negeri. Kritikus berargumen bahwa tanpa mempertimbangkan elemen-elemen ini, analisis neorealis dapat menjadi terlalu sempit dan tidak mencerminkan realitas kompleks dalam hubungan internasional.

2. Simplifikasi Perilaku Negara

Neorealisme berasumsi bahwa semua negara bertindak secara rasional untuk mengejar kepentingan nasional mereka. Kritik terhadap pandangan ini mencatat bahwa perilaku negara tidak selalu dapat dijelaskan dengan logika rasional. Faktor emosional, keputusan yang didasarkan pada persepsi, dan dinamika domestik dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri, tetapi sering diabaikan dalam kerangka neorealisme.

3. Kurangnya Penjelasan tentang Kerjasama

Sementara neorealisme berfokus pada persaingan dan konflik, ia sering kali gagal menjelaskan fenomena kerjasama internasional yang ada. Banyak organisasi internasional dan perjanjian multilateral yang menunjukkan bahwa negara-negara dapat bekerja sama demi kepentingan bersama. Kritikus berpendapat bahwa neorealisme tidak cukup menjelaskan bagaimana dan mengapa negara memilih untuk berkolaborasi meskipun dalam sistem anarkis.

4. Keterbatasan dalam Menghadapi Perubahan

Neorealisme cenderung statis dan tidak responsif terhadap perubahan signifikan dalam hubungan internasional, seperti globalisasi, perkembangan teknologi, dan isu-isu transnasional (seperti perubahan iklim dan terorisme). Teori ini sering kali gagal untuk mempertimbangkan bagaimana fenomena baru ini mengubah dinamika kekuasaan dan interaksi antarnegara.

5. Pandangan Pesimis

Pendekatan neorealis sering kali dipandang pesimis, memandang konflik sebagai hal yang tak terhindarkan dalam hubungan internasional. Sikap ini dapat mengabaikan potensi untuk diplomasi, negosiasi, dan pembangunan perdamaian. Kritikus berargumen bahwa pendekatan ini bisa membuat analisis dan respons terhadap konflik menjadi kurang inovatif dan lebih reaktif.

Kritik-kritik ini menunjukkan bahwa meskipun neorealisme memberikan pemahaman yang kuat tentang kekuatan dan konflik dalam hubungan internasional, ia memiliki keterbatasan yang signifikan. Hal ini mendorong pengembangan teori alternatif seperti liberalisme dan konstruktivisme, yang mencoba mengatasi beberapa kelemahan neorealisme dengan menekankan pentingnya kerjasama, norma, dan konteks sosial dalam analisis hubungan internasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun