Setelah didapat sel dengan sitoplasma berwarna ungu dibawah mikroskop, sel tersebut dihitung sebelum ditetesi larutan gula. Tahap selanjutnya dibuat larutan gula untuk konsentrasi 5% sampai 40% dengan masing-masing volume air sebanyak 100 ml.Â
Kemudian ditaruh tissue di ujung sisi cover glass preparat (bertujuan untuk menyerap air), diteteskan 1-2 tetes larutan gula menggunakan pipet tetes di sisi lain cover glass preparat.Â
Ini dilakukan satu preparat akan diteteskan dengan satu konsentrasi larutan gula. Saat menetesi tersebut, diamati perubahan yang terjadi pada sel Rhoeo discolor melalui lensa okuler mikroskop.Â
Pengamatan dilakukan setiap menit ke-5, ke-10, ke-15, sampai menit ke-20. Terakhir dihitung persentase sel terplasmolisis dengan rumus sebagai berikut.
Persentase sel yang terplasmolisis = (Jumlah sel yang terplasmolisis/Jumlah sel seluruhnya) x 100%
Plasmolisis pada sel tumbuhan terjadi jika sel dimasukkan kedalam larutan yang lebih pekat (hipertonik) terhadap sel tersebut maka air dalam sel akan terhisap keluar yang ditandai dengan lepasnya protoplasma dari dinding sel.Â
Selain konsentrasi larutan, waktu juga mempengaruhi persentase sel yang terplasmolisis dimana semakin lama waktu perendaman maka semakin banyak sel yang lisis sehingga persentase plasmolisis juga semakin besar.
Dari percobaan yang dilakukan didapat bahwa sel epidermis daun Rhoeo discolor yang diteteskan dengan larutan gula mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.Â
Plasmolisis dapat terjadi pada lingkungan dengan molaritas yang tinggi, dan durasi yang lebih lama akan memperparah tingkat plasmolisis sel.Â
Cairan berwarna ungu keluar dari sel melalui membran sel terjadi karena sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonis terhadap cairan sel (konsentrasi sel yang besar), akibatnya cairan keluar dari vakuola dan menyebabkan vakuola menyusut.Â