Mohon tunggu...
Morina Wati
Morina Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

PENDIDIKAN BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Yuk, Ketahui Terjadinya Plasmolisis pada Daun Rhoeo Discolor

17 Mei 2022   11:16 Diperbarui: 30 November 2022   10:32 42553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyiram tanaman. (sumber: SHUTTERSTOCK/MAKISTOCK via kompas.com)

Halo, apa kabar semua? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya.

Pada kali ini kita akan membahas mengenai peristiwa plasmolisis pada tumbuhan khususnya pada daun Rhoeo discolor. 

Sebagaimana kita ketahui bahwa plasmolisis adalah proses lepasnya protoplasma dari dinding sel karena keluarnya sebagian air dari vakuola. 

Jika sel tumbuhan dimasukkan kedalam larutan yang hipertonik terhadap sel tersebut maka air dalam sel akan terhisap keluar atau berpindah ke lingkungan sehingga menyebabkan sel mengkerut. 

Namun jika sel dimasukkan kedalam larutan yang hipotonik terhadap sel tersebut maka air akan masuk lebih cepat daripada yang keluar sehingga sel akan membengkak dan pecah.

Dalam membandingkan dua larutan, jika konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi pelarut maka disebut dengan larutan hipertonik. 

Sebaliknya, jika konsentrasi zat terlarut lebih rendah dibandingkan konsentrasi pelarut maka disebut dengan larutan hipotonik.

Untuk mengamati proses terjadinya plasmolisis pada daun Rhoeo discolor dapat dilakukan dengan suatu percobaan. 

Pada percobaan plasmolisis ini, dilakukan menggunakan daun Rhoeo discolor dengan bagian yang digunakan adalah irisan tipis daun yang berwarna ungu (bagian epidermis sel daun Rhoeo discolor). 

Kemudian irisan daun diletakkan di atas object glass dengan ditetesi air biasa menggunakan pipet tetes dan ditutup menggunakan cover glass, lalu diamati dibawah mikroskop. 

Setelah didapat sel dengan sitoplasma berwarna ungu dibawah mikroskop, sel tersebut dihitung sebelum ditetesi larutan gula. Tahap selanjutnya dibuat larutan gula untuk konsentrasi 5% sampai 40% dengan masing-masing volume air sebanyak 100 ml. 

Kemudian ditaruh tissue di ujung sisi cover glass preparat (bertujuan untuk menyerap air), diteteskan 1-2 tetes larutan gula menggunakan pipet tetes di sisi lain cover glass preparat. 

Ini dilakukan satu preparat akan diteteskan dengan satu konsentrasi larutan gula. Saat menetesi tersebut, diamati perubahan yang terjadi pada sel Rhoeo discolor melalui lensa okuler mikroskop. 

Pengamatan dilakukan setiap menit ke-5, ke-10, ke-15, sampai menit ke-20. Terakhir dihitung persentase sel terplasmolisis dengan rumus sebagai berikut.

Persentase sel yang terplasmolisis = (Jumlah sel yang terplasmolisis/Jumlah sel seluruhnya) x 100%

Sel normal. Sumber gambar : hasil pengamatan kelompok
Sel normal. Sumber gambar : hasil pengamatan kelompok
Plasmolisis pada sel tumbuhan terjadi jika sel dimasukkan kedalam larutan yang lebih pekat (hipertonik) terhadap sel tersebut maka air dalam sel akan terhisap keluar yang ditandai dengan lepasnya protoplasma dari dinding sel. 

Selain konsentrasi larutan, waktu juga mempengaruhi persentase sel yang terplasmolisis dimana semakin lama waktu perendaman maka semakin banyak sel yang lisis sehingga persentase plasmolisis juga semakin besar.

Sel mengalami plasmolisis. Sumber gambar : hasil pengamatan kelompok
Sel mengalami plasmolisis. Sumber gambar : hasil pengamatan kelompok

Dari percobaan yang dilakukan didapat bahwa sel epidermis daun Rhoeo discolor yang diteteskan dengan larutan gula mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. 

Plasmolisis dapat terjadi pada lingkungan dengan molaritas yang tinggi, dan durasi yang lebih lama akan memperparah tingkat plasmolisis sel. 

Cairan berwarna ungu keluar dari sel melalui membran sel terjadi karena sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonis terhadap cairan sel (konsentrasi sel yang besar), akibatnya cairan keluar dari vakuola dan menyebabkan vakuola menyusut. 

Membran sel yang semipermeabel, sel akan menyerap nutrisi (bersama dengan penyerapan air) jika molaritas larutan pada lingkungannya adalah lebih rendah daripada molaritas cairan di dalam sel. 

Tim : Morina Wati, Krisdayani Panjaitan, Ratna Sari Dewi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun