Mohon tunggu...
Morentalisa Hutapea
Morentalisa Hutapea Mohon Tunggu... -

Graduated from University of Indonesia, currently working in Institute for Essential Services Reform (IESR)as regional advocacy officer. Passionate in human right issues, regionalism in Southeast Asia, energy, governance and poverty and development. | Please, feel free to visit my blog, www.morentalisa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

FPI, Kekerasan, Pendidikan, dan Pekerjaan

18 Juni 2012   04:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:51 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Collier, motivasi untuk mendapatkan ‘akses terhadap sumber daya ekonomi’ cukup kuat untuk menggerakkan massa melakukan kekerasan. Selain itu tak jarang anggota kelompok yang direkrut adalah mereka yang memang tak punya akses kepada dunia pendidikan, tak punya lapangan pekerjaan serta memiliki struktur ekonomi yang rendah di dalam masyarakat. Tak ada pendidikan dan pekerjaan yang memadai membuat mereka menjadi amat rentan untuk dimobilisir. Di beberapa kasus, mereka yang terlibat menurut Collier secara nyata memiliki motivasi pragmatis seperti   kalkulasi untung rugi serta perhitungan akan potensi kesejahteraan ekonomi di masa yang akan datang.

Jika kita menggunakan dua kaca mata tersebut untuk melihat kekerasan yang terjadi di sekitar kita, tentu kita akan berakhir dengan dua pendekatan yang berbeda untuk untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sen menekankan tentang pentingnya sebuah perubahan paradigm, yang didukung oleh sistem pendidikan dan kemasyarakatan yang baik dan menekankan pada pluralitas identitas. Sementara Collier tidak secara gamblang menekankan pada sebuah solusi namun t pada akhirnya dia menyimpulkan secara sederhana bahwa  pendidikan dan pekerjaan (sumber penghasilan) menjadi dua hal penting yang dapat memberikan jawaban bagi aksi kekerasan.

Lalu kembali ke FPI, saya rasa akan menarik jika ada seseorang atau institusi yang memiliki kapasitas untuk memetakan tingkat pendidikan dan kesejahteraan dari anggota FPI. Dari sana kita bisa menilik dan menilai apakah pendapat Sen dan Collier bisa dibenarkan secara statistik dan scientific. Saya pribadi memang belum pernah meneliti hal tersebut, namun saya menebak bahwa  tingkat pendidikan dan kesejahteraan mereka tidaklah di atas rata-rata masyarakat Indonesia.

Selesai dari sana, maka kita akan masuk pada pertanyaan pendidikan dan pekerjaan macam apa? Pendidikan ala kadarnya dengan guru yang mengajar seperdelapan hati jelas tak bisa masuk hitungan sebagai bagian dari solusi. Dibutuhkan pendidikan yang berkualitas dan memberi tekanan tentang pemaknaan pluralitas dalam hidup kemasyarakatan. Pun demikian dengan pekerjaan. Pekerjaan yang mengangkat kemanusiaan adalah sebuah pelabuhan yang dituju oleh setiap individu. Kita semua menginginkan pekerjaan yang tetap memanusiakan kita. Berikan itu pada mereka, dan mereka punya sejuta alasan untuk meninggalkan kekerasan.

Absurd? Yah, namanya juga tulisan absurd di tengah malam :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun