Menurut Collier, motivasi untuk mendapatkan ‘akses terhadap sumber daya ekonomi’ cukup kuat untuk menggerakkan massa melakukan kekerasan. Selain itu tak jarang anggota kelompok yang direkrut adalah mereka yang memang tak punya akses kepada dunia pendidikan, tak punya lapangan pekerjaan serta memiliki struktur ekonomi yang rendah di dalam masyarakat. Tak ada pendidikan dan pekerjaan yang memadai membuat mereka menjadi amat rentan untuk dimobilisir. Di beberapa kasus, mereka yang terlibat menurut Collier secara nyata memiliki motivasi pragmatis seperti   kalkulasi untung rugi serta perhitungan akan potensi kesejahteraan ekonomi di masa yang akan datang.
Jika kita menggunakan dua kaca mata tersebut untuk melihat kekerasan yang terjadi di sekitar kita, tentu kita akan berakhir dengan dua pendekatan yang berbeda untuk untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sen menekankan tentang pentingnya sebuah perubahan paradigm, yang didukung oleh sistem pendidikan dan kemasyarakatan yang baik dan menekankan pada pluralitas identitas. Sementara Collier tidak secara gamblang menekankan pada sebuah solusi namun t pada akhirnya dia menyimpulkan secara sederhana bahwa pendidikan dan pekerjaan (sumber penghasilan) menjadi dua hal penting yang dapat memberikan jawaban bagi aksi kekerasan.
Lalu kembali ke FPI, saya rasa akan menarik jika ada seseorang atau institusi yang memiliki kapasitas untuk memetakan tingkat pendidikan dan kesejahteraan dari anggota FPI. Dari sana kita bisa menilik dan menilai apakah pendapat Sen dan Collier bisa dibenarkan secara statistik dan scientific. Saya pribadi memang belum pernah meneliti hal tersebut, namun saya menebak bahwa  tingkat pendidikan dan kesejahteraan mereka tidaklah di atas rata-rata masyarakat Indonesia.
Selesai dari sana, maka kita akan masuk pada pertanyaan pendidikan dan pekerjaan macam apa? Pendidikan ala kadarnya dengan guru yang mengajar seperdelapan hati jelas tak bisa masuk hitungan sebagai bagian dari solusi. Dibutuhkan pendidikan yang berkualitas dan memberi tekanan tentang pemaknaan pluralitas dalam hidup kemasyarakatan. Pun demikian dengan pekerjaan. Pekerjaan yang mengangkat kemanusiaan adalah sebuah pelabuhan yang dituju oleh setiap individu. Kita semua menginginkan pekerjaan yang tetap memanusiakan kita. Berikan itu pada mereka, dan mereka punya sejuta alasan untuk meninggalkan kekerasan.
Absurd? Yah, namanya juga tulisan absurd di tengah malam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H