KABUPATEN Tapanuli Tengah (Tapteng), Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh orang muda. Saat dilantik 24 Mei 2017 lalu, usia Bakhtiar Ahmad Sibarani belum sampai 33 tahun. Lalu bagaimana dia bekerja?
Bakhtiar datang ke kelurahan Lubuk Tukko, Kecamatan Pandan. Ratusan warga sudah berkumpul. Mereka duduk di tikar plastik dibawah tenda biru yang diikat seadanya. Suasananya benar-benar sangat sederhana dan mengalir.
Setelah melepas sendal jepitnya, Bakhtiar yang saat itu mengenakan stelan safari coklat langsung berbaur duduk di tikar bersama warga. Mereka makan bersama, nasi bungkus.
Agenda makan siang bersama rakyat ini untuk menyerap aspirasi pembangunan. Bupati tidak mengikutsertakan para kepala dinas, hanya camat dan lurah setempat yang hadir.
Usai makan, bupati membuka dialog terbuka. Uniknya tidak perlu formal seperti memperkenalkan diri yang menyita waktu. Bahkan bupati meminta agar warga langsung saja menyampaikan apa aspirasinya, istilahnya  "to the point".
Satu persatu warga yang menyampaikan usul, keluhan, hingga permintaan diladeninya. Dialog itu berjalan "renyah". Sesekali Bakhtiar malah berguyon yang membuat warga ikut tertawa. Dia juga sempat bernyanyi dua lagu.
"Siapa lagi, silahkan. Tapi jangan yang bersifat masalah pribadi ya, yang memang untuk kepentingan bersama lah, yang prioritas. Para camat dan lurah dicatat semua ya," ujarnya.
Warga terlihat secara antusias menyampaikan aspirasi masing-masing. Mulai dari perbaikan jalan, meminta bantuan pendidikan, tambahan honor untuk tenaga pendidik, pembuatan bak penampungan air bersih, hingga pembinaan organisasi kepemudaan dan fasilitas olahraga.
Tidak hanya menyerap apsirasi, pada setiap kesempatan itu dia selalu mensosialisasi pesan-pesan kamtibmas dan sadar hukum.
Menurutnya itu sangat penting dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Diantaranya tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan praktek judi.
Oleh bupati, beberapa aspirasi langsung disikapi dengan memberi uang tunai, seperti untuk membeli keperluan olahraga, kostum dan uang pembinaan organisasi kepemudaan.
Sementara aspirasi yang lain dicatat oleh camat dan para lurahnya. Nanti setiap usulan itu akan dimasukkan dalam R-APBD tahun anggaran berikutnya.
Bakhtiar menyatakan bahwa momen bersama rakyat ini memang sengaja digalakkan. Bergiliran ke seluruh desa dan kelurahan yang totalnya berjumlah 215.
Menurutnya, cara seperti ini lebih efektif. Dia sendiri dapat langsung mengetahui persisnya seperti apa maunya rakyat.
Bakhtiar mengakui bahwa sebenarnya aspirasi rakyat itu tidak terlalu muluk-muluk. Namun tetap mesti disaring sesuai kapasitas pemerintah daerah. Karena itu dia yakin setiap aspirasi itu nantinya dapat direalisasikan dalam APBD dengan prinsip skala prioritas.
Dia pun tetap berusaha bijaksana menyikapi setiap aspirasi warganya. Jangan sampai ada pembangunan dengan anggaran yang besar, tetapi kemudian justru menjadi sia-sia. Makanya dia tidak mau menggebu-gebu.
Bakhtiar mengakui bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik itu kuncinya harus merakyat. Jangan ketika kampanye untuk memenangkan pemilihan saja.
Dia ini membangun dari hati. Target hanya bagaimana masyarakatnya sejahtera.
Menuju "Indonesia Emas" memang membutuhkan sosok-sosok pemimpin muda yang tulus, cerdas dan energik. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H