Mohon tunggu...
Maufironi
Maufironi Mohon Tunggu... Seniman - MAHASISWA

hallo readers selamat datang dan selamat membaca :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Imam Al Ghazali? Cari Tahu di Sini Yuk!

12 April 2020   20:31 Diperbarui: 12 April 2020   21:05 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hallo readers

bagaimana kabar kalian??

semoga baik baik saja ya

tetap stay di rumah

jangan kemana mana

dari pada di rumah sakit

apalagi dirumah duka

mending di rumah saja ya kann

sambil baca artikel dari gua... hehe

stay safe

stay health everyone

#covid19

oke disini author akan membahas tentang seorang filsuf yunani gaess... siapakah dia?? yap.. Imam Al Ghazali temen temen

pertama tama author akan membahas biografinya

Imam Al Ghazali memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali. beliau lahir di kota Thus pada 1058/450H. Thus adalah salah satu kota yang ada di Khurasan (Persia) pada abad ke lima Hijriyah.

Beliau adalah seorang pemikir besar terhadap agama islam, sehingga ia di juluki sebagai  Hujjatul Islam (bukti kebenaran islam) dan Zaid Ad-Dien (Perhiasan Agama). Imam Al Ghazali Wafat di kota kelahirannya pada 14 jumadil Akhir 505 H atau 15 desember 1111 M.

ayah Al Ghazali adalah seorang wara', yang hanya makan dari hasil kerja kerasnya sendiri. ia bekerja sebagai penjual wol. bahkan di sela sela waktunya beliau datang ke para tokoh tokoh agama dari berbagai majelis untuk mendengarkan nasehatnya.

Riwayat ayahnya tidak banyak di tulis oleh banyak orang. sang ayah wafat pada saat Imam Al Ghazali dan saudaranya (Ahmad) menginjak usia anak anak. sebelum ia wafat, ia berpesan pada seorang temannya yang merupakan ahli sufi untuk mendidik dan membesarkan kedua putranya.

  • PERJALANAN PENDIDIKAN IMAM AL GHAZALI

Setelah Imam Al-Ghazali mempelajari berbagai ilmu di Jurnani, kemudian ia berpindah ke Naishabur untuk menimba ilmu kepada Imam Dhiya al-Din al-Juwaini atau Imam Al-Haramain, seorang  direktur Madrasah al-Nidzamiyah pada saat itu.

Pada saat belajar di sinilah Al-Ghazali mendalami ilmu fiqih madzhab, ushul fiqih, manthiq, ilmu kalam, dan filsafat. Di Naisabur ini al-Ghazali menjadi semakin cerdas, mendalami pengamatannya, kuat hafalannya, dapat menyelami makna secara mendalam, dan cakap dalam berdebat.

Setelah imam Al-Haramain wafat, Al-Ghazali meninggalkan Naisabur lalu pergi ke mu'askar pada taun 478 H. Ia menetap disana hingga di daulat menjadi salah seorang pengajar di Madrasah Al-Nzhamiyah tahun 484 H. pada tahun 1091, Al-Ghazali di undang oleh perdana menteri, Nizam Al-Mulk (pemerintahan Bani Saljuk). Pada saat beliau berpidato keilmuannya tampak sangat tinggi.

Lalu para ulama' yang hadir di waktu itu mengakui akan kemuliaan dan ketinggian ilmu yang dimiliki Al-Ghazali. Menteri Nizam Al-Mulk akhirnya memberi anugrah kepada Imam L-Ghazali pada tahun 484 H/1091 M, sebagai guru besar (profesor) pada perguruan Tinggi Nizamiyah, Baghdad. Beliau hanya mengajar selama 4  tahun. Di tempat itu Al-Ghazali menyelesaikan  studinya mengenai teologi, filsafat, ta'limiyah dan tasawuf. 

Beliau sering  mendapatkan perhatian  dari para mahasiswanya. Sampai sampai ia menjauhkan diri dari keramaian. Ia mengasingkan diri dan melakukan pengembaraan selama 10 tahun, di mulai dari Damaskus, Yerussalem, Makkah, kembali ke Damaskus dan terakhir ke Baghdad.

Nama Al-Ghazali menjadi semakin populer di kota Baghdad. Kelompok pengajiannya pun semakin luas. Di kota Baghdad beliau mulai berpolemik dengan golongan Bathiniah Isma'iliah dan juga kaum filosof. Pada masa itu beliau menderita krisi rohani akibat dari sikap kesaigannya.

Orang barat sering menyebutnya skepticim. Akibat dari krisis ini beliau sakit selama 6 bulan dan dokterpun kehabisan daya untuk mengobatinya. Kemudian, ia meninggalkan semua jabatan yang disandangnya, seperti rektor dan guru besar di Bagdad, ia mengembara ke Damaskus.

Di masjid Jami' Damaskus, ia mengisolasi diri ('uzlah) untuk beribadah, kontemplasi, dan sufistik yang berlangsung selama dua tahun. Lalu pada tahun 490 H/1098M, ia menuju Palestina berdoa di samping Kubur Nabi Ibrahim a.s. kemudian, ia berangkat ke Mekkah dan Madinah untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah Muhammad saw. akhirnya, ia terlepas dari kegoncangan jiwa ini dengan jalan tasawuf.

Selesai ibadah haji, tahun 489 H, dia pergi ke Syam serta tinggal di Damaskus, mengajar di ruangan sebelah barat masjid kota itu. Dari situlah lalu beliau pergi ke Baitul Maqdis untuk beribadah. Setelah dari sana ia terus melanjutkan ke mesir dan tinggal Iskandariah untuk beberapa lama kemudian beliau kembali lagi ke Thus untuk mengisi Karya-karyanya.

Menurut Khalikan " beliau diminta untuk kembai ke Naisabur untuk mengajar kembali di perguruan Nizamiyah. Setelah berkali kali beliau diminta untuk datang ke Naisabur, beliau akhirnya datang. Namun beliau tetap kembali ke Thus lalu mendirikan Khanakah bagi para Sufi dan Madrasah bagi para penuntut ilmunya serta menghabiskan waktunya untuk berbuat banyak kebajikan.

  • KARYA KARYA IMAM AL GHAZALI

Imam Al Ghazali adalah seorang ulama besar yang sangat produktif dalam menulis. Sehingga beliau dapat menciptakan banyak sekali buku.ada yang mengatakan bahwa Imam Al Ghazali memiliki 999 karya. Namun hal ini tidak dapat dibuktikan dengan jelas. Beliau menciptakan karya dalam beberapa golongan. Seperti Al-Qur'an, Ilmu Kalam, Ushul Fiqih, Fiqh, Tasawuf, Manthiq, Falsafah, kebatinan dan lain sebagainya. Dari sekian banyak karya Imam Al Ghazali, berikut adalah beberapa karya yang paling populer dan sering di jadikan sebagai rujukan :

Ihya' Ulumuddin ( menghidupkan ilmu ilmu agama )

  • Ayyuhal Walad ( wahai anak )
  • Bidayah Al Hidayah
  • Fayshal al Tafriqah Bayna Al Islam Al Zanaqah
  • Al Wajiz
  • Tafahut Al Falasifah ( keruntuhan para filosofi)
  • Al Munqidz min Al Dholal
  • PEMIKIRAN IMAM AL GHAZALI TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN

Seorang pendidik yang baik pasti akan memikirkan pendidikan anak didiknya. Tentunya pendidik memiliki tanggung jawab, dan iya harus mampu menjadikan anak didiknya pintar, cerdas dan mandiri. Di dalam dunia pendidikan hal yang harus di pikirkan adalah latar belakang, hakikat, tujuan, metode dan evaluasi yang berhubungan dengan pendidikan.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, maka itulah yang di sebut dengan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah berbagai macam pengetahuan yang di dalamnya terdapat hal hal yang berhubungan dengan pendidikan. Seperti yang telah disebutkan tadi, terdapat hakikat, tujuan, latar belakang, metode yang berhubungan dengan analis terhadap struktur kegunaannya.

Pemikiran Imam Al Ghazali cenderung bersifat empirisme. Beliau berpikiran bahwa pengaruh pendidikan terhadap seorang anak didik ditentukan oleh orang tuanya. Perilaku orang tua terhadap anaknya dapat berpengaruh terhadap perkembangan pembelajarannya. Menurut beliau seorang anak memang perlu di didik agar dapat menentukan kehidupan bangsa serta menjadi penerusnya.

Imam Al Ghazali memiliki pengaruh di dalam filsafatnya. Beliau bahkan menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat. Seperti kitab At Tahafut yang isinya membongkar kejelekan filsafat. Namun di sisi lain iya menyetujui hal yang disangka benar. Hanya saja kehebatan beliau tidak di dasari dengan ilmu atsar dan keahlian keahlian hadist yang dapat menghancurkan filsafat.

Dalam menuntut ilmu Imam Al-Ghazali tidak membeda bedakan siapa penganutnya. Beliau tidak peduli asalnya, keturunannya, hartanya, jenis kelamin dan golongan darahnya. Selama mereka adalah seorang muslim, maka mereka wajib untuk menuntut ilmu agama tanpa terkecuali. 

Dengan ilmu, allah akan mengangkat derajad kita, dengan ilmu kita tidak akan tersesat, dan dengan ilmu kita menjadi orang yang berkualitas. Seseorang dapat dikatakan sebagai penganut Tabula Rasa (kertas putih), karena pendidikan yang akan mewarnai seorang anak yang bagaikan kertas putih. Dalam kitab ihya'ulumuddin di sebutkan bahwa anak anak terlahir dalam keadaan fitrah (suci).

Imam Al Ghazali banyak menulis karyanya yang berhubungan dengan pengetahuan dan pendidikan. Menurutnya ilmu pengetahuan dan pendidikan itu sangat penting.

Di dalam karyanya beliau merumuskan keutamaan ilmu pengetahuan dan pendidikan, lalu dikaitkannya dengan firman firman Allah. Aspek aspek Imam Al Ghazali dalam ilmu pengetahuan meliputi, tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan,metode, pendidik dan murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun