Mohon tunggu...
Monty Jayusban
Monty Jayusban Mohon Tunggu... -

A New Man who gets a 2nd Chance in this Life.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Legend of Bagger Vance

15 Mei 2010   00:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:12 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekagrata. (One-pointedness) Ketika Junuh mulai mengesampingkan egonya dan mendengarkan nasihat Bagger, sang Caddy mulai menyarankan Junuh untuk menyadari secara seksama alam sekitarnya. “Time for you to see the field.” Bagger mulia menerangkan bagaimana pencerahan dalam diri manusia terjadi lewat Ekagrata. Bagaimana apa yang harus Junuh upayakan hanyalah menjaga keselarasan diri dengan alam dan menyadari bahwa semuanya adalah kesatuan; yang utuh. Dirinya ataupun upaya Junuh tak dapat membawanya pada pencerahan, karena pencerahan akan memilih Junuh sendiri bila diri-nya sendiri sudah siap.

Tentu saja pencerahan di sini diparodikan dalam pencarian authentic swing dalam permainan golf. Bagger Vance menerangkan One-pointedness kepada Junuh lewat pengamatan pada permainan Bobby Jones. “There is only one shot that’s in perfect harmony with the field. One shot that is his authentic shot. And that shot is gonna choose him. There’s a perfect shot out there tryin’ to find each and every one of us. All we gotto do is get ourselves out of its way. Let it choose us. . . . He is in the field. You got look with your soft eyes (to) see the place where holes and seasons . . . and turnin’ of the earth all come together. When everything there is become one.

“You got to seek that place with your soul. Feel it. Your hand is wiser than your head ever gonna be. I can’t take you there. Just hopes I can help you find a way. Just you, the ball and that flag, and all you are seeking it with your hands. Don’t think about it. Feel it. You are looking at it. Your authentic swing.” “It was just a moment ago.” Ketika Junuh berhasil menemukan kembali authentic swing-nya, dia mulai dapat mengimbangi bahkan mengungguli ke-2 pemain golf lainnya. Junuh pun berhasil melakukan pukulan hole-in-one sehingga dirinya menjadi tenar dan dielu-elukan penduduk kota Savannah. Junuh kembali terbuai dengan gemerlapan dunia, dan melupakan Bagger Vance. Dia menjadi terlalu percaya diri cenderung sombong, padahal dirinya masih menyimpan beban-beban masa lalu yang dapat menghantui dirinya setiap saat dan di mana saja. Beban-beban pikiran masa lalu itu mengikis kepercayaan dirinya dan selalu muncul di saat Junuh harus menghadapi titik-titik kritikal dalam permainan golf, bahkan kehidupannya, sehingga baik Adele maupun Bagger Vance mengatakan bahwa trauma yang menghantui Junuh sebenarnya baru saja terjadi, biarpun hanya terjadi dalam pikiran Junuh sendiri. “It was just a moment ago.

Tapi satu hal yang Junuh tidak juga sadari bahwa Bagger Vance akan selalu mendampingi dirinya di saat-saat Junuh terperosok sendirian dalam ketidakpercayaan dirinya. Jadi ketika Junuh mulai menyerah, “I can’t do this.”

Bagger Vance kembali mulai menasehati, “What I’m talking about is the game that can’t be won, only played. I don’t need to understand. (Because) ain’t a soul on this entire earth ain’t got a burden to carry he don’t understand. You ain’t alone in that. But you have been carying this one long enough. Time to go on. Lay it down.”

I don’t know how,” ujar Junuh dalam keputus-asaannya. “You got a choice. You can stop or you can start. Walking right back to where you always been. And then stand there still. Real still and remember. It was just a moment ago. Time for you to come on out the shadows, Junnuh. Time for you to choose,” kata Bagger Vance.

Junuh yang masih merasa sendirian menjawab, “I can’t”

“Yes, you can because I always be with you,” ucap Bagger membesarkan hati Junuh.

Kejujuran Ketika Bagger Vance kembali mendampingi, maka Junuh pun kembali menemukan authentic swings-nya. Dia pun mulai mengayunkan tongkat golf secara benar dan mengungguli kembali ke-2 lawan mainnya. Tapi pada akhir turnamen, Junuh melakukan kesalahan tidak disengaja cukup fatal sehingga menutup kemungkinan dirinya memenangi turnamen ini. Tapi, tidak ada orang lain yang mengetahuinya kecuali Hardy Graeven yang berjanji tidak akan memberitahu siapapun. Tapi Junuh dengan jujur mengakui kecerobohannya kepada wasit. Dia terkena penalti dan hal ini menutup kemungkinan dirinya memenangkan turnamen golf ini.

Melihat hal ini, Bagger Vance merasa tugasnya mendampingi Rannulph Junuh selesailah sudah. Dengan tanpa beban, Bagger Vance berpamitan dan berjalan menuju arah matahari senja yang indah terbenam. Junuh sudah memahami peran dirinya.

The End Dari sudut pandang spiritualitas, kehidupan ini bak permainan yang tidak dapat dimenangkan, tapi kita dapat ikut berperan dan bermain di dalamnya. Maka kita terus bermain sampai tiba saatnya kita memahami peran kita di dunia ini. Bagger once said, “It is a game that can’t be won, only play. So I play, I play on. I play for the moment yet to come, looking for my place in the field.” Dan, seorang Bagger Vance akan selalu menyertai kita sampai kita menemukan jati diri kita dan apa yang harus kita lakukan di dunia ini pada masa kehidupan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun