Ketiga, jangan gantungkan standar kebahagiaan pada interaksi media sosial
Apakah kebahagiaan kita berbeda jika memperoleh sepuluh likes atau seratus likes pada instagram adalah sebuah pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh hati kecil. Kebahagiaan bukanlah tentang seberapa populer postingan kita di dunia maya. Kebahagiaan adalah ketika media sosial bisa menjadi sarana membahagiakan diri.
Pasalnya, kebahagiaan ketika melakukan selancar media sosial bersifat semu lantaran didapat secara instan. Hormon dopamin atau kebahagiaan yang diperoleh dari dunia maya akan menimbulkan bahaya jika berlebihan, misalnya kelebihan dopamin dapat menyebabkan kecemasan, susah tidur, dan stres.
Keempat, ingatlah bahwa dirimu berharga, dengan atau tanpa internetÂ
Hanya karena kamu tak punya banyak pengikut di dunia maya, tak berarti membuatmu kurang berharga dibanding mereka yang diikuti dengan banyak orang. Seperti adagium yang dipopulerkan oleh Spider-Man, "With great power comes great responsibility," maka dengan semakin banyaknya power dunia maya semakin besar juga tanggung jawab yang diemban seseorang. Misalnya, lebih berat dampak hoax dari postingan seorang influencer dibandingkan postingan orang yang tak punya banyak pengikut.
Kelima, latihlah diri untuk tidak takut untuk ketinggalan atau merasakan fear of missing out/FOMO
Tidak apa-apa tidak membuka Twitter karena akan selalu ada berita viral baru setiap harinya. Tidak apa-apa tidak tahu kemana seorang teman berlibur. Tidak apa-apa jika tidak tahu konten viral Tiktok.
Hidup tetap baik-baik saja meski tanpa dunia maya. Bahkan, hidup tanpa dunia maya bisa membuat lebih mindful atau memiliki kesadaran penuh akan diri dan kondisi sekitar.
Pada akhirnya, seperti pesan dalam buku "The Courage to Be Disliked", jangan hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Bebaskan dirimu dari perbuatan tak perlu untuk membuat orang lain terkesan, terlebih di dunia nyata. Kebahagiaan kita adalah tanggung jawab kita dan mencintai diri adalah salah satu upaya untuk menciptakan kebahagiaan.
Di zaman digital, tantangan menjaga kewarasan semakin berkembang. Namun, begitulah kiranya sebuah seni kehidupan yang menuntut keseimbangan, internet yang memudahkan adalah internet yang bisa membinasakan.
Maka, pandai-pandailah membahagiakan diri dengan internet.