Mohon tunggu...
Monika Yulando Putri
Monika Yulando Putri Mohon Tunggu... Akuntan - Analis. Blogger. Traveler

Pecinta buku, pengamat media sosial dan penghobi jalan-jalan. Bisa juga dikunjungi di www.monilando.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Indonesia Sehat, Indonesia Bebas Stunting

8 Agustus 2019   17:14 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:23 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak jangka pendek stunting pada anak bisa bermacam-macam. Dalam WHO Conceptual Framework (2013) disebutkan bahwa dampak jangka pendek stunting meliputi tiga dampak : kesehatan, perkembangan diri, dan ekonomi. Dampak kesehatan mencakup mortalitas (jumlah kematian) dan morbiditas (keadaan berpenyakit). 

Adapun dampak perkembangan diri meliputi perkembangan motorik, kognitif, dan bahasa yang terganggu. Lebih jauh lagi, dampak ekonomi akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran kesehatan bertambah sekaligus juga adanya biaya kesempatan (opportunity cost) akibat harus merawat anak yang sakit tersebut.

Pendek kata, stunting akan menghasilkan anak yang kurang berkualitas alias tidak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Nah, jika banyak anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa tidak tumbuh secara optimal, tentu negara tersebut akan mengalami kerugian secara langsung maupun tidak langsung, bukan?

Sebagaimana dampak jangka pendek, WHO Conceptual Framework (2013) juga menyebutkan bahwa dampak jangka panjang stunting meliputi dampak kesehatan, perkembangan, dan juga ekonomi. Anak yang mengalami kondisi stunting akan lebih rentan terhadap obesitas dan bahkan gangguan kesehatan reproduksi. Stunting juga akan menyebabkan kemampuan belajar yang rendah sehingga potensi anak tidak optimal. Berlanjut hingga rendahnya kemampuan kerja.

Bahkan, stunting menyebabkan dampak bagi negara yang cukup masif. Dalam publikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan/TNP2K (2017) disebutkan bahwa terdapat hilangnya Produk Domestik Bruto (PDB) dan pengurangan pendapatan pekerja dewasa hingga 20% akibat stunting. Selain itu, stunting memiliki andil dalam semakin besarnya kesenjangan ekonomi dan kemiskinan antar generasi.

Wah, stunting bisa berdampak sangat sistemik ya?

Tentu, stunting pada anak menghasilkan dampak negatif untuk negara. Sebagaimana dikutip oleh Kementerian Kesehatan (2018), Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan bahwa generasi penerus bangsa yang mengalami kondisi stunting akan berdampak pada rendahnya daya saing dan produktivitas negara.

Sumber gambar: Sarihusada
Sumber gambar: Sarihusada

Kabar baiknya, kondisi stunting bisa dicegah lho. Namun, sebelum mencegah agar kondisi stunting tidak terjadi, kita harus terlebih dahulu penyebabnya, bukan?

Apa saja hal-hal yang menyebabkan stunting dan bagaimana cara mencegahnya?

Pencegahan stunting tidak dimulai dari bayi lahir, tetapi dimulai ketika anak masih dalam kandungan. Yes, terdapat istilah seribu hari pertama kehidupan (1.000 HPK) yakni kehidupan dimulai semenjak fase kehamilan (270 hari) hingga amal berusia (730 hari).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun