Ada dua waduk yang di bangun pada saat pemerintah Belanda, ditempat yang berlainan yaitu Waduk Tempuran berada di sebelah timur kota Blora, dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1918. Dan waduk Greneng yang berada di sebelah barat Blora tepatnya di desa Tunjungan dibangun pada tahun 1919.
Ke dua waduk itu untuk irigasi dan kebutuhan air pertanian masyarakat, dua waduk besar itu sungguh membantu masyarakat sehingga bisa bercocok tanam dan panen tepat pada waktunya.Â
Saat ini ke 2 waduk tersebut dibudidayakan sebagai penghasil ikan air tawar dan tempat wisata yang mengasyikkan, dengan pemandangan alam nan indah, para wisatawan bisa menikmati kuliner aneka Ikan dan lalapan yang disajikan di pondok –pondok pinggir waduk atau di perahu kecil yang berjalan mengelilingi waduk.
Kantor Pegadaian di Ngawen dan Blora
Ngawen merupakan Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Blora. Pada tahun yang sama Pemerintah Belanda mendirikan Kantor Pegadaian di Ngawen (yang kebanyakan penduduknya berdagang dan bertani, juga didirikan kantor yang sama di Blora tepatnya di desa Mlangsen).Â
Ke dua kantor Pegadaian ini pada tahun 1911. Gaya bangungan Indisch Empire, terlihat dari sisi atap bangunan yang berbentuk runcing dan menjorok kedepan (tuitgevel) sangat kokoh .
Ciri khas bangunan gudang (pakhuizen) yang terkenal di masa itu biasanya pada bagian atasnya dicantumkan tahun pembuatan bangunan tersebut. Adanya Pegadaian untuk memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat Kabupaten Blora dan Ngawen pada pemerintahan Kolonial Hindia Belanda saat itu.
Belanda juga memperhatikan Sektor Pendidikan maka dibangunlah beberapa sekolah di negeri jajahan, termasuk Kabupaten Blora yang masih ada hingga saat ini yaitu Sekolah Darmorini (dulu merupakan sekolah khusus wanita anak keturunan Belanda dan Pribumi yang termasuk golongan Priyayi). Juga di Kecamatan Banjarejo terdapat salah satu sekolah peninggalan pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang sekarang menjadi SD Negeri 1 Banjarejo.