Teristimewa menuntun hidup seseorang untuk kembali ke citra-Nya dalam kebahagiaan abadi. Sakramen membalut dengan kekuatan berkat dan rahmat untuk mengarungi hidup, sebagaimana Dia, Sang Hyang Widhi, yang telah menciptakan tujuh hari dalam seminggu. Sakramen itu diadakan oleh putra-Nya, pribadi Allah yang mengejawantah menjadi seorang bayi dari perawan suci Maria.
Bayi itu telah diramalkan para nabi dalam Kitab Suci. Segala ramalan telah terpenuhi tepat pada waktunya. Bayi itu lahir di tanah suci di kota yang disebut Kota Roti, di Betlehem. Sang bayi nantinya akan menjadi Penebus, Juru Selamat dan Roti yang Hidup, yang tubuh dan darah-Nya dijadikan santapan dan minuman bagi umat manusia.
Sakramen itu disebut ekaristi, yang diadakan pada malam perjamuan terakhir bersama para murid-Nya. Di situ Dia mengangkat dan mentahbiskan para murid-Nya sebagai imam yang kelak akan selalu meneruskan perintah-Nya mempersembahkan dan mengadakan Sakramen Ekaristi.
Dia Sang Hyang Suci yang telah mengejawantah dalam Diri Mesias Yoshua Emanuel bersabda, "Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku."
Roti dan anggur yang diberkati-Nya dengan Sabda-Nya sendiri, "Makanlah, inilah TUBUHKU dan minumlah inilah DARAHKU, darah Perjanjian Baru yang dikurbankan untukmu."
Kedua sakramen itu diadakan-Nya pada malam penuh rahmat, menjelang
wafat-Nya disalib di puncak Kalvari.
Pada malam itu datang jelas dalam mimpiku, rahmat yang dicurahkan dalam meditasiku, bahwa di masa lalu sebelum adanya kerajaan Romo Prabu telah banyak orang suci yang mengorbankan diri demi kepentingan banyak orang.
Bahkan Sang Hyang Suci sendiri mengorbankan diri dengan serendah-rendahnya berinkarnasi menjadi bayi, hidup apa adanya, menjadi penerang dan pembuka jalan, hingga wafat disalib, seperti seorang pesakitan
Nilai pengorbanan sangat dijunjung tinggi oleh Sang Hyang Widhi. Dialah telah mengajarkan korban yang indah agar jiwa-jiwa ciptaan-Nya bersatu dalam kebahagiaan surgawi, pulang kembali pada-Nya sebagai citra-Nya.