Â
Sempurna Purnama Eka Nawa Warsa (1)
Cerita  sebelumnya :
Demikian petuah Eyang Ambar Kenanga pun purna. Wejangannya itu disampaikan kepada kami pada saat bulan purnama memancarkan sinarnya. Dengan sepenuh hati, kuserap dan kucercap semua petuah yang memperkaya kehidupan rohaniku.Â
 ( Bersambung )Â
Â
Â
Malam purnama ini menjadi malam yang penuh pesona inspirasi, karena bulan memikat indah dengan penuh dalam puncak kebesarannya. Hal ini terjadi 18 tahun sekali ketika bulan tepat pada titik terdekat ke bumi. Air laut menjadi pasang jauh lebih tinggi daripada biasanya.
 Pada zaman modern kelak, orang menyebut peristiwa ini "supermoon". Banyak orang yang menanti kehadiran "sempurna purnama eka nawa warsa" demikian Romo Prabu pernah menuturkan. Purnama penuh itu benar-benar dalam pesonanya yang memikat, menarik hati umat untuk menatapnya.
Purnama senantiasa memberi pesona dengan sinarnya yang lembut, menggambarkan sifat feminin penuh kesejukan, kedamaian dari Sang Pencipta. Sayang rasanya kalau malam ini kulalui begitu saja. Aku akan menikmatinya dan mengendapkannya dalam istana pengingat di bawah sadarku.
Aku bersemadi di pondok dekat pohon waru. Keheningan malam menyegarkan suasana batinku untuk menyerap karunia alam makro kosmos yang memberi anugerah positif bagi aura insan yang rindu selalu mengangsu pada kesadaran mutlak yakni Sang Khalik, terlebih setelah kudapatkan wejangan dari Eyang Ambar Kenanga. Pusat keheningan yang menyatu merangkum kekuatan alam raya, merasuk dan mengetarkan sukmaku untuk meluhurkan keagungan dan kemuliaan Sang Hyang Widi.
Aku merasa begitu kecil dalam semesta nan mahabesar. Namun bumi yang kuinjak dan kutempati ini juga bagaikan sebutir pasir jika dibandingkan dengan keberadaan seluruh semesta. Betapa luar biasa Dia Yang Maha Empunya Jagad Raya ini, yang mengasihiku tanpa syarat padahal aku hanyalah debu, abu. Permenungan itu menghantarku untuk senantiasa bersyukuar atas segala anugerahnya yang melimpah tanpa batas padaku.
Â
Dia telah menganugerahkan segala keluhuran pada setiap insan manusia. Dalam hening batinku yang menyatu dalam konsentrasi penuh, terdengar suara hati yang menguatkan bahwa meskipun diriku hanyalah debu dan abu, aku tetap sebagai berlian cemerlang di mata Sang Khalik. Syukurku memuncak manakala kusadari cinta dan anugerah-Nya yang melimpah dan menyelimuti diriku, menjernihkan auraku untuk tetap berkontak pada-Nya.
Kesadaranku menyatu indah untuk berbuat yang terbaik bagi ketenteraman dunia, alam semesta, dan sesama. Betapa indahnya kalau jagad raya ini berjalan dan menyatu harmoni sebagaimana dia diciptakan sejak semula dan semua orang hidup berdamai, peduli satu sama lain, bahu membahu untuk melestarikan alam dan keutuhan ciptaan.
Namun pada malam heningku ini juga kurasakan adanya roh jahat yang menggoda untuk menikmati, menghamburkan kekayaan alam dengan serampangan, mengejar ambisi meraih kuasa demi memuaskan nafsu fana, mengumpulkan uang demi kenikmatan diri, dan menyalahgunakan alam serta kekuasaan.
Ya, Romo Prabu pernah mengajarkan, setiap perbuatan baik dan keinginan yang suci selalu mendapat tantangan dari roh jahat, sebab roh jahat tidak ingin manusia bersatu dengan citra-Nya yang mengangkat jiwa pada yang 'Adi Luhur' meraih kebahagiaan nan sempurna. Bahkan tantangan dan musuh terbesar muncul dari diri sendiri, keegoisan dan rasa sombong, serta ketamakan.
Semua sifat kerakusan dan haus kuasa serta keinginan untuk memiliki segalanya, nafsu daging yang menggebu, yang ingin selalu dipuaskan tanpa selimut ugahari yang kuat, itulah jalan setan untuk menjatuhkan manusia dalam kubang lumpur dosa. Itulah tantangan dan musuh yang harus dikalahkan.
 Setiap manusia mesti melatih diri untuk ugahari dan melawan keinginan terbesar nafsunya agar dia memiliki karakter kuat untuk membimbing diri, menuju Sang Sabda. Pertemuan dengan sabda akan menguatkan rohnya sehingga dia dimampukan untuk berjalan dalam laku adi luhur menuju kemurnian sejati.
 Caranya, kita mesti berani berlaku tapa dan wening serta terus menerus melihat kedalam lubuk hati. Berani jujur terhadap diri sendiri dan memupuk kepekaan suara hati sebagai pedoman Sang Ilahi.
Kesadaran duhai kesadaran
Janganlah aku melupakanmu
Atau sejenak meninggalkanmu, bahkan terpisah denganmu,
Peluklah aku dalam jernih keberadaanmu
Yang menuntun aku pada kesejatian hidup
Biarkan aku terhubung pada puncak kesadaran semesta
Meski ketika aku tidur sekalipun, dalam alam bawah sadarku
Peluklah jiwaku dalam puncak kesadaran-Mu
Agar jiwaku menimba kekuatan batin nan Ilahi, tuk menempuh hari baru,Â
buah rahmat-Mu.
Sang Hyang, kekekalan nan luhur, mengkristal dalam keabadian Purna
Yang selalu memberi hidup dalam segala kehidupan
Dikaulah puncak kesadaran abadi yakni kesadaran yang mutlak
Duhai kesadaran, biarkan diriku selalu terhubung pada-Mu
Agar dalam saatku nanti aku bersatu kembali dalam kesadaran abadi
Dikaulah Sang Ilahi
Yang bening, murni tembus pandang, suci menawan melebihi beningnyaÂ
kemilau sinar
Yang menembus marcapada jagad raya pun indraloka swarga nirwana.
Â
Hatiku semakin bening pikiranku menjadi semakin wening malam itu. Aku merasa sungguh-sungguh sebagai putri raja. Bukan hanya putri raja Maha Prabu Airlangga, melainkan lebih dari itu. Aku merasa sebagai putri Raja Semesta Alam yang mencintaiku tanpa syarat.
Aku merasa dikasihi Sang Hyang Widhi, kasih yang sangat penuh tiada tandingannya. Betapa luhurnya setiap manusia sebagai citra-Nya. Mengapa kadang manusia tidak bisa menghargai dirinya sendiri, sesamanya, dan jagat raya? Jagat raya, semesta yang selalu mengajari dan menuntunnya untuk menjadi bijak.
Mengapa terjadi keruntuhan dan kerusakan hubungan antarmanusia? Kebodohan merusak diri sendiri, dengan mengumbar nafsu tanpa kendali. Keserahakan akan uang dan harta benda dengan segala ketamakan? Membuat tubuh dirusak dan diluluhlantakkan oleh kemabukan arak, seks, dan narkoba? Mengarah kekuasaan dengan cara jalang? Mengapa manusia tidak bisa menghargai sesamanya, yang sederajat dan sama sebagai ciptaan Sang Hyang Widhi? Mengapa manusia menguras bumi dengan rakus, hanya demi dirinya bisa tampil mulus dalam segala hasrat kerakusannya yang tak pernah pupus?
Iblis memang selalu memiliki cara untuk menggoda jiwa-jiwa yang kosong tanpa kesadaran yang tak pernah bersujud pada penciptanya. Jiwa yang kehausan akan segala hawa nafsu yang berbuahkan dosa. Jiwa yang merana tak tahu jalan. Jiwa yang sesat dari jalan kekekalan menuju kesejatian dan kesucian abadi.
Malam ini doaku terpusat pada jiwa-jiwa itu. Sebagai perjuangan yang berat karena aku harus bergulat melawan iblis-iblis laknat, yang dengan godaannya berusaha menjatuhkan jiwa-jiwa pilihan.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh bisikan seperti suara Romo Prabu, suara yang lembut namun nyaring dalam nuraniku, "Putriku, sifat ningrat itu harus dimiliki oleh setiap orang, sifat ningrat tidak bergantung pada derajat, pangkat, melainkan perilaku yang mengarah pada yang adiluhur."
"Bisa saja orang kesrakat atau melarat hidupnya, namun dia ningrat dalam jiwanya. Meskipun hidupnya susah, dia menjalani dengan tabah, tidak menyalahkan keadaan, tidak merampas atau mengambil yang bukan haknya. Begitu pula sebaliknya. Ada orang yang kaya bahkan berkuasa, namun dia melarat dalam tatakarma dan mengalami kekeringan dalam kehidupan jiwa. Jiwa ningrat tidak dimilikinya, dengan serakah dia memperkaya diri agar takhtanya tetap tegak perkasa, dan dia bergelimang kepuasan semu.
"Ketahuilah orang seperti itu hatinya meronta. Walau kelihatannya dia bahagia, semua itu semu belaka. Sebenarnya, jati dirinya terkikis habis oleh perilakunya sendiri. Kesadarannya mati terkubur keegoisan. Hanya hampa yang merajai hatinya. Di mana hatimu, di situlah hartamu!"
"Jadikanlah hatimu menyatu, memburu harta yang tak pernah lengkang oleh panas dan tak pernah dimakan ngengat dan gegat, yang tak bisa dicuri oleh pencuri ataupun dirampas oleh perampok. Biarlah hati dan jiwamu dikuasai oleh Puncak Kesadaran Abadi yang mengasuh dan mengasah jiwa dalam kecemerlangan abadi untuk hidup bahagia dalam kesucian bersama Sang Hyang Widhi. Itulah kesejatian dari keningratan jiwamu dan kepribadianmu.
"Dengarkanlah Sabda Pandita Ratu, yang selalu menggema di lubuk hatimu, yang menuntunmu pada kedamaian adikodrati."
Suara Romo Prabu itu melembut, lalu lenyap menyatu dalam degup
napasku. Tiba-tiba aku sadar dan membuka mata.
Sempurna purnama eka nawa warsa tepat di hadapanku. Entahlah apa yang terjadi, tiba-tiba saja aku telah duduk bersila di tepi pantai, memandang purnama dengan bias warna putih perak memenuhi permukaan laut. Putih seperti santapan bagi para jiwa suci.
Sinar perak itu membentuk jalan mengarah tepat di depan tempat aku bersimpuh. Aku bersujud ... berdiri kemudian mengangkat tangan untuk mengucap syukur atas segala anugerah yang kualami ini. Tepat pukul dua belas malam, purnama tepat di tengah batas cakrawala.
Pemandangan yang begitu indah, mahaindah yang belum pernah kusaksikan. Seperti batas dunia dan surga terbuka, indah dengan dian alam yang menyala lembut namun terang benderang, keluar dari pusat purnama. Sinar yang membentang di hadapanku bagaikan baja dari sutra, aneh, lembut, tapi kuat untuk dilalui.
Menakjubkan, wanita cantik, sang dewi yang pernah mendampingiku pada malam ketika aku berada di lereng Gunung Kelud untuk tirakatan demi menggagalkan pekerjaan Lembu Suro. Sang dewi hadir tersenyum sangat manis memesona, setelah itu membimbingku menuju pusat purnama.
Keajaiban itu terjadi lagi. Perkataannya tak dapat kumengerti, namun walaupun dia diam, sang dewi seolah berkata, "Putriku, aku ibumu, yang selalu setia menjagamu. Aku tahu apa yang menjadi niatmu, itu sangat luhur, Putriku. Kadang kita tidak bisa mengetahui apa yang menjadi kehendak Sang Hyang Widhi kepada diri kita, namun jika kita menaruh keparcayaan pada-Nya, Dia akan mengaruniakan anugerah yang luar biasa di luar gegayuhan kita.
"Aku akan membawamu kepada Putraku malam ini, karena Dia-lah yang berhak memberkati setiap kesucian, agar semakin suci dipersembahkan di hadapan Bapa-Nya, Bapaku, dan Bapamu juga.
"Ribuan tahun yang lalu aku juga mengalami peristiwa yang dahsyat, didatangi malaikat Gabriel yang menyampaikan kabar bahwa aku akan mengandung dari Roh Kudus. Semua kejadian itu telah kuceritakan kepadamu, kan? Aku menjalani hidup suci murni, meskipun aku bertunangan dengan Yosef, kekasihku, yang akhirnya setelah diterangi Roh Tuhan dalam mimpinya, dan akhirnya dia menikahi aku serta menjadi bapa bagi anakku, yang memelihara dan melindungi Dia di dunia.
 Dia suami yang baik yang mengajari Taurat bagiku dan anakku serta taat pada Yahwe Ellohim. Dari padanyalah Putraku mendapat silsilah sebagai keturunan raja sekaligus Nabi Daud, raja Israel nan maha besar.
"Aku dan Yosef, meskipun kami suami istri tapi kami hidup murni sampai mati, hanya perkara-perkara Tuhan yang kami lakukan supaya apa yang ditulis dalam Kitab Suci digenapi. Hidup suci adalah mungkin kalau kita terbuka akan karya rahmat. Rahmat-Nya akan tercurah membuat kita mampu menjalani apa pun situasinya. Dia amat berkuasa, bagi-Nya selalu terlaksana, tiada yang mustahil bagi Dia, Sang Penguasa Jagad Raya.
"Ayo, Putriku, teruskan peziarahanmu menuju jalan kebenaran dan kehidupan, mengikuti jalan Putraku yang penuh pengorbanan dan perjuangan menuju kesucian sejati. Aku akan terus mendampingimu. Aku gadis dari Nazareth, sebagai menara yang mengantarmu menuju Surga Nirwana."
Aku menapak perlahan dan berjalan menembus riak dan deburan ombak di atas jalan perak menuju rembulan purnama. Dibimbing tangan Dewi Maria yang lembut. Tangan yang selalu bekerja keras, dan menjadi penyalur berkat bagi sesamanya. Tangan yang selalu mendekap Putranya yang adalah Tuhan Penguasa Semesta, tangan yang setia menyuapi putranya ketika masih bayi, juga tangan yang setia sampai akhir mengusap darah Putranya, darah yang telah tercurah untuk menebus dosa manusia.
Tangan ini yang sekarang menggandengku, menyalurkan kehangatan rahmat dari surga. Yang menjadikan jiwaku segar terlahir kembali untuk meneladani kesuciannya. Kehangatan itu merambah seluruh tubuh dan jiwaku, sehingga tubuhku seringan kapas menapaki jalan perak menuju purnama malam ini.
( Bersambung )
Â
Oleh  Sr. Maria  Monika  SND
20 Agustus, 2021
Artikel  ke :  443
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H