"Aku tahu kebiasaamu, pada saat seperti ini biasanya kau akan bermeditasi,
bukan?"
"Iya, Eyang Ambar."
Aku pun masuk ke bilik yang berada di luar padepokan. Aku mulai bermeditasi dan berkontemplasi. Setelah beberapa saat, aku memasuki keheningan dan merasakan hawa panas yang lain. Dari hawa panas itu muncul sesosok wanita yang bebadan gempal seperi kuda nil dan memiliki aura pemberontak dan pengacau, berikut trik-trik untuk menguasai teman-temannya.
Aku berusaha untuk menembus wajahnya. Benar saja, auranya adalah aura panas penuh ambisi dan kekacauan batin yang hanya ingin memuaskan nafsunya. Kupandangi dan kucoba untuk melembutkan gerak batinnya. Tapi anehnya, pranaku mental, ditolak mentah-mentah oleh aura jahatnya.
 Sosok itu memang memiliki dasar jahat dan mudah dikendalikan oleh roh jahat karena dia senang bermain-main dengan roh jahat. Aku berdoa untuk mohon kekuatan agar tugasku di sini dapat terlaksana dengan baik. Belum pernah aku merasakan seperti ini.
Aku jadi teringat pesan Eyang Mpu Baradha, "Jika kamu merasakan hawa panas yang bukan dari panas bumi, panas yang menandakan akan hujan atau panas matahari yang memang sedang terik, bahkan panas itu kau rasakan waktu malam, berarti dalam hening kontemplasimu ada sesuatu yang terjadi. Itu tandanya ada makhluk yang membawa hawa perpecahan. Bisa jadi itu iblis atau setan, manusia yang berhati setan atau sengaja menghamba pada setan." Pesan itu terngiang kembali di hatiku. ( Bersambung )
Â
Oleh  Sr. Maria  Monika  SND
16 Â Agustus, 2021
Artikel  ke : 439
Â