penggalih (menyenangkan, menenangkan hati)."
"Ya, betul. Dan yang penting, hati kita tenteram damai, sumeleh, pasrah
pada kehendak Hyang Murbeng Jagad."
"Kamu juga bisa, Cah Ayu, dan Eyang lihat kamu punya bakat untuk itu."
"Oh, iya, Eyang. Yang penting, walaupun usia bertambah, kita tetap sehat
dan cekatan, ya, Eyang?" tegasku.
Eyang mengangguk mantap.
Di padepokan ini banyak perempuan dari berbagai daerah yang datang untuk mengangsu kawruh (menimba ilmu). Sebagian besar dari mereka melakukannya dengan tulus murni, tapi tak sedikit pula yang hanya mencari keuntungan. Nah, kau lihat saja nanti. Aku butuh bantuanmu.
Kau bisa belajar berlatih untuk mengatasi masalah, jadi kalau kelak kau memerintah, kau sudah terbiasa menghadapi aral melintang dan intrik-intrik dari orang yang berniat membuat kekacauan. Nantinya kau akan terbiasa menghadapinya."
"Iya, Eyang," jawabku.
Aku pun dipersilakan masuk ke bilik, sebuah pondok kecil seperti di
padepokan Mpu Baradha.