Bundaku membuatkan bubur ketan hitam (agar jauh dari aral melintang atau malapetaka), bubur merah putih (tanda kesejatian adanya manusia) yang terdiri dari dua unsur bibit dari ayah, bundanya. Bubur sumsum dengan juruh dari gula jawa yang manis (lambang agar kuat kerohaniannya serta manis dalam mensyukuri kehidupan), serta nasi urapan (lambang kesuburan dan rejeki kehidupan yang dianugerahkan dari sang Khalik kepada umat-Nya) semua itu yang diharapkan setiap menempuh hidup agar memperoleh bimbingan rahmat Sang Murbeng Jagad hingga akhir hayatnya.
Makanan itu untuk bancakan, dibagikan kepada para keluarga besar istana, para punggawa, para dayang dan warga sekitar agar ikut merasakan syukuran bahwa aku terbebas dari 'malapetaka' pinangan dari Lembu Suro.
Setelah upacara selesai, Romo Prabu tidak menunggu lama lagi. Aku pun segera dikirim ke tempat Eyang Maha Mpu Barada. (Bersambung )
Oleh  Sr. Maria  Monika  SND
2 Agustus, 2021
Artikel  ke :424
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H