Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 18 Yoganidra 9

31 Juli 2021   09:54 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:16 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semburat Putih  Pelangi  Kasih  (Lukisan  Bp.Y.P.Sukiyanto)

Wanita itu sangat cantik, wajahnya menyejukkan dan membuat hatiku begitu damai. Dia sangat sederhana namun anggun bagaikan ratu. Dia memperkenalkan dirinya, tapi anehnya dia menyebutku anaknya. Begini katanya, "Anakku, meskipun engkau tidak mengenalku, aku ini ibumu, ibu segala anak yang lahir di bumi ini. Semua jiwa yang diserahkan Putraku kepadaku, dia adalah anakku dalam roh penebusan-Nya.

"Aku ini Maria, ibu Yoshua Emanuel penyelamat terjanji yang menebus dosa manusia dan mengembalikan jiwa manusia pada kesejatian citra Allah, sejak awal mula. Aku dapat memahami kegundahanmu, aku juga memahami niat dan keputusanmu akan hidup suci demi Allah. Kita sama- sama wanita yang memiliki tugas perutusan masing-masing darinya untuk menjadi pengantara rahmat bagi orang lain.

 "Aku akan meminta putraku Sang Murbeng Jagad dan penguasa kehidupan, agar niatmu untuk hidup suci terpenuhi."

Aku terpana dalam jiwa. Rohku menatap wanita itu berkata-kata meski lembut amat berwibawa dan penuh makna. Aku menghaturkan sembah, setelah itu dia tersenyum sangat manis, laksana madu dari Mesir Kuno.

"Duhai Dewi Maria, izinkan hamba menyebutmu bunda, karena dikau telah mengatakan bahwa hamba ini anakmu, yang telah ditebus dan dibebaskan oleh pengurbanan putramu."

Aku menyembah lagi dan dia tersenyum, lagi," Aku akan menemanimu sampai dini hari, walaupun dikau tidak melihatku aku tetap berada di sampingmu. Bagi putraku segalanya akan mungkin terjadi, malam bisa jadi pagi, siang bisa jadi malam kalau Dia menghendaki seperti waktu kelahiran-Nya, malam berubah menjadi terang benderang seperti siang, dan pada saat kematian-Nya disalib, bumi pun berduka. Jam tiga siang yang semestinya terang benderang, menjadi gelap gulita. Bumi bergoncang terjadi gempa bumi menandakan duka dunia. Tirai bait Allah terbelah dua. (  Bersambung )

Oleh  Sr. Maria  Monika  SND

31  Juli, 2021

Artikel : 422

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun