"Ya, dewiku. Kau dilahirkan pada senja seperti ini, setelah hujan deras dan kilat menyambar-nyambar serta angin kencang. Tapi setelah tangismu terdengar, semuanya tenang, hanya pelangi yang melingkar indah menghias langit," jelas Bibi Sekar Tanjung.
"Oh, ya, Bibi, apakah kelahiran seseorang bisa menentukan dan memengaruhi hidupnya?"
"Ya, Dewi, sebagai orang Jawa kami percaya pengaruh paweton atau hari lahir sebagaimana orang seberang memercayai horoskop atau ramalan bintang."
"Oh, iya, Bibi, bagaimana semua itu diketahui?"
"Banyak hal yang bisa dihitung, untuk mengetahui pernik kepribadian, yang harus mengukir penyadaran diri."
"Sang Murbeng Jagad telah mengukir di telapak sepuluh jari tangan sejak bayi ada dalam kandungan, itu semua akan menunjukkan kemampuan, daya atau talenta yang dimiliki orang itu."
"Oh, ya, Bibi? Betapa Maha Kuasa dan kreatifnya Sang Murbeng Jagad, membekali dan menciptakan kemampuan dan bakat pada manusia ciptaan-Nya, ya!
"Bibi, aku ingin belajar dari Bibi Sekar Tanjung, untuk mengetahui itu semua."
"Baiklah, tunggu sebentar Dewi, Bibi akan mengambil lontar yang berisi tulisan paweton, yang ditulis oleh Kakanda Narotama."
"Oh, jadi Bibi dan Paman Narotama memiliki catatan itu?"
"Ya, Dewi, Kakanda Narotama kan pujangga istana, jadi selalu menulis setiap kejadian, apalagi peristiwa besar pada hari kelahiran putri raja sepertimu. Baiklah, tunggu sebentar di sini."