Gua  Garba Sebagai Kosmis Bunda 1
Cerita  sebelumnya :
Betapa luar biasanya Sang Penguasa Jagad Raya mengaruniai, membekali, dan mendandani setiap makhluknya, untuk setia dalam sifat dan pertumbuhannya. Terutama kepada manusia, Dia menciptakannya secara unik, rumit, penuh makna, agar manusia bisa mencari jalan dalam kelahirannya di dunia, memulai peziarahannya menuju kebahagiaan abadi yakni Sang Khalik yang menjadi citra jiwanya. Â ( Bersambung )
Sejak Konsepsi di gua garba (rahim ibu) terjadilah peristiwa atau kisah surgawi yang penuh dengan segala keajaiban. Yang Ilahi menjadi manusia, dan yang insani menjadi ilahi. Dua unsur ilahi dan insani bersatu. Badan wadah jiwa, karena diilahikan oleh Roh Sang Hyang Widhi. Sejak napas kehidupan ditiupkan, Cinta tanpa syarat dicurahkan Sang Khalik pada umat yang dikasihi. Yang akan ditebus oleh kesucian Darah Anak Domba.
Badan, Jiwa dan Roh adalah unsur dasar manusia yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, tiga unsur ini merupakan kesatuan seutuhnya yang memberi kekuatan seorang manusia untuk hidup bergerak dan ada, hidup sebagai pribadi atau hidup mengelompok dalam komunitasnya. Semua itu adalah gambaran persatuan Trinitas Yang Maha Kudus.
Suatu misteri yang hanya bisa dipahami oleh iman yang dalam. Pikiran manusia tidak akan mampu menguak misteri keabadian itu, meskipun manusia bisa mempelajari anatomi tubuh dan kedalaman manusia, termasuk isi rahim kehidupan. Tapi keberadaan Tri Tunggal tetaplah menjadi misteri keabadian yang tidak dapat dikuak oleh kemanusiaan. Sebab semua itu bukanlah wilayahnya. Misteri itu adalah wilayah Ilahi.
 Dalam kesucian abadi pikiran manusia, setinggi apa pun, tidak akan mampu mengungkapnya. Hanya iman yang dalam dan diterangi oleh Roh Suci yang datang dari Sang Hyang Widhi sendiri yang mampu membuat jiwa hati, budi mengerti, dan memahami.
Apa yang datang dan dianugerahkan oleh yang Ilahi adalah luar biasa sempurna dan menakjubkan. Sesungguhnya tulang telinga yang paling kecil dibentuk untuk pertama kalinya, agar setiap orang peka mendengarkan suara Tuhan, suara alam, suara sesamanya. Suara yang menegur, memuji, maupun mengkritik demi kebaikan, suara yang menuntun dan membawa manusia menuju kebenaran.
Rahim seorang wanita begitu elastis yang bisa memberikan kekuatan melewati masa-masa sulit untuk melahirkan bayi sang kehidupan yang telah dikandungnya, melahirkan kehidupan itu sendiri. Kehidupan yang telah ditenun Tuhan dan direstui sebagai hasil buah kasih dua manusia, perempuan dan pria yang saling menyayangi.
Di gua garba bundanya, janin bisa berenang dengan bebas dan penuh ketenangan bersatu dengan darah dan air di rahim bundanya, sebagai atmosfer kasih yang menghidupi dirinya. Rahim bagai tanah tempat dia berpijak sekaligus awan tempat janin membahana.
 Tempat menimba kekuatan untuk mengakar pada keilahian, sehingga nantinya bisa bertumbuh sebagai manusia rohani yang selalu mencari kebenaran dan jalan menuju Tuhannya sebagai citra jiwanya. Jiwa itu yang selalu berkontak dan mencari persatuan pada sumbernya yaitu Sang Khalik sumber kehidupan abadi.
Dalam rasa, singal, karsa, budi, batin dan persatuan jati diri dengan bundanya, rahim juga sebagai kolam tempat janin berenang bebas melatih indranya dalam persatuan dengan sumber telaga sejati yang menjadi pusat kehidupan jiwa dan rohnya. Dialah oase tempat berlabuhnya para jiwa yang memberi kesejukan dalam peziarahan perjalanan kehidupan.Â
Janin memperkuat badannya, tumbuh semakin besar dan kuat agar siap dilahirkan di dunia fana. Cerita dari janin berbisik, "Aku dapat memberikan cerita kecilku sebuah tempat kedamaian seolah pengaturan tanah. Tapi aku lebih suka untuk menggambarkannya sebagai suatu tempat yang amat jauh, namun begitu dekat karena dapat diserap oleh mata jiwaku. Sebuah pemandangan langit biru dengan mega-meganya yang putih bersih, bentangan samudra yang membiru, itulah rasa keluasan dalam rahim bundaku."
Suatu rasa keleluasaan, yang dalam dan asli, murni diciptakan, membuat rasa lega dan kekaguman bagi yang menyimak dan merasakan. Itulah suasana 'kosmis bunda', rahim yang penuh kedamaian, tempat menyerap segala rasa aman, damai dan mengolahnya menjadi makna.
Rahim tempat aku berenang, menikmati suasana samudra yang lapang atau melayang seperti penerjun payung yang melayang di alam bebas diterpa angin yang meninabobokkan dan memberi rasa damai. Rasa nyaman tanpa ada ketakutan akan jatuh atau tenggelam.
Rahim kosmis bunda adalah sumber dan awal kedamaian yang termeteraikan kasih. Di sinilah tumbuh segala ilmu dan rasa yang diberikan Sang Hyang Widhi sebagai karunia. Karunia yang menjadi bekal untuk menempuh kehidupan kelak.
Kosmis bunda adalah inti dan jiwanya, asal kehidupan yang membentengi setiap bayi dengan aura keselamatan dan perlindungan dari segala penyakit dan serangan roh jahat. Sang Khalik memberikan cakra bintang di setiap titik kekuatan setiap bayi yang akan menjadi manusia.
Seorang wanita memang benar-benar seorang yang sangat kuat perkasa. Orang yang tinggal di puncak ketinggian yang sangat tinggi melalui ruang dan waktu. Wanita atau perempuan yang dianugerahi memiliki semua tempat itu, harus mensyukuri anugerah yang luar biasa dari Sang Khalik.
Syukur ini harus diungkapkan dalam kewaspadaan yang mengukir harga diri untuk tetap tegar sebagai pribadi yang dipercaya Sang Khalik untuk mengandung dan melindungi kehidupan.
Rahim itu kuat laksana pualam, namun juga memiliki kelenturan atau elastisitas tinggi yang mesti dijaga dan dipersembahkan dalam kasih kepada Tuhannya, dalam restu dan berkat-Nya untuk membuahkan kehidupan. Rahim merupakan tempat yang memiliki keajaiban bagi setiap makhluk. Rahim wanita yang melindungi kehidupan adalah sumber cinta kasih dan pengampunan yang selalu melahirkan berkat kehidupan.
Orang menyebutnya "Kosmis Bunda" seperti suasana janin tinggal di dalam rahim. Hidup untuk dilahirkan di dunia, setiap orang harus melalui proses dikandung dalam "Kosmis Bunda" tanpa terkecuali. Selain Roh keabadian yang dikandung tanpa campur tangan seorang pria tapi oleh karena Rahmat Roh Suci yang bekerja untuk penyelamatan manusia sebagai Citra Allah dan penyelamatan dunia itulah yang menjadi permulaan saat penyelamatan yang dinanti oleh semua bangsa. Suatu keajaiban kasih dari Allah sendiri yang ingin menunjukkan kemurahan serta kerahiman-Nya tanpa batas dan cinta-Nya tanpa syarat kepada umat-Nya.
Kosmis bunda yang dikelilingi sekian banyak koloni bintang atau disebut cakra yang bersinar dan menyatu aman di rahim wanita. Bintang cakra itu yang nantinya merupakan kekuatan cakra mahadahsyat yang melindungi manusia dari setiap serangan roh jahat serta menumbuhkan kekuatan jasmani rohani untuk mencari kerinduan jiwa pada kesejatian citra-Nya dalam meraih kebahagiaan dan persatuan dengan yang Ilahi. Manakala dia mendapat godaan, tantangan, cobaan, tapi batin dan jiwanya tetap bersatu dengan kesejatian jiwanya, yakni Sang Khalik, maka dia akan dikuakan untuk mengatasi, menanggulangi semua itu.
Cakra menguatkan manusia jiwa raga, apalagi kalau mereka peka melatihnya dengan olah tapa dan ugahari mengendalikan nafsunya. Cakra yang berkembang dalam suatu ruang tertutup masing-masing telah berkembang menjadi sangat banyak menjadi kekayaan rohani nan mewah. seperti benih yang tertanam dalam tanah yang disebut sebagai surga bahagia memberi rezeki pada siapa saja yang mau bekerja.
Bintang-bintang (lintang dalam bahasa Jawa) itulah yang disebut cakra yang melindungi dan menghubungkan manusia pada Tuhannya. Lintang tersebut biasa disebut Lintang Maha Yekti (Singgasana Tuhan), Lintang Maha Budha (Singgasana Sabda), lintang Bima Sakti (daya ke-Tuhan-an), Lintang Bima Kurda (Daya Sabda Tuhan), lintang Perantara atas, di antara lintang Bima Sakti dan lintang Sarutama, lintang perantara bawah (di antara Lintang Bima Kurda dan lintang Sarutama), lintang Hardo Dedali, lintang Manik purba. Lintang tersebut yang menjadi kekuatan dan singal untuk menangkap segala yang terjadi di dalam maupun di luar diri manusia.
Bintang cakra itu yang menjadi kekuatan dan penangkal dari segala unsur negatif yang merangsang dan memengaruhi manusia.
Lintang cakra seorang manusia akan berkembang dalam kebijaksanaan mengolah hidup dalam perjalanan kehidupannya selama mengembara di dunia ini menuju tanah perjanjian surgawi.Â
( Bersambung )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H