Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta, Pengorbanan yang Diam

10 Juni 2021   13:20 Diperbarui: 10 Juni 2021   13:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta, Pengorbanan yang Diam (dok pribadi)

Tuhan  senantiasa  melengkapi pada  setiap  mahkluk-Nya

Insting, intuisi, habitus  penuh  makna

Setiap  mahkluk  saling  belajar  satu  dengan  lainnya

Kebijaksanaan  terpateri

Rasa  perasaanpun  berseri, memuji.

Sang  Pencipta  nan  Maha  Seni

Dengan  mata  kita  bisa  melihat,   observasi

Dengan  segala  Indra  nan  berfungsi,

Meraba, menyentuh,  mengecap  rasa

Dengan  rasa  menggugah  kekaguman

Meraup  kebijaksaan  alam  nan  terbentang  ini

Belajar  dari  jantan  ikan  Arwana  nan  rupawan

Membawa  kita  jadi diam  dalam  kontempelasi.

Dia  menunjukkan  kebajikan , keajaiban

Suatu  pelajaran  nan memikat  hati  dan  budi.

Menelan, diam dan berpuasa (dok pribadi)
Menelan, diam dan berpuasa (dok pribadi)
Ketika  induk  betina  Arwana  bertelur

Tanggung  jawabpun  bergulir  dan  melebur

Kekuatan  cinta  mereka  mengukir  mujizat

Dari  insting  akan  suatu  tanggung  jawab.

Jantan  Arwana  menelen  telur-telur  sang  betina

Dengan  tenang, bermeditasi , dan  berpuasa

Dia  melaksanakan  tugas  kewajibannya.

Lima  puluh  hari  dia  membisu  tak  membuka  mulutnya

Tak  makan  juga  tak  bersuara

Diam  dalam  cinta  meindungi  telur,

Yang  akan  menjilma  menjadi  anak-anaknya

Dengan  cinta  dalam  kediaman  yang  dalam.

Lima  puluh  hari  kemudian,

Anak-anaknya   dikeluarkan,

Masih  dalam  incubator  kuning  telurnya

Bertumbuh  dan  perlu  diasuh,  dijaga

Dalam  kasih  ayah  dan  induknya.

Satu  bulan  mereka  sudah  giat  berenang,

lepas  dari  incubator

Berenang  dalam  keriangan

kebahagiaan, kebebasan

Berkat  cinta   pengorbanan  ayahnya  yang  berpuasa  dalam  kasih,

Agar  kehidupan   baru  terlahir  bersih

Bukan  hanya  satu,  banyak  dan  berkembang

Melahirkan  warna  kasih  baru

Yang  mesti  ditiru,

Oleh  para  ayah  manusia  yang  mesti  malu,

Jika  tak  bertanggung  jawab,

Meninggalkan  istri  dan  anaknya, berlalu....

Semoga  pelajaran  ini  tersemai  di hati  nurani

Membuat  kita  manusia  semakin  peka  dan  manusiawi

Menimba  dan  melaksakan  tanggung  jawab  nan  terpuji

Di  mata  Tuhan  nan  Suci.

Oleh  Sr. Maria  Monika  SND

10  Juni, 2021

Artikel  ke: 376

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun