Salam kasih dan doaku untuk saudara, saudariku kurban MERAPI, doaku mengiringimu yang bencana dulu dikau pergi, semoga jiwamu bahagia dalam persatuan dengan Bapa Surgawi.

Sering hatiku bertanya, mengapa bencana di Bumi, bahkan di Indonesia datang silih berganti? Mungkin saya, anda, kita semua tidak mau peduli lagi pada kesuburan, dan stabilitas jagad raya ini. Mengaduk, mengeruk, menguras dengan tidak tahu batas, segala isi perut bumi.
Membabat hutan, membunuh binatang tanpa memikir lagi orang lain, apalagi generasi muda yang akan mengganti kami. Semua terkuras habis dengan moto “ Asal saya dapat menikmati apa saja saat ini” Oh ini dosa terbesar bagi kami, yang mesti kami sadari, mesti membawa kami pada hati, jiwa , budi untuk bertobat pasti.

Hidup dan isi bumi sesungguhnya keselarasan yang harmoni yang berganti seirama kehendak Ilahi agar semuanya lestari. Jika terkoyak dengan perlakuan kita yang tidak terpuji,maka segalanya akan berganti menimbulkan bencana tanpa henti membuat segala mati tak terkendali. Ayo mulai dari diri sendiri mencintai dan memelihara BUMI, melaksanakan Amanat Paus Fransiskus dalam ajakan “Laodato Si dan Fratelli Tutti “
Oleh Sr. M. Monika Puji Ekowati, SND
Artikel ke : 170
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI