Aktingnya  natural, apa  adanya  dan  sungguh menawan, tak  mengherankan  jika  banyak  Piala  Citra  dan  penghargaan  yang  lain  diraihnya. Saya  sejak kecil  memang  sering  menonton  Film  India  dan  Indonesia, apalagi  Rumah  saya  tidak  jauh  dari  gedung  bioskop. Waktu  itu 1 karcis  bisa  untuk nonton 2 orang bersama adikku. Mungkin  karena seringnya  nonton  Film, dan  yang  jaga  tetangga  sendiri he..he..he.
Mulai  dari Film  Ratapan  Anak  Tiri dibintangi  oleh  Dewi  Rosario Indah  &  Faradilla  Sandi, Dimana  Kau Ibu,Si  Doel Anak  Betawi dibintangi  Rano, Karno, dan  Film  lainnya  terutama  yang  dibintangi  oleh  para  bintang  termahal  waktu  itu  ( Roy  Marten, Robby  Sugara, Yati  Octavia, Yenny  Rahman, Doris Callebout &  Tanti  Yosefa ).
Film  yang  lahir  dari  novelnya  Eddy  D  Iskandar seperti :  Gita Cinta  dari  SMA, Puspa  Indah  Taman Hati, Cintaku  di  Kampus  Biru, Terminal Cinta Terakhir. Karmila hasil  novel  Marga  T, dan Kabut  Sutera  Unggu buah  novel  Ikke  Supomo dan  masih  banyak  lagi.
Maklum saya  penggemar  Sastra. Sebagaimana  pernah  saya  ceritakan  dalam  Artikel "Menulis  adalah  Menoreh Keabadian" sejak  kecil  saya  sudah disodori  aneka  novel oleh  bapak  saya  untuk  dibaca mulai  dari  Tenggelamnya  Kapal  Van  der  Wijck ( Hamka ), Siti  Nurbaya (  Marah  Roesli), Salah Asuhan (  Abdoel  Moeis ), Layar  Terkembang ( Sutan  Takdir  Alisjahbana )Belenggu (  Armijn Pane. Nyanyi  Sunyi, Buah  Rindu (Amir Hamzah )dll karya diasa  Pujangga  Baru. Sehingga saya  juga  diijinkan  kalau  mau  nonton  Film. Dengan  catatan  jangan  lupa belajar  dan  menyelesaikan  pekerjaan Rumah.
Dia tidak  hanya  sebagai  pemain  Film  saja  namun  juga sebagai produser, "Daun di Atas Bantal", saat Tak Tertentu yang  diusulkan  dalam  lomba film di Cannes sepuluh tahun kemudian. Ketika memproduksi film ini,dia  menjadi  pemeran  utama dan  memilih sutradara muda Garin Nugroho, yang sangat berbakat.
Mbak Christine Hakim menjadi orang Indonesia perdana yang terpilih sebagai  juri dalam Festival Film Cannes. Pada tahun 2005 ia menerima penghargaan khusus selama upacara pembukaan Festival Film Asia Deauville ke-7.
Karena  actingnya  yang  MANTUL alias  mantab betul tak  meragukan  lagi pada tahun 2010 dia  sebagai aktris Indonesia pertama yang main film Hollywood dalam EAT PRAY LOVE, bersama Julia Robert, film  tersebut  digarap  di Bali. Dia  berperan sebagai Wayan, seorang penjual jamu. Pada  tahun  yang  sama karena  "pencapaiannya yang luar biasa" dia menerima Penghargaan FIAPF (Fdration Internationale des Associations de Producteurs de Films); bahasa Inggris: International Federation of Film Producers Associations; bahasa Indonesia: Federasi Internasional Asosiasi Produser Film) adalah sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1933 dan berbasis di Paris.
Dia  juga  terpilih sebagai duta relawan niat baik Indonesia untuk UNESCO. Kesempatan  ini  Dia gunakan untuk mempromosikan Pendidikan. Mendorong reformasi pendidikan di Indonesia, dan mempromosikan program bantuan bencana di Asia Tenggara.
Perhatian serta kepeduliannya terhadap budaya & warisan bangsa memang luar  biasa. Hal ini terlihat dari usahanya untuk mengangkat olah raga pencak silat ke layar lebar. Seperti  dalam  film MERANTAU dimana  dia  juga  ikut mem bintangi. Bahkan film ini diputar pada Festival Film Cannes.
Perhatiannya  tidak  hanya  dalam  film  saja. Sejak  remaja  dia  ingin  menjadi seorang arsitek atau psikolog. Mungkin  karena ketertarikannya  itu, Kiprahnya  diwujudkan  sebagai  seorang  aktivis. Mulai awal tahun 2000-an,  Dia menjadi aktivis dengan fokus pada pendidikan. Setelah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, ia melakukan banyak perjalanan kemanusiaan ke Aceh.