Perutusan  Baru
Menjadi  isu masyarakat  sekitar, tanah itu situasinya angker. Sudah  lama  Rumah  dan  tanah  itu  tiada  berpenghuni .Rumah yang dulu digunakan sebagai Pastoran kosong, aktifitas Gereja sama sekali padam, umat Katolik  tidak berani datang  kelokasi itu.
Situasi yang demikian berlangsung  selama  kurang lebih lima tahun.  Melihat  situasi  yang  demikian  Mgr Julius  Sunarko ( Uskup  Purwokerto, almarhum )  meminta  Sr  Maria  Rosaline untuk  berkarya  di  Kebon  Agung  daerah  Kajen. Beliau  tahu kalau  Sr  Maria  Rosaline  mahir  dalam  pengobatan, peracik  jamu  herbal  dan  menyembuhkan  penyakit  dengan  kemampuan" Prana " Berulang  Kali  Mgr  Julius  Sunarko  meminta  Suster Rosaline, akhirnya  dihubungkan  kepada  Pemimpin  Provinsi  SND (  provincial ) waktu  itu  diemban  oleh Sr  Maria  Robertin. Â
Gayung  bersambut, Sr  Robertin  yang  begelut  dalam  JPIC  = Justice  Peace Intergration  with  the  whole  Creation  atau  dalam  Bahasa  Indonesia  sering  disebut  KPKC = Keadilan Perdamaian  dan  Keutuhan  Alam  Ciptaan, menyambut  tawaran  Bapa  Uskup.
Sebelum Para  Suster  memulai karya disana, mereka  diajak Sr Robertin sebagai  Provinsial  menghadap Bapak Uskup, untuk memberi tahu beliau kalau para  Suster  sudah siap untuk memulai karya di Desa Kebon Agung, Kajen . Mereka  mohon restu dari Bpk Uskup.
Setelah  terjadi  kesepakatan  dan  rembug  bersama  serta  Sr  Rosaline  bersedia  untuk  berkarya yang  berfokus  pada  KPKC yang dibesut  dengan  Pengobatan  Herbal  dan  Prana, maka  Pada tgl 23 Maret 2011  Sr  Maria  Rosaline  ditemani Sr M Godefrida SND masuk rumah  yang  sederhana sekali. Pada tgl 25 Maret 2011 rumah  itu  diberkati oleh Romo Dwiantoro PR ( sebagai  Pastur  Paroki St Petrus Pekalongan waktu itu) secara diam2, tanpa dihadiri umat apalagi masyarakat. Yang hadir hanya beberapa Suster  saja.
Para  Suster  tidak banyak membawa barang, hanya secukupnya yang  diperlukan untuk keperluan pribadi dan sedikit untuk keperluan komunitas. Setelah sampai ditempat baru, tidak lama Sr M Yasinta yang  mengantar  para  suster  kembali  ke  Pekalongan  tempat  Rumah  Induk  para  SND  yang  jaraknya  35  km dari  daerah  Kebon  Agung  Kajen.
Tidak ada acara penyambutan dari umat atau siapapun kecuali Bp Agus Sugeng dengan isterinya. Meskipun  demikian  para  Suster  tidak merasa kecewa. Hanya merasa sepi sekali, apalagi, sinar lampu hanya ada dikamar tidur masing --masing  dan dikamar tamu serta dikamar makan. Itupun kecil sekali.  Suasananya  remang- remang  sekali, dalam bahasa Jawa limang watt. Diluar rumah yang  ditempati tidak ada lampu satupun.
Sungguh seperti ditengah hutan. Meskipun berbeda kamar  antara  ke  dua  suster itu antara  keduanya.  Sr Godrfrida selalu  mengajak  ngobrol untuk menghilangkan rasa takut karena  Sr M. Godefrida, penakut sekali. Semalam mereka berdua sama sekali tidak tidur, sehingga  mendengar apa saja yang terjadi diluar dan didalam rumah.
Meskipun rumah dekat dengan jalan raya, namun tidak ada kendaraan satupun yang lewat kecuali satu sepeda motor, itupun cepat sekali. Jadi sangat sepi sekali.
Kalo didalam rumah banyak suara tikus yang berkejaran. menjelang pagi diatas jendela ada banyak ayam kepunyaan Pak Agus bertengger & berkokok dengan keras. Tentunya dengan aroma  kotoran  yang  aduhai  tepat  dijendela . Eeee ternyata disebelah kamar  memang  ada  kandang ayam kepunyaan Pak Agus.
"Ya kami tidak bisa berbuat apa2 karena kami juga baru datang". Pagi harinya kami berdua setelah Ibadat pagi, membuat sarapan dan kami lanjutkan mengatur keperluan kami untuk tinggal disana serta berkarya disana", demikian  tutur  Sr  M. Rosaline  ketika  kutanya sejarahnya  memulai  karya  baru.
Mereka  berdua belum tahu apa yang nantinya akan dikerjakan disana, yang penting beberapa hari kedepan mulai  mengatur barang yang dibawa dari Pekalongan.
"Langsung saya diterima sebagai saudara", jelas  Sr  Rosalin. KataBapak  &  Ibu  RT, para  suster tidak usah sungkan kalau perlu apa saja, beliau siap membantu. Dan itu sungguh dirasakan  para  suster, dianggap saudara sampai sekarang, meskipun beliau sudah tidak jadi RT.
Jadi terlihat sekali aura Alam disekitar sangat  kotor sekali, sehingga tidak  ada  orang  yang  berani  ditempat  itu.  Memang  untuk  memulai karya  baru  atau  babat  alas, seperti  Raden  Wijaya  yang  akan  mendirikan  kerajaan  besar  Majapahit, juga  harus  berani  kerja keras, berlaku  tapa.
Demikian  juga  dengan  Sr M. Rosaline dan  Sr M. Godefrida  bekerja  keras  bersama  tukang  kebon, akhirnya tempat  itu  berangsur  tertata dan  tampak  bersih, terang.
Tapi  sayang  Sr  Godefrida  hanya  betahan  2  bulan  sehingga  Sr  M. Rosaline  tinggal  sendirian. Begitu situasinya awal para  SND (Sr Godefrida & Sr Rosaline) membuka karya disana. Tantangannya tidak hanya bagaimana nanti masyarakat menerima mereka  atau tidak, tetapi juga Situasi alam yang kurang mendukung karena tanah dan rumah angker.
Selain itu situasi rumah juga terlihat rumah kuno (lama). Sudah puluhan tahun didirikan dan tidak dirawat. Namun  kepercayaan pada  Tuhan  Sang  pemelihara  dan  niat  yang  tulus  untuk  merasul dan  mewartakan  " Betapa  baiknya  Tuhan  Yang Maha  Baik "  Sr.M Rosaline  terus  berkarya.
Mulai  dikenal  masyarakatÂ
Keramah-tamahannya serta ketekunan  mengunjungi  tetangga  sekitar, akhirnya  mereka  tahu  kalau  "Ibu  Suster", demikian  mereka  memanggil  mempunyai  keahlian  meracik  jamu  dan  pengobatan  lewat  Prana.
Begitu mereka tahu kalau suster  bisa menolong orang sakit, hampir setiap hari selalu ada orang minta tolong diobati dan minta jamu. Yang datang hampir seratus persen orang tidak mampu dan miskin. Kalau mereka tidak bisa datang saya dijemput oleh orang yang saya sudah kenal karena pernah datang berobat atau minta tolong oleh Pamong desa untuk mengantar saya kerumah pasien yang tidak bisa datang.
Mereka tahu kalau saya bisa menolong orang sakit dari mereka sendiri. Dari mulut kemulut. Demikian  penjelasan  Sr  Rosaline. Bahkan banya  orang  tetangga  desa juga berdatangan untuk berobat, yang dating  semuanya saudara Muslim.
Banyak  orang  yang  sembuh  dan  tertolong  dalam  pengobatan  cara  ini.  Bahkan  seorang  Ustad (  Tokoh  Agama)  Islam  juga disembuhkan  dan  kini  terjadi  relasi  yang  baik. Kehadiran  Sr  Rosaline  diterima  oleh yang  mayoritas  Umat  Muslim.
Dengan situasi saya dari hari kehari yang saya alami tampaklah ini Allah yang ber Karya, saya hanya sebagai alat & talang",kata  Sr  Rosaline  ketika  kutanya  bagaimana  harus  menyambung  hidup  membeli  jamu, dan  mencukupi  kebutuhan  sehari-hari.
Dengan  berjalannya waktu  Sr  Rosaline  sudah banyak  mempunyai relasi dibeberapa Desa & Kelurahan karena menggunakan metode Blusukan, seperti  Bp  Jokowi, katanya. Itu dilakukan dengan berjalan kaki, dengan naik andong, dengan naik becak, atau ojeg kalau kebetulan ada yang mau. (waktu itu belum biasa ada gojeg).
"Saya berpikir kalau ada sepeda di rumah induk yang tidak dipakai Sr lain baik kalau saya minta, dan syukur Sr mengijinkan satu sepeda saya bawa ke Kajen, sehingga saya lebih mudah blusukan ke desa2 yang belum pernah saya datangi"lanjutnya  dengan  wajah  berbinar  sewaktu  menceritakan  pengalamannya.
Dengan blusukan itu  Sr  selain mengenal masyarakat,  juga mengetahui masalah keluarga mereka dan menolongnya. Sehingga tidak hanya menolong orang sakit saja, tapi juga permasalahan keluarga. Adanya kekerasan dalam keluarga (terhadap perempuan atau anak).
Masalah2 dalam keluarga banyak sekali. Sr  Rosaline menjadi tempat curahan hati mereka. Dengan blusukan itu dia  kenal  dan  menerima  siapa  saja  tidak  memandang  agama, suku, warna  kulit  kaya  ataupun  miskin, bagi Sr  Rosaline, semua  orang  adalah  " Citra  Allah  yang  harus ditolong  dan  ditingkatkan  derajat  dan  harkat  hidupnya dengan  penuh  cinta kasih.
 .
Rumah  disini  diberi  nama  " BERKAH  DALEM " arinya  sangat  mendalam, menjadi  berkat  bagi  penghuni  Rumah  maupun  tamu  yang  datang. Wisma artinya Rumah / tempat tinggal. Berkah artinya Berkat Tuhan, baik untuk orang yang tinggal maupun datang untuk berkunjung di Wisma, akan memberi dan menerima Berkat Tuhan yang nantinya menyalurkan Berkat itu ke orang lain.
DALEM artinya Tuhan  Jadi WISMA BERKAH DALEM artinya   Rumah untuk tempat tinggal yang menyalurkan Berkat Tuhan kepada sesama sehingga semuanya akan menjadi Berkat bagi sesama.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H