Adalagi acara/ ritual yang membuat kami bersatu saling membantu dan bergembira dalam merayakannya yaitu pada saat “ Tegah Desa / Sedekah Bumi dan Suranan ( Malam 1 Suro) di kedua hari raya tersebut, kami membersihkan kampong, saling berkunjung, dan dipusat kota banyak pertunjukkan wayang, mulai wayang Kulit, wayang Thengul, wayang Golek bahkan wayang Potehi.
Dengan sajian berbagai cerita yang memberi inspirasi para penonton untuk mengangsu falsafah hidup. Para Pini sepuh ( Orang tua - tua di Kampong) membersihkan diri lahir batin dengan puasa dan laku tapa. Sungguh kegiatan dan perilaku yang menarik.
Mati raga/ laku tapa dengan menciptakan keheningan lahir batin, memperhatikan apa yang kita makan yang menyehatkan tubuh. Semua itu jika dilakukan dengan penuh ketekunan, kesetiaan, kegembiraan dan rasa butuh untuk perkembangan jiwa raga kita akan sangat bermanfaat dan membuat kita menjadi peka akan segala peristiwa yang kita hadapi.
Kita akan semakin terbiasa untuk menyimak dan mengenali kehendak Tuhan yang menyentuh dan berbicara padaku melalui setiap peristiwa hidup.Setiap bulan selama satu setengah hari penuh dalam keheningan batin dan berdiam diri, menjalani rekoleksi bulanan,.
Merenungkan tema yang telah diolah oleh tim spiritualitas, sesuai Kitab Suci, semangat kongregasi yang dipadukan dengan tuntutan dan perkembangan jaman.
Singkat kata setiap bulan mengadakan pembaharuan rohani, saling meminta maaf dan doa restu / dukungan dari pera anggota komunitas untuk perkembangan hidup rohani bulan berikutnya.
Ritual pemeriksaan batin harian siang & malam, rekoleksi bulanan, retret tahunan yang dilakukan dalam “ silentium magnum” totalitas keheningan selama 7 hari penuh hendaknya benar-benar disadari oleh setiap anggota sebagai saat untuk mengadakan pembaharuan hidup rohani dihadapan Allah. Sang awal mula dan tujuan akhir dari kehidupan manusia.
Hidup dalam refleksi terus menerus akan membuat raga,jiwa, roh kita disegarkan dan selalu mencari “ Sumber Telaga sejati “ yakni Allah sebagai Sang sumber kesegaran dan kehidupan.
Hati yang tertata dalam refleksi itu akan menuntun kita untuk mensyukuri waktu-waktu yang telah kita lalui, serta hasrat untuk memohon berkat penyertaan Allah di waktu-waktu mendatang.
Moment yang terpenting kiranya tepat pada pergantian tahun. Refleksi di akhir tahun menjadi saat yang diharapkan, dirindukan dan diadakan oleh banyak orang yang sadar akan betapa Maha Kuasanya Tuhan yang telah melimpahkan berkat dan perlindungan-Nya selama ini.