Kesadaran menggunakan waktu mesti menjadi fondamen dalam budi pikiran, dan moral kita agar waktu yang dianugerahkan Tuhan kepada kita sungguh-sungguh kita pergunakan dengan baik.
Ada pepatah / ungkapan yang beragam tentang waktu misalnya “ time is money”(waktu adalah uang), “ time is gold” waktu adalah emas. Bagiku “ time is special grace from my Dear Lord “ ya waktu adalah anugerah Tuhan. Sedetik …, semenit waktu bisa membawa kita dalam keadaan berahmat atau berdosa.
Apakah aku adil dalam mempergunakan waktuku untuk Kemuliaan Tuhan, diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupku ? Manakan yang paling banyak kuberi porsi penggunaan waktuku tersebut?
Hidup yang tidak direfleksikan adalah tidak layak untuk dihidupi, demikian kata mutiara Plato. Karena kita akan cenderung berbuat sembarangan dan tak tahu arah dan tujuan hidup itu sendiri.
Dengan refleksi dari hari kehari nurani kita dituntun untuk menapak dalam kepastian tujuan kita, akan kejernihan pangkal, asal dan tujuan manusia menuju kepada Sang Khalik Yang Empunya Kehidupan “ Sangkan Paraning Dumadi “
Dulu sebelum menjadi biarawati, waktu yang penting bagiku dan kuingat adalah, saat saya berulang tahun, bahkan peringatan Weton ( hari lahir dalam pasaran hitungan kalender Jawa) karena saat itu pasti orang tuaku merayakan dengan upacara / bancaan, membagi bubur merah putih atau nasi urap kepada para tetangga / teman sebaya.
Selain itu hari besar juga kami rayakan entah itu Idul Fitri, Imlek, Natal dan Paskah serta Tahun Baru. Meskipun keluargaku katolik, namun hari raya Idul Fitri dan Imlek kami ikut merayakan, karena para tetanggaku banyak yang Moslem dan Thionghoa, Rasanya Hari Raya Idul Fitri sudah menjadi adat meriah di Kampungku, juga hari Raya Imlek kami mendapat banyak antaran aneka macam kue khas Imlek. Ke 2 perayaan ini sangat mengesan dihatiku dan teman -teman sebayaku.
Betapa rukunnya kami dalam kegembiraan dan kebahagiaan Hari raya bersama. Ketika saya cuti dan berjumpa dengan tetangga dan teman-teman, masa itu sungguh menjadi bahan cerita yang sangat berkesan dan menyenangkan.
Moment penting tersebut membawa kami pada refleksi bahwa Tuhan menciptakan kita manusia sama dihadapanNya, tidak ada keterpisahan atau dikotak-kotakkan menurut agama, ras, warna kulit. Kami dapat hidup rukun satu sama lain saling menghargai, saling toleransi dan merayakan hari raya dalam kebersamaan rasa penuh kasih kebahagiaan.
Betapa indahnya jika kesadaran untuk hidup rukun, damai, berbagi kegembiraan/ kebahagiaan menjiwai setiap insan. Itulah yang dikehendaki Tuhan agar setiap manusia berbahagia dan bersatu memuji Dia!