Di era digital seperti saat ini terdapat suatu komunikasi baru yang lebih cepat, efisien, dan pastinya lebih luas jangkauan audiens nya sehingga konten-konten dengan topik politik telah menjadi hal yang umum untuk dibicarakan dalam komunikasi masyarakat sehari-hari. Proses tersebut adalah bagian dari komunikasi politik yang dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang latar belakang, jabatan, suku, gender, atau aspek lainnya. Dalam hal ini, komunikasi politik diartikan sebagai usaha yang disengaja untuk memengaruhi masyarakat melalui persuasi dalam ranah politik.
Tujuan utama komunikasi politik saat ini adalah untuk membentuk opini publik. Terlebih di era reformasi ini indonesia merupakan negara yang terbuka dan transparansi sehingga semua orang mempunyai hak untuk bersuara dan mendapatkan informasi terkait politik. Para politikus dan pihak-pihak yang terlibat dalam politik harus menyadari pentingnya membangun persepsi positif di mata masyarakat, karena keberhasilan mereka dalam meraih dukungan publik sangat bergantung pada seberapa baik mereka mengelola opini yang berkembang dimasyarakat. Tidak ada peningkatan popularitas kandidat politik tanpa dukungan opini publik sehingga komunikasi politik dan opini publik sangat erat banget kaitan nya dalam mendukung dan memperkuat satu sama lain.
Opini publik sangat menarik untuk dibicarakan karena banyak faktor yang mempengaruhinya dan komunikasi politik selalu berkaitan dengan hal tersebut. Proses politik tidak akan terjadi tanpa adanya komunikasi politik yang dimana dapat membentuk persepsi atau opini publik. Pesan-pesan politik dapat disebarkan melalui berbagai saluran media untuk membentuk persepsi masyarakat. Dimana sekarang perkembangan digitalisasi dan teknologi informasi berkembang sangat pesat sehingga telah mengubah cara media menyampaikan berita dan mempengaruhi opini masyarakat. Munculnya teknologi baru ini, membuat penyebaran informasi yang lebih cepat, luas, dan terkadang tidak terkontrol yang pada akhirnya dapat memperkuat atau bahkan memanipulasi persepsi publik.
Media memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk persepsi publik dan mempengaruhi keputusan pemilih terutama di negara seperti Indonesia yang memiliki masayarkat yang beragam dan lanskap politik yang rumit. Media berfungsi sebagai alat komunikasi utama penghubung antara masyarakat dan kandidat politik untuk menyampaikan pesan politik yang akan mempengaruhi atau membentu opini publik. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan terikat antara media, opini publik, dan keputusan politik yang menentukan bagaimana demokrasi berjalan.
Media dalam Komunikasi Politik
Komunikasi politik merujuk pada diskusi politik yang berlangsung dalam konteks perbedaan dan persetujuan. Untuk mencapai konsensus, perbedaan pandangan di antara masyarakat diproses melalui dialog. Konsensus yang telah disampaikan secara publik disebut opini, sementara pemikiran atau kesepakatan yang belum diungkapkan secara terbuka tetap dianggap sebagai sikap. Pandangan ini sejalan dengan perspektif bahwa komunikasi politik berlangsung melalui komunikasi massa, dengan pesan-pesan yang bersifat umum dan relevan. Dalam konteks ini, opini publik mengacu pada sesuatu yang diungkapkan (bersifat eksternal), disampaikan kepada khalayak, atau diketahui oleh masyarakat luas (Tabroni, 2012:88-89).
Media massa merupakan saluran yang sangat penting dalam komunikasi politik karena berfungsi sebagai jembatan antara kandidat dengan publik. Media merupakan saluran untuk menyampaikan pesan komunikasi politik kepada khalayak luas untuk mempengaruhi opini publik. Media massa yang tradisional seperti televisi, radio, maupun surat kabar memainkan peran dalam menyampaikan informasi politik. Di zaman digitalisasi saat ini, media sosial telah menjadi alat yang lebih efisien dalam membentuk opini publik berkat kemampuannya menjangkau audiens yang lebih luas secara cepat dan interaktif.
Dalam era teknologi yang semakin berkembang saat ini, media sosial telah berkembang juga menjadi platform atau alat yang sangat berpengaruh dalam komunikasi politik. Media sosial dapat menjangkau khalayak luas dalam waktu singkat dan dapat menyebarkan informasi secara instan. Konten viral yang tersebar di situs web seperti Twitter, Instagram, dan Tiktok memiliki kemampuan untuk memicu perdebatan yang luas komunikasi politik, mempercepat penyebaran informasi, dan dengan cepat membentuk opini publik. Media sosial saat ini bukan hanya alat komunikasi politik tetapi telah berkembang menjadi tempat pertempuran ide-ide politik yang semakin sengit yang dimana, berbagai kelompok, individu, dan partai politik bersaing untuk mendapatkan dukungan publik dan perhatian publik.
Pembentukan Persepsi atau Opini Publik Melalui Media
Opini publik tercipta melalui proses perpaduan pemikiran, perasaan, dan pendapat yang disampaikan masyarakat dalam ranah komunikasi politik. Pembentukan opini publik melibatkan interaksi yang kompleks antara komunikasi politik dan masyarakat luas. Opini publik juga dipandang sebagai kekuatan politik yang berperan penting dalam menopang demokrasi (Tabroni, 2012:83-84). Salah satu konsekuensi dari pesan politik adalah terbentuknya opini publik. Dalam proses komunikasi, pesan politik yang disampaikan oleh politisi kepada masyarakat melalui media massa akan diolah oleh penerima pesan, sehingga masyarakat bertransformasi menjadi penghasil opini publik. Media massa berfungsi sebagai saluran komunikasi dua arah yang bersifat timbal balik (Tabroni, 2012:80-81).
Strategi komunikasi politik yang efektif, menurut model Harold Lasswell yang terkenal dengan rumusan "Who says what in which channel to whom with what effects?" yaitu strategi yang baik itu ketika mampu membentuk opini publik yang sesuai dengan tujuan politik tertentu. Kandidat, partai, atau kelompok politik dapat memanfaatkan media untuk menyebarkan pesan yang bertujuan untuk memengaruhi persepsi publik terhadap kebijakan atau isu tertentu. Media sering kali digunakan dalam pemilu Indonesia untuk menekankan kepribadian kandidat, janji kampanye, dan perspektif mereka tentang masalah strategis. Ini menghasilkan cerita yang dapat memengaruhi pilihan pemilih.
Media memainkan peran penting dalam proses pembentukan opini publik dengan menyampaikan berita, informasi, dan analisis yang relevan tentang berbagai masalah. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk cara media menyampaikan informasi dalam konteks sosial politik di mana informasi tersebut diterima oleh publik. Sebagai contoh, pemberitaan media tentang masalah kontroversial yang sering muncul seperti kebijakan pemerintah baru atau skandal politik yang mencuat dapat memengaruhi cara orang melihat dan menanggapi masalah tersebut.
Contoh yang lebih konkret dapat dilihat selama Pemilu Indonesia 2024. Melalui pemberitaan yang intens dan berfokus pada profil dan program masing-masing kandidat, media massa memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik yang berkaitan dengan calon presiden dan partai politik yang bersaing dalam pemilu tersebut. Tingkat dukungan yang diterima oleh kandidat dari masyarakat sangat dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap calon tertentu, apakah itu positif atau negatif. Media sosial juga merupakan peran yang penting dalam proses ini di mana masyarakat dapat memberikan kesempatan bagi individu dan kelompok untuk menyuarakan pendapat mereka secara langsung kepada publik. Ini menghasilkan gelombang opini yang dapat memengaruhi cara pemilih berpikir dan membuat keputusan pada hari pemungutan suara.
Namun, ada kontroversi tentang peran media dalam membentuk opini publik. Penggunaan media untuk menyebarkan opini yang tidak benar dapat menimbulkan ketegangan di masyarakat, terutama jika informasi yang diberikan salah atau dipengaruhi oleh agenda politik tertentu. Dalam beberapa situasi, media dapat berfungsi sebagai alat propaganda yang digunakan oleh para politikus untuk meningkatkan kekuatan mereka dengan membentuk persepsi publik yang mendukung mereka. Situasi seperti ini sering menyebabkan konflik politik yang mengganggu stabilitas sosial. Di sisi lain, penguatan demokrasi juga dibantu oleh media. Media menjadi alat demokratisasi yang memungkinkan kebebasan berkomunikasi dengan memberikan platform bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapat mereka.
Dampak Terhadap Dinamika Politik dan Keputusan Pemilih
Opini publik yang dibentuk oleh media massa, baik tradisional maupun digital sangat memengaruhi dinamika politik di Indonesia. Jika masyarakat secara teratur di paparkan informasi tertentu dapat berdampak signifikan pada pemahaman dan sikap masyarakat tentang berbagai masalah politik yang sedang berkembang, termasuk kandidat tertentu yang bersaing dalam pemilihan umum. Penyebaran informasi yang masif dapat mempengaruhi persepsi dan keyakinan pemilih, yang pada akhirnya mempengaruhi sikap politik mereka dan proses pengambilan keputusan pemilu. Dengan cara ini, opini publik yang dapat berupa dukungan atau penolakan terhadap kebijakan tertentu seringkali memiliki kekuatan yang besar, bahkan dapat mendorong perubahan kebijakan pemerintah atau memengaruhi hasil pemilu.Â
Pengaruh media terhadap opini publik menyebabkan masalah besar. Salah satunya adalah penyebaran informasi yang salah, menyesatkan, atau bias yang dapat menimbulkan polarisasi di masyarakat. Berita palsu atau hoax dapat menyebar secara viral di media sosial dan membuat pemilih yang kurang terinformasi menjadi keliru tentang masalah politik dan mempengaruhi keputusan mereka. Hoax yang mengguncang opini publik dapat menimbulkan ketidakpastian atau bahkan ketakutan yang tidak berdasar, yang pada nantinya akan dapat merugikan proses pemilu itu sendiri. Oleh karena itu, literasi media yang baik yakni kemampuan untuk menganalisis dan memilah informasi dengan bijak dan sangat penting bagi masyarakat agar mereka dapat membuat keputusan politik dan tidak terjebak dalam kabar yang menyesatkan.
Studi Kasus
Pemilihan umum di Indonesia, khususnya pemilihan presiden (pilpres) seringkali dipengaruhi oleh media massa terutama televisi. Stasiun TV tidak hanya berfungsi sebagai penyedia informasi tetapi juga sebagai alat untuk membentuk persepsi publik terhadap calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Dalam Pemilu 2024, terdapat beberapa stasiun TV yang diketahui memiliki hubungan dengan para capres melalui kepemilikan atau dukungan politik.
Stasiun TV MNC Group yang dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo ketua umum Partai Perindo, menunjukkan keberpihakan terhadap Ganjar Pranowo. Pemberitaan di MNC TV sering kali dianggap sebagai kampanye dini untuk Ganjar, menciptakan persepsi bahwa ia lebih populer di kalangan pemilih. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai netralitas media dalam penyiaran berita politik, mengingat pengaruh besar yang dimiliki media dalam membentuk opini publik.
Di sisi lain, Media Group yang dipimpin oleh Surya Paloh ketua umum Partai Nasdem, juga memiliki kedekatan dengan Anies Baswedan. Metro TV bagian dari Media Group diduga menjadi "corong" bagi Anies melalui pemberitaan yang cenderung memihak. Pemberitaan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi persepsi pemilih terhadap Anies dan menguntungkan posisinya dalam kontestasi politik. Dengan demikian, media tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga dapat mengarahkan opini publik ke arah tertentu.
Sementara itu, TV One yang dimiliki oleh Aburizal Bakrie ketua dewan pembina Partai Golkar, dikenal memiliki kedekatan dengan Prabowo Subianto. Pemberitaan di TV One sering kali mencerminkan sudut pandang yang menguntungkan Prabowo. Ketika sebuah stasiun TV memberikan waktu tayang lebih banyak kepada capres yang didukungnya, hal ini dapat menciptakan persepsi bahwa calon tersebut lebih layak untuk dipilih. Dengan demikian, pengaruh media dalam membentuk opini publik menjadi semakin jelas.
Media memiliki kekuatan dalam membentuk opini publik melalui cara penyampaian informasi. Frekuensi pemberitaan menjadi salah satu faktor penting yaitu stasiun TV cenderung memberikan lebih banyak waktu tayang kepada capres yang didukungnya. Selain itu, narasi berita baik, melalui bahasa yang digunakan maupun sudut pandang yang diambil dapat membentuk persepsi pemilih tentang karakter dan kebijakan calon. Tayangan-tayangan yang menampilkan capres secara tidak langsung juga dapat dianggap sebagai bentuk kampanye terselubung yang berpotensi memengaruhi keputusan pemilih tanpa mereka sadari.
Kesimpulannya, dukungan dari stasiun TV terhadap capres dan cawapres dalam Pemilu 2024 menunjukkan pentingnya media dalam membentuk persepsi publik. Dengan adanya kepemilikan media oleh politisi atau partai politik tertentu netralitas media sering kali dipertanyakan. Oleh karena itu, penting bagi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk memastikan bahwa semua calon mendapatkan porsi pemberitaan yang adil dan seimbang agar pemilih dapat membuat keputusan yang informasional dan objektif. Media seharusnya berfungsi sebagai jembatan informasi yang membantu masyarakat memahami pilihan mereka dengan lebih baik bukan sebagai alat untuk memanipulasi opini publik demi kepentingan politik tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H