Mohon tunggu...
Lay Monica Ratna Dewi
Lay Monica Ratna Dewi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teknologi Bisa Jadi Racun, Sadarilah!

29 Desember 2012   11:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:51 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Disusun bersama dalam tim. Dipublikasikan pada Jumat, 22 Oktober 2010 pada rubrik KOMPAS MUDA...

Siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk online… online… online… online….

Kenal, kan lirik lagunya Saykoji itu? Lagu berjudul ”Online” ini memang kocak. Tapi, di balik semua lirik lagu itu ada cerita tersendiri: orang yang terlalu banyak berkutat dengan teknologi sampai lupa waktu.

Di era modernisasi, kita memang butuh teknologi. Bayangkan kalau enggak ada komputer, HP, satelit, TV, dan benda-benda canggih lainnya.

Enggak akan ada yang membantu pekerjaan manusia, termasuk alat buat menyebarkan informasi penting. Lagi pula komunikasi juga menjadi mudah berkat jasa teknologi.

Oleh karena itu, teknologi udah jadi salah satu kebutuhan vital kita. Tapi, kalangan masyarakat, terutama anak muda zaman sekarang, umumnya memanfaatkan teknologi sekadar untuk hiburan, entahgame-online, menjelajah jejaring sosial, atau chatting.

Bahkan, data dari Facebook tahun 2010 menunjukkan, pengguna Facebook seenggaknya udah mencapai 500 juta orang.

Tingginya frekuensi penggunaan teknologi oleh masyarakat kita dapat mendukung kemajuan dan transfer teknologi yang lebih canggih. Tapi, adakalanya di balik hal yang positif ada dampak negatif. Sering kita terlalu sibuk dengan gadget, seperti HP, iPod, atau TV. Kita bisa ”lupa segalanya”.

Contohnya, saat kita SMS-an dan ngobrol dengan HP, terutama malam Minggu. Asyik banget, sampai-sampai kita bisa lupa jam tidur, jadilah enggak tidur sampai subuh.

Ada juga yang malas makan dan mandi karena terlalu asyik online. Wah, parah tuh! Kasihan badan dan jiwa kita. Mereka juga butuh perhatian, loh!

Kalau kita saja lupa diri sendiri, gimana dengan yang lain. Kita jadi lupa mengerjakan tugas dan enggak punya waktu buat orang lain. Akibatnya, kita jadi semakin jauh dari lingkungan.

”Aku suka sebel. Sering teman yang diajak ngobrol kayak terhipnotis HP. Kalau lagi ngobrol ya ngobrol, jangan sambil SMS-an, kan orang yang diajak ngobrol jadi sebel,” kata Kenny, siswa SMA Van Lith Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.

Bahkan, di Jepang muncul komunitas yang menuntut pemerintah membuat undang-undang untuk mengizinkan dan mengatur mereka agar bisa menikah dengan tokoh virtual.

Mengerikan! Seseorang bisa lupa kodrat saking maniaknya dengan dunia maya. Wah MuDAers, ngeri juga ya dampak teknologi!

Teknologi akan berguna kalau bisa dimanfaatkan dengan baik. Tapi, seringkali Ibu melihat anak-anak yang acuh tak acuh saat jam belajar karena asyik internetan di laptop. Tugasnya jadi terabaikan,” kata Ibu Yani, guru Bimbingan Konseling SMA Van Lith.

”Ini juga kecenderungan masyarakat zaman sekarang. Teknologi itu bisa 'menghipnotis orang kalau tidak dikendalikan penggunaannya,” lanjut Ibu Yani .

Siapa sih yang bisa mengendalikan gejolak teknologi? Enggak ada!

Hasrat manusia yang selalu ingin tahu enggak bisa dihentikan. Manusia selalu mencari hal baru yang menjadi awal semakin berkembangnya teknologi.

Teknologi memang penting bagi kehidupan kita dan enggak harus dijauhi. Tapi, ingat! Teknologi diciptakan buat manusia, bukan manusia yang diciptakan buat teknologi.

Jika kita bisa menyadari betapa besar manfaat teknologi, kita juga perlu memahami bagaimana memanfaatkan teknologi dengan benar dan maksimal. Caranya, dengan mengendalikan diri sendiri untuk taat pada kewajiban kita, dan tahu waktu. Jadi, bagi waktu kita dengan konsisten.

Misalnya, waktu kita belajar dan mengerjakan tugas. Usahakan kita fokus dengan tugas dan materi pelajaran. Memang, belajar sambil nonton TV itu asyik juga. Bahkan, ada orang yang terbiasa dengan cara belajar seperti itu. Tapi, jika suatu hari ia harus belajar tanpa TV, bisa repot tuh.

Jadi, bertemanlah dengan teknologi. Tapi, jangan lupa dunia kita. Kita hidup bersama kebutuhan, kewajiban, dan orang lain yang perlu kita perhatikan.

Tim SMA Van Lith Muntilan, Magelang, Jawa Tengah: Lay Monica Ratna Dewi, Hilaria Norma Wigati, Leonita Kristina Pamuji, Gisela Kumalasari, Santa Elisabeth Gloria Paramita, Stefanus Pranoto Hallis, Gracia Elwy Nona Sanjivany, Kartika Dewi Nugraha, Yulia Sari, Yolanda Tyas Prameswari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun