Ragam hiasan mencolok terlihat jelas saat memasuki halaman sekolah. Di beberapa sudut halaman juga terlihat ada ragam replika yang menarik perhatian, ada bentuk hati, pot bunga dari botol bekas, papan nama berbentuk persegi, dan ragam replika lainnya yang turut mempercantik halaman sekolah. Berbeda dan menarik, kesan ini yang saya dapat saat beberapa waktu yang lalu hadir di SMA Negeri 1 Kunir, Kabupaten Lumajang.
Sekolah yang terletak di Jl. Sumbersari, Sumbersari, Kunir Lor, Kec. Kunir, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur ini rupanya sedang bersolek diri, mempercantik sekolah dengan inovasi sederhana namun bernilai tinggi.Â
Di beberapa sudut sekolah, nampak repilka barang-barang seperti yang saya sebutkan di atas, terpajang rapi. Replika yang dibuat dari barang bekas, yang bagi sebagian orang tak bernilai namun di sekolah ini, barang tersebut disulap menjadi barang bernilai tinggi dan bahkan bermanfaat bagi khalayak.
Setelah mendapat predikat sebagai sekolah Adiwiyata di tingkat kabupaten pada tahun 2022, SMA Negeri I Kunir terus berbenah dalam melakukan pengelolaan sampah secara berkelanjutan.Â
Dalam pengelolaan sampah di sekolah, selain berupaya menanamkan rasa peduli dan berbudaya lingkungan sehat di sekolah, SMA Negeri 1 Kunir juga berupaya dalam pengelolaan sampah baik organik maupun anorganik. Pengelolaan sampah organik dilakukan melalui proses komposting sedangkan pengelolaan sampah anorganik dilakukan dengan pembuatan ecobrick.
Jika pada tahun 2022 pengelolaan sampah anorganik masih dilakukan dengan cara pemilahan dan pengumpulan untuk dikirim ke tempat pembuangan akhir, maka untuk mempersiapkan diri sebagai sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi, SMA Negeri 1 Kunir memiliki upaya baru dalam pengelolaan sampah anorganik, yakni inovasi SI_BECIK (Sekolahku Cantik Berhias Ecobrick).
Ecobrick merupakan botol plastik berisi sampah plastik bekas bersih dan kering yang dikemas padat dengan kerapatan tertentu sehingga dapat digunakan kembali sebagai blok bangunan. Ecobrick menjadi pendekatan yang cukup eco-friendly untuk pengelolaan limbah, selain daur ulang.
Obrolan saya dengan Bu Rini (kepala SMA Negeri 1 Kunir) beberapa waktu yang lalu memberikan pesan penting bahwa inovasi dan kreativitas di sekolah tidak mesti besar, 'wah' apalagi mahal. Dari barang bekas, sederhana dan bahkan barang-barang yang ada di area sekolah, jika dikelola, dimanfaatkan, dimodifikasi dan diinovasi, hasilnya akan menjadi luar biasa.
"Kami bangga dengan inovasi ini. Bagi kami, inovasi sederhana ini bukan hanya membantu mengurangi sampah di sekolah, namun juga mempercantik area dan beberapa sudut halaman sekolah. Inovasi ini menjadikan kami semakin yakin bahwa SMA Negeri 1 Kunir layak menjadi sekolah Adiwiyata Provinsi Jawa Timur". ujarnya.
Saya jadi ingat akan cerita seorang teman beberapa waktu yang lalu, bahwa di sekolahnya ada banyak sekali rencana dan program besar yang digagas untuk kemajuan dan inovasi sekolah, tapi dari sekian gagasan dan rencana itu, tak satupun terlaksana. "Katanya kendala utamanya dana. Sekolah tidak memiliki cukup dana untuk mewujudkan rencana itu", ujarnya kepada saya.
Kita patut belajar dari inovasi yang telah dilakukan SMA Negeri 1 Kunir. Tim yang dibentuk oleh sekolah mampu melahirkan inovasi yang bukan hanya luar biasa, namun berdampak. Upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Kunir, selain mempercantik beberapa sudut dan halaman sekolah, juga merupakan bagian dari program yang dijalankan dalam rangka mendukung sekolah menjadi sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Timur.
Berbeda dengan sekolah lain dengan fasilitas dan dukungan materi yang besar, SMA Negeri 1 Kunir hadir dengan cara dan inovasi yang berbeda. Seluruh stakholder sekolah yakin bahwa usaha yang dilakukan dari hal yang kecil dan sederhana akan melahirkan hasil yang besar dan luar biasa.
Menanamkan Nilai Lingkungan Sejak Dini
Sekolah Adiwiyata adalah inisiatif pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk membentuk karakter peduli lingkungan pada peserta didik. Program ini tidak hanya sekadar mengajarkan ilmu pengetahuan tentang lingkungan, tetapi juga menanamkan sikap dan perilaku cinta lingkungan. Dengan demikian, seluruh warga sekolah diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang peduli terhadap kelestarian alam di masa depan.
Program Adiwiyata melibatkan seluruh komunitas sekolah, mulai dari peserta didik, pendidik, hingga tenaga kependidikan. Semua pihak diajak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah. Berbagai kegiatan seperti menanam pohon, memilah sampah, dan membuat kompos dari limbah organik menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari di sekolah Adiwiyata. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan warga sekolah, tetapi juga memberikan pengalaman langsung yang memotivasi mereka untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Pendidikan karakter menjadi salah satu fokus utama dalam sekolah Adiwiyata. Peserta didik diajarkan untuk memahami pentingnya lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Selain itu, mereka juga dilatih untuk bekerja sama dalam tim, menghargai alam, dan bertanggung jawab atas lingkungan sekitar. Semua ini diintegrasikan dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna.
Sekolah Adiwiyata juga berperan sebagai contoh bagi masyarakat sekitar dalam mengelola lingkungan. Melalui program ini, sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran lingkungan hidup. Masyarakat sekitar dapat belajar dari praktik baik yang diterapkan di sekolah, seperti cara mengolah limbah menjadi barang berguna atau bagaimana menciptakan ruang hijau di area perkotaan.
Secara keseluruhan, sekolah Adiwiyata adalah inisiatif yang sangat positif dalam mendukung pendidikan berwawasan lingkungan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan dalam pendidikan, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap alam. Program ini merupakan langkah penting dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sadar lingkungan dan berkelanjutan di masa depan.
SMAN 1 Kunir: Menuju Adiwiyata Tingkat Provinsi
Ragam upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka menyiapkan diri menjadi sekolah Adiwiyata tingkat provinsi menjadi bukti sahih keseriusan sekolah untuk mewujudkan lingkungan belajar yang berpihak pada murid, lingkungan belajar yang nyaman, lingkungan belajar asri, peduli lingkungan, lingkungan sekolah yang dapat dijadikan kelas dan sarana belajar, bukan hanya di dalam ruang tertutup tapi di seluruh sudut sekolah.
SI_BECIK adalah satu dari sekian inovasi yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Kunir. Upaya ini bertujuan untuk menanggulangi sampah yang ada di sekolah, menjadi barang yang berguna, bermanfaat dan berdampak. Salah satu yang dirasakan adalah kehadiran 'pojok-pojok' sekolah yang instagamable, kekinian dan cantik. Melihat 'wajah' SMA Negeri 1 Kunir dulu dan kini, semua kita akan tahu bahwa ada transisi besar yang dilakukan.Â
Inovasi SI_BECIK layak menjadi contoh pengelolaan sampah yang berdaya, berdampak dan bermanfaat, bukan hanya bagi sekolah namun juga masyarakat dan lingkungan sekitar. Penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik melalui peduli dan cinta lingkungan, menjadi nilai tambah dan relate dengan Kurikulum Merdeka yang saat ini sedang trend dalam dunia pendidikan kita.
Bravo SMAKUN!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H