Mohon tunggu...
Abdul Muis
Abdul Muis Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis, belajar otodidak dari internet tentang inovasi pembelajaran, aktif sebagai narasumber berbagi praktik baik, fasilitator PGP, Praktisi Menggajar, pendiri penerbit Klik Media dan Pustaka Mahameru, Abinya Nada dan Emil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Pertama Masuk Sekolah? Lakukan Ini Agar Menyenangkan

14 Juli 2024   07:04 Diperbarui: 14 Juli 2024   07:27 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perhatikan Ini!!! (dok. pribadi)

Setelah MPLS berakhir, maka saatnya guru kembali pada aktivitas rutin, mengajar. Dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi kepada peserta didik, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karenya aktivitas belajar tidak sekadar transfer of knowledge, namun juga transfer of value.

Transfer of knowledge yang dilakukan oleh guru bukan sekadar memindahkan pengetahuan dari satu tempat ke tempat lain, namun ada cara, ada metode, ada media yang dapat membantu guru melakukan hal itu. Sehingga aktivitas pembelajaran menjadi lebih bermakna. Titipan kurikulum merdeka sebagaimana kita tahu bersama, bahwa guru adalah 'pelayan' bagi murid, dalam aktivitas belajar, guru wajib menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid, pembelajaran bermakna, pembelajaran yang melibatkan murid dalam menemukan pengetahuannya sendiri, menemukan pengetahuan dengan caranya sendiri.

Namun demikian, guru juga harus perlu tahu, menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid bukan berarti guru mengelompokkan murid dalam kelompok tertentu misal berdasarkan gaya belajar mereka masing-masing. Dalam buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen edisi 2024 terbitan Kemdikbudristek, guru tidak diperkenankan mengelompokkan peserta didik berdasarkan gaya belajar mereka masing-masing, karena boleh jadi cara belajar dengan gaya belajar tersebut tidak dominan, dikhawatirkan juga peserta didik akan merasa terkungkung dan terbentuk pola pikir bahwa mereka hanya bisa belajar dengan satu gaya belajar saja. Padahal ada ragam gaya belajar yang bisa pilih dan sekali lagi boleh jadi peserta didik memiliki kecenderungan terhadap ketiga gaya belajar tersebut.

Transfer of value, adalah bagian penting dari aktivitas pembelajaran yang dilakukan peserta didik bersama guru di dalam kelas. Guru berkewajiban mengajarkan pengetahuan nilai kepada peserta didik, nilai adab, nilai akhlak, nilai-nilai kehidupan, nilai pendidikan karakter, nilai pendidikan Pancasila, nilai Ketuhanan dan nilai lainnya yang dianggap penting dan bermanfaat bagi kehidupan peserta diidk kelak. Tugas guru bukan semata memindahkan dan membantu peserta didik menemukan pengetahuan dengan caranya sendiri, namun guru berkewajiban memberikan teladan dan uswah hasanah kepada peserta didik dalam aktivitas keseharian di sekolah, pun di lingkungan masyarakat.

Peserta didik hanya akan dapat belajar tentang nilai-nilai tersebut dari kehidupan keseharian guru di sekolah. Uswah hasanah yang ditunjukkan guru melalui keteladanan dan tindakan keseharian, akan menjadi cermin bagi peserta didik yang kelak akan memantulkan kepribadian dan sikap serta sifat pada diri peserta didik itu sendiri.

Dalam rangka menghadirkan itu semua, guru dapat memulai pembelajaran pada pertemuan pertama dengan ragam kegiatan kreatif. Berikut beberapa kegiatan kreatif bermakna yang dapat menjadi alternatif bagi guru saat memulai pembelajaran di hari pertama masuk sekolah.

  • Bangun Komunikasi Menyenangkan

Guru dapat memulai dengan membangun komunikasi menyenangkan, misal berkenalan dengan peserta didik baru, menanyakan nama, hobi, asal sekolah, dan lain sebagainya dengan kreativitas dan pengembangan guru sendiri. Berkenalan ini pun dapat dilakukan dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, misal mengajak peserta didik keluar kelas, membantuk lingkaran di tempat terbuka, kemudian dimulai dengan permainan sesuai kreativitas guru. Aktivitas sederhana seperti ini akan meninggalkan kesan yang baik kepada peserta didik, akan meninggalkan kesan yang boleh jadi akan selalu diingat oleh peserta didik. Ini merupakan langkah awal yang dapat dilakukan oleh guru untuk branding diri di depan peserta didik sehingga mereka mengenal guru dengan ciri khas tertentu.

  • Buat Keyakinan Kelas

Jika dulu kita mengenal istilah peraturan kelas, kali ini kita ubah dengan istilah keyakinan kelas, artinya peraturan kelas tersebut dikonversi menjadi kalimat-kalimat positif yang akan mensugesti peserta didik memiliki tanggung jawab bersama sehingga berkewajiban dengan sukarela melakukannya. Upayakan keyakinan kelas yang dibuat berasalh dari peserta didik sendiri. 

Guru dapat meminta peserta didik mulai menuliskan misal: "saya menginginkan kelas yang ....". Peserta didik diminta melengkapi kalimat tersebut dengan cara menuliskannya di depan kelas, misal ingin kelas yang bersih, indah, tidah gaduh saat pelajaran, kelas kompak, kelas kreatif, dan kondisi lainnya. 

Melalui aktivitas ini akan muncul kreativitas dari peserta didik. Guru melibatkan peserat diidk dalam membuat keyakinan kelas. Bukan hanya peserta didik, tapi upayakan pula keyakinan tersebut juga berlaku bagi guru yang bersangkutan, sehingga dengan demikian peserta didik akan merasa dihargai dan mendapatkan tempat yang sama di depan guru.

  • Gunakan Cara Kreatif dan Berkesan

Membangun komunikasi menyenangkan maupun membuat keyakinan kelas, dapat dilakukan dengan ragam cara kreatif. Misal membuat keyakinan kelas, kita menggunakan kertas pos it, meminta peserta didik menuliskan kelas seperti apa yang mereka inginkan, kemudian menempelkan pos it di depan kelas. Guru juga dapat membedakan warna kerta pos it berdasarkan jenis kelamin misalnya, atau kriteria lainnya yang dianggap perlu. 

Cara kreatif lainnya misal dengan menuliskan langsung di depan kelas secara berantai. Guru menunjuk satu peserta didik sebagai orang pertama yang menuliskan keyakinan kelas, kemudian orang ke dua dan seterusnya ditunjuk oleh peserta didik yang telah menulis. Dengan cara ini, ada aktivitas yang dilakukan oleh guru dengan melibatkan peserta didik, sehingga guru tidak mendominasi dan kelas pun akan berkesan.

  • Manfaatkan Media Sosial

Peserta didik terutama gen-z sangat lekat dengan teknologi canggih termasuk penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Survey yang saya lakukan tahun lalu menunjukkan bahwa, diantara sekian banyak media sosial yang ada, Instagram menjadi media sosial terbanyak yang digunakan peserta didik. Sehingga saat itu saya pun menggunakan media Instagram sebagai media pembelajaran dan alat komunikasi dengan peserta didik. Guru juga dapat menggunakan ragam media sosial untuk menghadirkan kesan 'modern dan kekinian' dalam pembelajaran saat awal bertemu dengan peserta didik.

***

Ragam cara tersebut di atas adalah ikhtiar kita sebagai guru untuk menghadirkan kesan menyenangkan dan bermakna saat pertemuan pertama masuk kelas. Guru adalah profesi mulia, namun guru juga manusia biasa, bukan robot apalagi manusia super. Kemampuan kita sebagai guru memang terbatas, namun ikhtiar dapat kita lakukan untuk memaksimalkan potensi dan kompetensi serta peluang yang ada, yang perlu ditebalkan dalam diri adalah, kewajiban kita bukan sebatas transfer of knowledge, namun juga transfer of value. Ada nilai-nilai pedidikan karakter yang harus kita tanamkan kepada peserta didik, sebagai sangu mereka kelak setelah lulus, saat terjun di masyarakat. Inilah sebenarnya yang menjadi esensi dari proses belajar yang amat panjang itu.

Pengetahuan konseptual dapat dibentuk, dapat ditumbuhkan dengan mandiri pada diri peserta didik, namun sikap dan keterampilan, membutuhkan teladan, nilai, contoh, dan praktik nyata dalam kehidupan. Terhadap semua itu, peserta didik akan bercermin, dan cermin itu adalah kita, GURU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun