Mohon tunggu...
Abdul Muis
Abdul Muis Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis, belajar otodidak dari internet tentang inovasi pembelajaran, aktif sebagai narasumber berbagi praktik baik, fasilitator PGP, Praktisi Menggajar, pendiri penerbit Klik Media dan Pustaka Mahameru, Abinya Nada dan Emil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apakah Cara Mengajar Anda Disukai Murid? Begini Cara Mengetahuinya

24 Juni 2024   10:48 Diperbarui: 30 Juni 2024   13:51 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

95.3% peserta didik menyatakan aktivitas belajar selama 1 tahun ini bermanfaat dan menyenangkan, 89.3% menyatakan bahwa cara mengajar guru menyenangkan dan kreatif, 74.7% peserta didik menyatakan bahwa materi yang dipelajari bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari-hari, dan 61.7% peserta didik menyukai belajar dengan memanfaatkan teknologi, lebih spesifik handphone.

Peserta didik juga menyatakan bahwa mereka lebih suka belajar berkelompok dibandingkan belajar sendiri dan individu. Ada 67.6% peserta didik yang menyatakan hal ini.

Kemudian 13.8% menyatakan bahwa mereka suka dengan cara belajar berpasangan, sisanya menyatakan lebih suka belajar mandiri.

Peserta didik juga menyatakan bahwa mereka lebih suka belajar dengan bimbingan guru (86.6%), artinya keberadaan guru tidak dapat ditinggalkan dari aktivitas belajar peserta didik.

Data tersebut didapat dari refleksi belajar yang saya sematkan di bagian akhir soal saat pelaksanaan Penilaian Sumatif Akhir Tahun (PSAT). Saya klaim bahwa data ini valid karena diisi langsung oleh peserta didik dan tidak berpengaruh terhadap nilai atau jawaban yang diberikan peserta didik saat mereka memilih jawaban yang diinginkan.

Mengapa refleksi? Pentingkah refleksi? Apa manfaatnya?

Refleksi adalah bagian penting dari rangkaian proses belajar peserta didik bersama guru selama aktivitas pembelajaran.

Dengan refleksi, guru akan mengetahui sampai sejauh mana peserta didik telah berhasil mengikuti aktivitas pembelajaran bersama guru. 

Melalui refleksi, guru juga menjadi tahu apakah tujuan pembelajaran yang dirancang telah berhasil dicapai atau belum. Jika telah berhasil, tentu ada indikator dan rubrik yang telah disusun yang menjadi kriteria bahwa tujuan itu tercapai. Jika tidak, guru juga akan dapat melakukan refleksi dan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.

tangkapan layar hasil refleksi (dok. pribadi)
tangkapan layar hasil refleksi (dok. pribadi)

Refleksi pembelajaran sangat penting dilakukan. Walau sederhana dan cenderung diabaikan oleh guru, ternyata refleksi ini memiliki pengaruh dan manfaat besar. Keberadaan refleksi sejatinya tidak dapat dilepaskan dari rangkaian aktivitas pembelajaran guru bersama peserta didik. 

Melalui refleksi guru dapat mengetahui sisi mana yang lemah dan harus dikuatkan. Dengan refleksi guru menjadi paham bagian kompetensi apa yang menonjol dan dapat dijadikan praktik baik untuk dibagikan kepada sesama rekan guru.

Refleksi mengajarkan kita bercermin pada diri sendiri, sudah seberapa baikkah kita melayani peserta didik di kelas. Refleksi memberikan khazanah pengetahuan baru kepada kita bahwa boleh jadi cara kita mengajar saat ini tidak disukai peserta didik atau sebaliknya, sehingga harus diubah atau dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.

Sebagai guru, kita memiliki tugas bukan sebatas transfer of knowledge namun juga menjadi uswah hasanah bagi mereka. Pada lingkup yang lebih luas, kompetensi sosial emosional kita sebagai guru sejatinya dapat menjadi cermin bukan hanya bagi kita sendiri sebagai guru, namun juga bagi rekan sejawat sesama guru. 

Bagaimana kita bersikap, bertindak, memutuskan dan mengambil keputusan, dengan siapa circle kita sehari-hari, semua menggambarkan dan mencerminkan diri kita yang sebenarnya.

Kekuatan cermin ini juga bergantung pada kekuatan diri. Jika kita tetap berada di zona nyaman atau cari aman, maka hari berganti, bulan beganti dan bahkan tahunpun telah berlalu, cara kita mengajar, bergaul, dan mengambil keputusan pasti tidak akan ada perubahan. Inovasi yang digaungkan boleh jadi hanya isapan jempol belaka karena kita enggan untuk bergerak.

Salah satu keterampilan abad 21 yang harus dikuasai guru adalah kolaborasi  (selain penguasaan dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan pembelajaran sehari-hari). 

Data di awal tulisan ini menunjukkan bahwa hampir seluruh peserta didik menyatakan bahwa kolaborasi menjadi salahsatu aktivitas belajar yang mereka sukai. Sebanyak 253 peserta didik kelas XI (fase E) menyukai cara belajar berkelompok dan berpasangan. 

Data ini dapat menjadi acuan bagi kita untuk mengembangkan aktivitas belajar yang lebih inovatif lagi di tahun pelajaran berikutnya, dengan tetap menjadikan kolaborasi sebagai salah satu aktivitas belajar favorit di kelas.

Jika peserta didik telah mahir dan mulai menguasai keterampilan kolaborasi, maka kita sebagai guru tidak boleh enggan untuk bekerjasama, membuka ruang yang luas dengan siapapun, tidak sungkan untuk belajar dari siapapun, mau belajar dari siapapun dan membuka ruang diskusi dengan siapapun. 

Salah satu bagian penting dari kolaborasi adalah sikap dan keterbukaan kita dalam menerima kritik, masukan, ide, saran dan memberikan sumbangsih pemikiran dari dan kepada siapapun. 

Tidak peduli dia sesama rekan guru dengan golongan yang lebih rendah, kepala sekolah dengan pangkat yang lebih tinggi atau bahkan sekadar Caraka (pesuruh), karena suara dan aspirasi mereka boleh jadi memberikan pelajaran dan khazanah pengetahuan baru kepada kita.

Akhirnya, refleksi belajar bukan hanya bermanfaat bagi kita sebagai guru bersama peserta didik, namun juga bermanfaat dalam lingkup yang lebih luas, dengan sesama rekan guru, dengan atasan, bahkan dengan masyarakat sekitar tempat kita tinggal.

Refleksi memang tidak terbatas pada aktivitas pembelajaran di kelas, jika ditarik pada lingkup yang lebih luas, ia dapat menjadi 'alat' bagi kita untuk memperbaiki diri di kehidupan sehari-hari, bahkan dengan refleksi kita akan menjadi tahu, apakah seseorang menyukai kita atau sebaliknya.

Refleksi pembelajaran ini memang sering terlupakan saat aktivitas belajar kita bersama peserta didik. Maka, mari kita mulai memasukkan aktivitas ini sebagai bagian rutin yang dilakukan, dicantumkan dalam modul ajar dan bahkan jika diperlukan pasang sebagai alarm pembelajaran yang senantiasa akan mengingatkan kita untuk tidak lupa melakukannya di akhir pembelajaran.

Lalu dengan cara apa refleksi diberikan kepada peserta didik? Ada banyak cara dan ragam teknis yang dapat dipilih. Ada banyak media yang dapat dijadikan wadah untuk melakukan refleksi. Salah satunya seperti yang telah saya tuliskan di bagian awal tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun