Tidak peduli dia sesama rekan guru dengan golongan yang lebih rendah, kepala sekolah dengan pangkat yang lebih tinggi atau bahkan sekadar Caraka (pesuruh), karena suara dan aspirasi mereka boleh jadi memberikan pelajaran dan khazanah pengetahuan baru kepada kita.
Akhirnya, refleksi belajar bukan hanya bermanfaat bagi kita sebagai guru bersama peserta didik, namun juga bermanfaat dalam lingkup yang lebih luas, dengan sesama rekan guru, dengan atasan, bahkan dengan masyarakat sekitar tempat kita tinggal.
Refleksi memang tidak terbatas pada aktivitas pembelajaran di kelas, jika ditarik pada lingkup yang lebih luas, ia dapat menjadi 'alat' bagi kita untuk memperbaiki diri di kehidupan sehari-hari, bahkan dengan refleksi kita akan menjadi tahu, apakah seseorang menyukai kita atau sebaliknya.
Refleksi pembelajaran ini memang sering terlupakan saat aktivitas belajar kita bersama peserta didik. Maka, mari kita mulai memasukkan aktivitas ini sebagai bagian rutin yang dilakukan, dicantumkan dalam modul ajar dan bahkan jika diperlukan pasang sebagai alarm pembelajaran yang senantiasa akan mengingatkan kita untuk tidak lupa melakukannya di akhir pembelajaran.
Lalu dengan cara apa refleksi diberikan kepada peserta didik? Ada banyak cara dan ragam teknis yang dapat dipilih. Ada banyak media yang dapat dijadikan wadah untuk melakukan refleksi. Salah satunya seperti yang telah saya tuliskan di bagian awal tulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H