Mohon tunggu...
Mona Oktaviani
Mona Oktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam UIN Imam Bonjol Padang

Sedang fokus melakukan hal yang masih dalam kendali diri. Jangan takut salah Jangan patokan hidup dengan pandangan atau omongan orang lain. Sedang mencoba mengisi keseharian dengan hal yang positif.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tipe Kepribadian Masyarakat dalam Perspektif Islam Menurut Hadits tentang Pembentukan dan Tipe Kepribadian

26 April 2023   19:15 Diperbarui: 26 April 2023   20:20 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Manusia adalah Makhluk Sosial yang artinya manusia bergantung satu sama lain. Manusia Saling membutuhkan dan tidak dapat hidup seorang sendiri. Sebagai Makhluk Sosial ciptaan Allah SWT dijelaskan dalam Al-qur'an pada surat Al-hujurat ayat 13 :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai Makhluk Sosial dalam berbagai macam suku dan bangsa agar mereka saling mengenal satu sama lain. Maksud dari saling mengenal sendiri berarti manusia bersosial untuk saling memberi manfaat untuk dirinya dan lingkungannya.

Dalam lingkungan sosial tentunya kita perlu mengenali terlebih dahulu tipe kepribadian manusia agar mereka saling menjalin hubungan Sosial dengan baik dan bermanfaat untuk lingkungan masyarakatnya.

Kepribadian sendiri berarti sebuah perilaku yang ditunjukkan seseorang kepada orang lain atau suatu kelompok yang akan memberikan kesan terhadap orang yang ia tuju tersebut. Sebagai Makhluk Sosial tentunya kita juga perlu mengenali tipe kepribadian antar manusia agar mereka saling bekerja sama untuk melakukan pembaharuan pada lingkungannya. 

kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat dimana individu tersebut tumbuh. Sehingga dapat digambarkan bahwa kepribadian yang baik dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang baik pula. Dengan begitu kita perlu untuk memilah lingkungan yang baik agar menumbuhkan pribadi yang baik pula dan bermanfaat untuk lingkungannya. 

Mengenai tipe kepribadian manusia, dijelaskan dalam hadits Muslim 4651 :

حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ بُرْقَانَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Terjemahannya:

Diceritakan kepada kami 'Amru An Naqid, Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Hisyam, Telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Burqan dari Yazid bin Al Asham dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian." (H.R Muslim) 

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Allah tidak melihat rupa dan harta kita, tapi Allah melihat hati dan amal perbuatan yang kita lakukan semasa kita hidup. Jadi, kita sebagai Makhluk Sosial tentunya selalu berbuat baik dan berkepribadian teladan serta memberikan pandangan positif pada lingkungan sekitar agar menambah keimanan kita kepada Allah SWT. Semakin rajin kita memperbaiki perbuatan dan memperbanyak amal kita, maka semakin kuat pula keimanan kita untuk meraih ridho Allah SWT. 

Berikut juga dijelaskan dalam hadits Ahmad ibn Hanbal 10705 yang artinya : 

Diceritakan kepada kami Abu An Nadhr berkata, telah menceritakan 

kepada kami Abu Mu'awiyah -yaitu Syaiban- dari Laits dari 'Amru bin Murrah 

dari Abu Al Bakhtari dari Abu Sa'id ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi 

wasallam bersabda: "Hati itu ada empat macam; hati yang bersih itu seperti 

lentera yang bercahaya, hati yang tertutup itu terikat dengan tutupnya, hati yang 

sakit dan hati yang terbalik. Adapun hati yang bersih yaitu hatinya orang 

beriman, ia seperti lentera yang bercahaya, sedangkan hati yang tertutup yaitu

hatinya orang kafir, hati yang sakit yaitu hati orang munafik, ia mengetahui 

yang baik namun ia mengingkari, dan hati yang terbalik adalah hati yang di dalamnya ada iman dan nifak, contoh keimanan di situ adalah seperti tanah yang 

dapat memberikan air yang bersih, sedangkan nifak adalah seperti bisul, di 

dalamnya hanya nanah dan darah, maka di antara keduanya yang paling kuat itulah yang

akan mengalahkan yang lainnya.

Dalam hadits ini dijelaskan ada 4 macam hati manusia:

1. Hati yang bersih

Hati yang bersih sendiri artinya adalah orang yang selalu berbuat kebaikan, menghindari kemusyrikan dan tidak menduakan Allah. Artinya mereka senantiasa beriman ke pada Allah dan selalu menjauhi larangan nya. 

2. Hati yang tertutup

Yaitu hati yang tidak merasakan kegelisahan sedikitpun ketika melakukan maksiat atau melakukan larangan Allah. Ketika mereka meninggalkan ibadah, tidak sedikitpun ada perasaan resah di hatinya. Mereka yang sudah diposisi ini akan disebut sebagai kafir. 

3. Hati yang sakit

Yaitu hati yang munafik, yang mana mereka berpura-pura mengikuti ajaran Islam namun di dalam hatinya mereka mengingkarinya. 

4. Hati yang terbalik.

Yaitu hati yang berisi akan iman dan nifak mereka saling berjalan dan di antara keduanya itu akan mendominasi hati pemiliknya. 

Dari ke empat macam hati tersebut tentunya kita pasti tahu mana sifat yang lebih baik kita pedomani dan mana yang patut kita jauhi. 

Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang selalu bermanfaat bagi orang lain. Orang yang memiliki sifat buruk sudah pasti akan di jauhi oleh Masyarakat, di jauhi oleh lingkungannya karena tidak mampu memberikan manfaat dan selalu memberikan pengaruh negatif bagi lingkungannya. 

Manusia yang berjiwa sosial harus mampu memberikan pengaruh positif pada lingkungan masyarakat di sekitarnya, kepribadian seseorang menjadi kunci dalam bersosialisasi antar sesama agar saling mengenal dengan baik dan mampu menjaga tali silahturahmi dengan baik. Kesadaran manusia sebagai makhluk yang berjiwa sosial, akan memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi antar sesamanya. 

Penulis : Mona Oktaviani 

Mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negri Imam Bonjol Padang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun