Abstrak
Indonesia adalah Negara yang memiliki kerukunan dan kedamaian. Indonesia memiliki berbagai macam agama, mulai dari agama islam, kristen, hindu, katolik, budha, hingga konghucu. Keberagaman agama ini merupakan bentuk nyata bukti social di Indonesia yang memiliki peranan baik dan patut dicontoh oleh Negara lain. Keberagaman itu tidak hanya dari segi ras, suku, budaya, dan masih banyak lagi, sampai terciptanya suatu keberagaman dan harus dijaga dengan baik. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, metode kualitatif ini merupakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif berkaitan tentang nilai subyektif dari sikap, pendapat dan perilaku. Dalam kegiatan gotong royong harus didasari dengan keiklasan, sukarela, sabar, kepercayaan dan toleransi, dengan kata lain gotong royong mempunyai nilai tersendiri dengan di latar belakangi kepentingan bersama atau imbalan secara non-ekonomi.
Kata Kunci: Gotong royong, pengabdian, KKN, program, masyarakat
Abstract
Indonesia is a country that has harmony and peace. Indonesia has various religions, ranging from Islam, Christianity, Hinduism, Catholicism, Buddhism, to Confucianism. This religious diversity is a real form of social proof in Indonesia which has a good role and should be emulated by other countries. Diversity is not only in terms of race, ethnicity, culture, and many more, until diversity is created and must be maintained properly. In this research, qualitative research methods are used, this qualitative method is a descriptive approach. Qualitative research is concerned with the subjective value of attitudes, opinions and behavior. Mutual cooperation activities must be based on sincerity, volunteerism, patience, trust and tolerance, in other words, mutual cooperation has its own value against the background of common interests or non-economic rewards.
Keywords: mutual cooperation, service, KKN, Program, Community
Â
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang memiliki kerukunan dan kedamaian. Indonesia memiliki berbagai macam agama, mulai dari agama islam, kristen, hindu, katolik, budha, hingga konghucu. Keberagaman agama ini merupakan bentuk nyata bukti social di Indonesia yang memiliki peranan baik dan patut dicontoh oleh Negara lain. Keberagaman itu tidak hanya dari segi ras, suku, budaya, dan masih banyak lagi, sampai terciptanya suatu keberagaman dan harus dijaga dengan baik. Menurut Adiansyah bahwasannya variasi yang ada pada saat ini membentuk koneksi baru antar elemen lainnya. Salah satunya adalah keberagaman agama.[1]
Â
Keberagaman di Indonesia membuat masyarakat secara alami hidup berdampingan dalam perbedaannya.[2]. Â Menurut Hermanto Winarmo, nilai -- nilai spiritual terbagi menjadi 4, yaitu : (1) Nilai -- nilai sejati yang muncul dari dalam diri seseorang (akal, hubungan, dan kreativitas). (2) Nilai estetika (keindahan) yang bersumber dari emosi manusia. (3) kebaikan atau nilai moral yang bersumber dari perasaan manusia. (4) nilai agama yang bersifat mutlak dan bersumber dari keyakinan manusia atau seseorang.[3]
Â
Kerukunan beragama tentu saja perlu membangun toleransi antar masyarakat beragama agar tidak terjadi perpecahan belah atau kehancuran atas suatu kesatuan yang seharusnya dijaga. Sebagaimana dijelaskan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia, tentang moderasi beragama yang dimana moderasi beragama bertujuan mencegah pemahaman, sikap dan tindakan ektrim beragama. Maka dari itu contohnya adalah seperti terorisme berbentuk kegiatan pemboman tempat ibadah agama lain atau perang saudara hingga menciptakan kegemparan dan ketidak nyamanan dalam hidup bermasyarakat.[4]
Â
Menurut Umar Hasyim, toleransi beragama diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesame manusia dan masyarakat untuk menjalankan keyakinan atau mengatur hidupnya serta menentukan nasibnya masing -- masing. Pemberian kebebasan dilakukan selama tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan asas terciptanya ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat. Sikap saling menghargai keyakinan agama, saling menghormati, tidak memaksakan kehendak, serta tidak menghina agam lainnya. Tujuan toleransi beragama adalah untuk meningkatkan iman dan takwa masing -- masing penganut agama dengan keyakinan bahwa ada agama lain. Dengan adanya toleransi beragama, kita dapat melengkapi satu sama lain dan menyatukan perbedaan.[5]
Â
Menurut Suparman dan Saloko, manusia merupakan makhluk social yang membutuhkan orang lain, dalam hal bersosialisasi, pekerjaan, keamanan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, kegiatan gotong royong mampu mewujudkan nilai -- nilai kehidupan bermasyarakat yang berdampak baik. Gotong royong merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah ada secara turun temurun serta berkembang dalam kehidupan bermasyarakat tanah air.[6]
Â
Budaya gotong royong adalah salah satu budaya masyarakat desa, yang seiring berjalannya waktu budaya ini hamper luntur. Hal tersebut di karenakan masyarakat desa sudah mulai terpengaruhi oleh budaya modern, dan hal tersebut juga menyebabkan tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat desa terhadap budaya gotong royong semakin berkurang.
Â
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa dan juga masyarakat untuk dapat mempertahankan budaya gotong royong dengan cara menumbuhkan kembali semangan gotong royong masyarakat di setiap dusun yang ada dengan mengajak seluruh warga masyarat di dusunnya masing-masing untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan, baik itu kegiatan pembangunan fasilitas umum, pemeliharaan lingkungan sekitar seperti contohnya ronda malam, kerja bakti membersihkan tempat ibadah, membersihkan lingkungan sekitar dan saling tolong menolong.
Â
Budaya gotong royong juga dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya dan juga sejahtera hal tersebut di karenakan dengan bergotong royong berbagai masalah kehidupan di masyarat dapat dipecahkan secara kemasyarakatan dapat di pecahkan dengan mudah demikian juga dengan pembangunan.
Â
Gotong royong dalam masyarakat sangat berpengaruh pada moderasi beragama dalam masyarakat, dikarenakan di setiap desa yang berbeda agama kadang tidak sependapat namun dalam moderasi beragama ini kita dapat belajar bersama-sama tentang apa itu moderasi beragama. Moderasi beragama kita dapat lakukan dengan cara bergotong royong dengan umat yang beda agama supaya ada interaksi yang bias membuat kita saling bertukar pikiran dan saling menghargai pendapat tentang perbedaan agama.
Â
METODE PENGABDIAN
Â
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan hal penting dalam ilmu perilaku yang memiliki tujuan untuk menemukan motif yang mendasari perilaku manusia. (Kusumastuti & Mustamil Khoiron, 2019). Penelitian kualitatif berkaitan tentang nilai subyektif dari sikap, pendapat dan perilaku. Sementara itu, pendekatan deskriptif memiliki tujuan untuk mengeksplorasi dan mengkategorikan mengenai suatu kejadian dan fenomena yang berupa kenyataan sosial yang dilakukan dengan cara menjabarkan dalam bentuk deskripsi beberapa variabel yang berhubungan dan terkait dengan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan di Dusun Tarikolot, Desa Babakan Mulya, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Di dusun ini memiliki beragam kepercayaan yang diimani oleh p  enduduk dusun ini. Terdapat masyarakat yang beragama Islam, Katolik dan Sunda Wiwitan. Adat istiadat terasa masih sangat kental di desa ini, hal itu pula yang menjadikan masyarakat Dusun Tarikolot mampu mencipatakan kerukunan antar umat beragama melalui gotong royong. Dalam hal ini seluruh masyarakat berkumpul dan saling berbaur atara satu dengan yang lain tanpa melihat perbedaan dari segi agama. Tahap pengelolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan selama 40 hari yakni selama masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) berlangsung, sehingga didapatkan data yang kuat melalui catatan lapangan serta bukti nyata yang diambil dan didokumentasikan dalam bentuk foto. Kemudian pada tahap analisis data catatan lapangan serta dokumen-dokumen pendukung yang dilakukan selama observasi kemudian dianalisis dan diklasifikasikan sehingga dapat mengungkap permasalahan yang diteliti.
Â
HASIL DAN PEMBAHASAN
Â
Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia terdapat sebuah ciri khas yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Indonesia yaitu kegiatan gotong royong, kegiatan gotong royong sudah menjadi budaya masyarakat indonesia. Contoh dari kegiatan gotong royong ialah membangun masjid, membangun irigasi, memperbaiki jalan desa, membersihkan tempat pemakaman umum dan kegiatan lainya yang diperuntukan untuk kepentingan bersama, kegiatan gotong royong seperti ini disebut juga sebagai kerja bakti yang mempunyai sifat untuk kepentingan bersama. Terdapat juga kegiatan gotong royong untuk kepentingan pribadi atau individu seperti pernikahan, membangun rumah dan pembukaan lahan baru. Kegiatan gotong royong sendiri telah ada sejak dahulu dan menjadi budaya turun temurun bagi masyarakat indonesia, kegiatan gotong royong dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk kerja sama sekelompok masyarakat dalam upaya mencapai tujuan bersama dan kebermanfaatan bersama. Kegiatan gotong royong sendiri muncul dengan landasan kesadaran dan semangat dalam mengerjakan suatu kegiatan yang diperuntukan untuk kepentingan bersama dengan kesesuain makna yang terkandung dalam kata "Gotong", adapun makna dari kata "Royong" ialah bersama-sama atau mengerjakanya secara bersama-sama.[7]
Â
Kegiatan gotong royong harus didasari dengan keiklasan, sukarela, sabar, kepercayaan dan toleransi, dengan kata lain gotong royong mempunyai nilai dengan sendirinya dengan latar belakang kepentingan bersama atau imbalan secara non-ekonomi. Kegiatan gotong royong terdiri atas dua jenis, yang pertama ialah kerja sama yang dilatar belakangi dengan inisiatif masyarakat itu sendiri atau disebut dengan kemaun sendiri tanpa paksaan dari struktur yang ada didalam masyarakat, kerja sama ini disebabkan karena ada kebutuhan yang besar dalam masyarakat. Kedua, kerja sama dari masyarakat itu sendiri, akan tetapi yang melatar belakangi kegiatan gotong royong ini ialah perintah dari structural yang ada didalam masyarakat. Kebijakan yang dibuat oleh atasan yang didasari untuk kesejahteraan bersama. Masyarakat pedesaan memiliki penilaian yang tinggi terhadap yang mereka dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain, dengan katan lain mereka bukanlah masyarakat yang suka berdiam diri tanpa sebuah aktivitas, tanpa adanya sebuah kegiatan. Pada umumnya masyarakat dipedesaan suka dalam melakukan kegiatan gotong royong, namun masyarakat pedesaan perlu diberikan sebuah stimulus yang bisa menarik masyarakat perdesaan dalam melakukan aktivitas.[8]
Â
Selain manfaat praktis, gotong royong juga memperkuat hubungan sosial di masyarakat. Ketika orang-orang bekerja bersama, mereka tidak hanya menyelesaikan tugas, tetapi juga saling mengenal dan memahami satu sama lain lebih baik. Ini membangun rasa persaudaraan dan kepercayaan yang mendalam, yang pada gilirannya mengurangi potensi konflik dan meningkatkan keharmonisan dalam berkehidupan bermasyarakat. Akan tetapi, dengan perkembangan zaman dan modernisasi, nilai-nilai gotong royong terkadang mengalami tantangan. Perubahan gaya hidup dan meningkatnya individualisme seringkali mengurangi frekuensi dan intensitas kegiatan gotong royong. Oleh karena itu, penting untuk terus mempromosikan dan melestarikan nilai-nilai ini, baik melalui pendidikan maupun melalui contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.Dalam era digital dan urbanisasi, gotong royong masih memiliki relevansi yang tinggi. Bahkan di lingkungan kota besar, prinsip gotong royong dapat diterapkan dalam bentuk kerja sama antar tetangga, kelompok komunitas, atau proyek-proyek sosial. Dengan menjaga semangat gotong royong, kita tidak hanya mempertahankan tradisi yang berharga, tetapi juga memperkuat jaringan sosial dan meningkatkan kualitas hidup di masyarakat modern.[9]Â
Â
Dalam membangun keharmonisan antar umat beragama, sikap toleransi perlu di tumbuhkan dan dijaga agar semangat kolaborasi dapat dirasakan oleh setiap individu. Artinaya, meskipun memiliki kepercayaan yang berbeda hal itu tidak membatasi semangat masyarakat dalam Toleransi antar umat beragama merupakan pondasi penting dalam membangun keharmonisan sosial. Sikap saling menghormati dan memahami perbedaan keyakinan harus terus ditumbuhkan dan dijaga, agar semangat kolaborasi dan kerja sama dapat dirasakan oleh setiap individu dalam masyarakat. Dengan adanya toleransi, perbedaan kepercayaan tidak menjadi penghalang, melainkan sebuah kesempatan untuk memperkaya pengalaman dan mempererat hubungan antar anggota masyarakat. Dalam suasana seperti ini, meskipun kita memiliki kepercayaan yang berbeda, semangat persatuan dan kesatuan tetap dapat terjaga dan berkembang.
Â
Agama adalah kepercayaan yang dianut masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Â dan di dalamnya terdapat berbagai doktrin dan ajaran yang membentuk panduan hidup setiap individu. Namun, jika seseorang secara eksklusif terfokus pada keyakinan pribadi mereka dan secara tegas membedakannya dari keyakinan lain, hal ini dapat memicu konflik yang berkepanjangan dan mengganggu keharmonisan sosial. Perbedaan pandangan dan doktrin yang ada bisa menjadi sumber ketegangan jika tidak diimbangi dengan sikap saling menghargai dan memahami.
Â
Oleh karena itu, penting bagi setiap umat beragama untuk menyadari bahwa mengembangkan semangat gotong royong dan toleransi merupakan kunci untuk mencegah terjadinya konflik dan menciptakan kehidupan yang damai. Dengan semangat gotong royong, anggota masyarakat dari berbagai latar belakang dapat bekerja sama dalam kegiatan-kegiatan bersama, memperkuat rasa persatuan, dan membangun jembatan komunikasi yang efektif. Toleransi, di sisi lain, memungkinkan individu untuk menghargai perbedaan, menghormati keyakinan orang lain, dan menghindari sikap eksklusif yang dapat menyebabkan perpecahan.
Â
Sikap toleransi yang diterapkan oleh masyarakat Dusun Tarikolot telah secara signifikan menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh kebersamaan. Misalnya, dalam setiap kegiatan komunitas, mereka secara aktif melibatkan individu dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda. Dengan melibatkan semua pihak secara inklusif, mereka memastikan bahwa setiap kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan sukses, serta mencerminkan semangat persatuan yang kuat.
Â
Contohnya, saat perayaan acara adat atau kegiatan sosial, masyarakat Dusun Tarikolot tidak hanya mengundang peserta dari latar belakang agama yang sama, tetapi juga melibatkan mereka dari berbagai keyakinan. Proses ini dimulai dengan perencanaan yang melibatkan semua pemangku kepentingan, diikuti oleh pelaksanaan yang memastikan bahwa semua pandangan dan kontribusi dihargai. Dengan cara ini, mereka tidak hanya memperkuat rasa persaudaraan dan solidaritas, tetapi juga memperluas pemahaman dan saling menghormati antar kelompok yang berbeda.
Â
Lebih dari sekadar menghindari konflik, pendekatan inklusif ini memupuk budaya kerjasama dan penghargaan terhadap perbedaan. Masyarakat Dusun Tarikolot menunjukkan bahwa dengan menghargai keberagaman dan melibatkan setiap individu dalam proses, mereka dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, di mana setiap orang merasa diterima dan memiliki peran dalam memajukan kesejahteraan bersama. Ini adalah contoh konkret bagaimana sikap toleransi dan kolaborasi dapat mengatasi potensi perpecahan dan membangun masyarakat yang lebih kuat dan bersatu.
Â
Bentuk gotang royang yang dikalukan oleh dusun tarikolot dengan latan belakang agama yang berbeda, dalam mewujudkan toleransi antar umat beragama di dusun tarikolot desa babakanmulya. Bentuk gotaong royang diantaranya:
Â
Gambar 1. Gotong rorang pembuatan gapura
Â
Gotong royong dalam pembuatan gapura merupakan kegiatan yang ruting di lakukan oleh masyarakat dusun gtarikolot dalam menyambut hari kemerdekaan republik Indonesia disetiap tahunnya. Pembuatan gapura juga dijadikan masyarakat sebagai ajang perlombaan dalam menghias setiap RT di dusun tarikolot, yang salah satu tujuannya adalah membentuk rasa nasionalisme terhadap bangsa indonesia. Â Gapura dibuat sekreatif mungkin dengan menambahkan pernak pernik kemerdekaan sebagai tanda peringatan hari kemerdekaan republik Indonesia.
Â
Gambar 2. Gotong rorang menghias gang RT
Â
Menghias gang RT dengan mengecet tembok merupakan aktifitas yang dikalukan oleh mahasiswa KKN MB 2024 dengan masyarakat dusun tarikolot sebagai bentuk ekspresi terhadap hari kemerdekaan RI yang ke-79. Hal ini melibatkan seluruh masyarakat RT 3 dusun tarikolot dengan latar belakang agama yang berbeda, hal tersebut tidak mengurangi spirit kekompakan masyarakat dalam memeriahkan hari kemerdekaan republik Indonesia, rasa nasionalisme yang kuat membuat masyarakat kuat akan toleransi.
Â
PENUTUP
Â
Kegiatan gotong royong merupakan ciri utama masyarakat Indonesia yang timbul dari rasa kebersamaan dan kebaikan bersama. Kegiatan tersebut bisa untuk kepentingan bersama, atau untuk kepentingan individu seperti perkawinan dan pembangunan rumah. Gotong royong, sebutan untuk kegiatan tersebut, berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Â
Kegiatan ini dilandasi oleh keikhlasan, kesukarelaan, kesabaran, amanah, dan toleransi. Ada dua jenis: kerja sama yang dimotivasi oleh diri sendiri karena kebutuhan masyarakat, dan kerja sama berdasarkan tatanan dan kebijakan struktural. Masyarakat pedesaan menghargai kerja keras dan gotong royong, namun mungkin memerlukan rangsangan untuk berpartisipasi.
Â
Agama di Indonesia didasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berbagai doktrin dan ajarannya. Namun, fokus pada keyakinan pribadi tanpa menghormati orang lain dapat menimbulkan konflik. Gotong royong dan toleransi menjadi kunci pencegahan konflik dan terciptanya kehidupan yang damai.
Â
Masyarakat Dusun Tarikolot, Desa Babanganmulya, menjalankan bentuk gotong royong yang mengedepankan toleransi antar umat beragama. Contohnya seperti gotong royong membuat gapura Hari Kemerdekaan dan mendekorasi gang-gang RT dengan melibatkan seluruh masyarakat tanpa memandang latar belakang agama.
Â
Kegiatan inklusif seperti ini menumbuhkan budaya kerja sama dan menghormati perbedaan, menciptakan lingkungan yang harmonis di mana setiap orang merasa diterima dan berperan dalam kesejahteraan bersama. Dengan menghormati keberagaman dan melibatkan setiap individu, potensi perpecahan dapat diatasi, sehingga membangun masyarakat yang lebih kuat dan bersatu.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
Abraham, N. Solidaritas Yang Menumbuhkan Toleransi dalam Moderasi Beragama : Studi pada Masyarakat Kab. Jember. Wasathiyah : Jurnal Studi Moderasi Beragama Indonesia, I (1), 2023. Hal. 30 -- 42.
Â
Yogi, N,. & Yudi, F. Jurnal Moral Kemasyarakatan. "Jurnal Moral Kemanusiaan." 4(2), 2019. 64 -- 76.
Â
Afkari, S. G. " Model Nilai Toleransi Beragama Dalam Proses Pembelajaran di SMAN 8 Kota BATAM. Yayasan Salman. Pekanbaru. 2020
Â
Prakosa, P. Moderasi Beragama : Praksis Kerukunan Antar Umat Beragama. "Jurnal Ilmiah Religiosity Entiry Humanity (JIREH)" . 4(1). 2022. 45 -- 55.
Â
Muryanti. REVITALISASI GOTONG ROYONG. Penguat Persaudaraan Masyarakat Muslim di Pedesaan. Jurnal Sosiologi Reflektif, 9(1), 2014. 63 - 81
Â
Effendi, T. N. Budaya Gotong Royong Masyarakat Dalam Perubahan Sosial Saat ini. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1). 2013. 1 -- 18.
Â
Teresia Noiman Derung, "Gotong Royong Dan Indonesia," Jurnal Sapa 4, no. 1 (2019): 5--13.
Â
Nelly Marhayati, "Internalisasi Budaya Gotong Royong Sebagai Identitas Nasional," Jurnal Pemikiran Sosiologi 8, no. 1 (2021): 21--42.
Â
Meta Rolitia, Yani Achdiani, and Wahyu Eridiana, "Nilai Gotong Royong Untuk Memperkuat Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga 1," Jurnal Sosietas 6, no. 1 (2016): 1--17.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H