Oleh: Mona Fatnia Mamonto, S.Pd
Kebutuhan sejatinya adalah tercapainya niat yang memenuhi segala bentuk keinginan baik yang bersifat lahir maupun batin. Terlebih yang dibutuhkan adalah sandang, pangan dan papan yang harusnya terpenuhi secara merata. Namun akan menjadi masalah ketika kebutuhan yang ada tak berjalan sebagaimana mestinya, apalagi beras menjadi hal yang utama dalam kebutuhan. Meski demikian, kendati stok beras aman namun apa guna ketika harga dipasaran melambung tak karuan, bukankah itu hanya menjadi beban bagi rakyat yang kurang? Lalu peran negara dimana, ketika stoknya aman tapi harga jual pasaran sangat mahal.
Taktik Impor
Bukan perkara mudah ketika inflansi melanda rakyat yang tak berpunya. Utamanya beras dalam memenuhi kebutuhan, apalagi ketika harga beras naik, tentu mendatangkan bencana yang buntung dengan segala masalah didalamnya. Tak ayal hanya kelaparan masal yang dijejal sementara kekayaan yang diraup hanya dirasakan oleh mereka yang bermodal.
Berdasarkan yang terpantau di lapangan, harga beras pada Jumat, 13-10-2023 masih mengalami kenaikan yang cukup signifikan melampaui harga eceran tertinggi. Pada Panel Harga Badan Pangan terlihat bahwa harga beras jenis premium melonjak Rp15.040 per Kg, sedang harga beras jenis medium menjadi Rp13.240 per Kg (CNBC Indonesia, 13-10-2023).
Tak menampik kemungkinan bahwa sejatinya kenaikan beras bukan terjadi pada kondisi cuaca yang selalu berubah-ubah, atau pada panen yang tak merata, Seperti halnya mengganti obat batuk dengan obat nyeri sendi, maka yang ada bukan kesembuhan pada batuk, melainkan penyakit bawaan yang didapat. Maka ini pun tak jauh beda dengan kenaikan beras yang kian mahal, tapi dalam pernyataan mengatakan stok aman. Jelaslah tak masuk akal jadinya.
Ini pun menjurus pada akal bulus untuk melancarkan taktik impor yang tak jelas. Menurut Sekretaris Perum Bulog, Awaludin Iqbal bahwa Bulog siap menerima tambahan kuota penugasan impor beras dengan total 1,5 juta ton dari pemerintah. Ini pun dilakukan agar cadangan beras pemerintah (CBP) kuat, sehingga dapat menstabilkan harga beras (Tirto, 11-10-2023).
Terkait itu pun, berdasarkan laporan BPS, periode Januari-Agustus 2023 ini, pemeritah sudah mengimpor beras sebesar 1,5 juta ton. Tentu beras yang diimpor pun paling banyak berasal dari Thailand diikuti Vietnam, Pakistan, India, dan lainya. (bbc, 6-10-2023)
Seperti kita tau bersama bahwa Indonesia adalah negara yang mayoritas daerahnya memiliki tingkat kesuburan yang sangat baik dalam bidang pertanian, terkhusus pada lahan persawaan yang tersebar diseluruh nusantara. Ini pun yang menempatkan Indonesia ada diurutan keempat dunia sebagai produsen beras terbesar didunia. Nilai produksinya pun mencapai 35,4 juta metrik ton.
Namun hal itu berbanding terbalik dengan program dari pemerintah untuk mengimpor beras. Ini pun disampaikan langsung oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan bahwa dari pihak Cina siap membantu untuk memenuhi kebutuhan beras pada masa paceklik El Nino, mereka pun berkomitmen untuk menggeluarkan sejuta ton beras ke Indonesia yang disampaikan langsung Presiden Cina, Xi Jinping ke Jokowi. (CNN Indonesia, 12-10-2023)
Melihat fakta yang ada, tentu hal ini bertolak belakang dengan kondisi masyarakat hari ini, terlebih sulitnya pemasukan yang membuat mereka kesulitan untuk bisa menyesuaikan harga beras dengan kondisi ekonomi yang tak stabil. Dengan naiknya beras merupakan gerbang menuju pada kemiskinan yang hakiki, belum lagi pernyataan dari pemerintah yang tak sesuai dengan stok aman tapi harga tak sesuai. Ini justru malah akan memunculkan polemik yang tak berkesudahan. Maka sejatinya stok aman tapi harga mahal tak ubahnya seperti menjual kucing dalam karung, lain di mulut lain dihati. Ini pun didasarkan pada beberapa hal : Pertama, Untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP) guna menstabilkan harga beras di pasaran. Kedua, penurunan produksi beras tahun akibat peralihan ke El Nino tahun ini hanya berada pasa kisaran 5% atau setara 1,5 juta ton. Ketiga, Para petani tidak mampu memenuhi stok pangan dipasaran.
Tidak Adanya Pendirian
Stok aman tapi harga mahal nyatanya hanya bualan yang tak ada dasar, alih-alih memberikan solusi kepastian, ini hanya menghasilkan polemik baru dalam deretan penderitaan. Hal inilah yang sejatinya lebih mempermudah masyarakat masuk kedalam jurang kemiskinan. Parahnya lagi, pernyataan yang sering tak sesuai seperti melemparkan bola kasti ke tembok yang arahnya tak akurat.
Pasalnya, stok aman tapi harga mahal justru menambah deretan keputusan pemerintah yang hanya menghasilkan ketidak sesuain, bila pun stok aman, lalu kenapa harus mahal harga dipasaran?
Maka sebenarnya bila ingin menaikan harga beras, bebaskan saja impor beras, dengan itu harga beras pasti turun. Ini pun bila kebijakan yang dibuat berpihak pada konsumen, sementara untuk produsen (petani) sebagai penghasil beras akan mati. Hal ini sejatinya selalu dijadikan acuan pemerintah untuk melakukan impor kala produsen dalam negeri tak mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Selain itu pun, jika mengklaim stok aman, maka seharusnya tak perlu impor, karna dengan stok aman berarti beras yang ada mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri, dengan demikian tidak perlu lagi melakukan impor. Maka akan tak sesuai, ketika masih melakukan impor padahal stok beras aman. Hal ini tentu disebabkan beberapa hal : Pertama, Tidak adanya kejelasan dalam pemberlakuan harga dipasaran, terlebih harga yang ada sering berubah-ubah. Kedua, Tidak adanya perhatian pemerintah dalam pemberdayaan petani sebagai salah satu produsen penting dalam mengolah beras. Ketiga, Tidak adanya keteraturan pemerintah dalam melakukan impor beras.
Kenyataanya, para petani yang sering merugi dikarenakan biaya produksi seperti bibit, pupuk, dan peralatan pertanian yang mahal, maka ketika musim panen bukan pada prosuden yang diberdayakan untuk mengamankan stok beras dipasaran, melainkan pemerintah mengeluarkan kebijakan impor beras yang tak masuk akal, sehingga membuat para petani mengalami kerugian, pun pada fenomen alam yang membuat produksi menurun.
Pada dasarnya, bukan kesejahteraan yang diberikan, melainkan masalah baru yang tak berkesudahan. Ini pun tak lepas dari pengaturan negara yang berasaskan ideologi kapitalisme, sehingga negara dalam hal ini mengeluarkan kebijakan yang hanya menguntungkan importir pemilik modal yang meraup keuntungan didalamnya, dengan memonopoli hajat kebutuhan rakyat. Maka wajar bila tidak ada keadilan bagi rakyat (produsen/konsumen).
Dalam fakta yang ada, tingginya harga beras sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Sebab hampir 98,5% orang Indonesia makanan pokonya adalah beras. Karenanya, ketika harga beras naik, maka rakyat yang sulit. Terlebih hari ini kebijakan pemerintah tak pernah menyasar pada rakyat, hanya memberikan ketimpangan yang terus merebak. Alih-alih perbaikan yang diberi, tapi malah benalu yang ditanam sampai mati.
Maka dengan demikian, Stok aman tapi harga mahal sejatinya hanyalah kiasan yang tak berwujud, pemerintah harusnya menjadi pengurus rakyat yang wajib mewujudkan jaminan ketersediaan beras dengan jumlah yang mencukupi dan harga yang minimalis, sehingga dengan itupun dapat mengantarkan pada kesejahteraan. Dan bukan malah sebagai agen yang kerjanya memastikan stok, tetapi harus memperhatikan beras yang ada bisa dijaungkau oleh masyarakat. Maka akan aneh ketika mengatakan stok aman, tetapi beras yang ada malah ditimbun oleh para pengusaha nakal sampai harganya menjadi mahal.
Solusi Kesejahteraan
Adanya kesejahteraan yang didapat, tentu menghasilkan masyarakat yang sehat dan kenyang. Terlebih yang didapat adalah ketersediaan beras yang merata baik dalam stoknya maupun harganya. Ini pun sejalan dengan visi-misi dalam Islam yang menjadikan masyarakatnya sebagai salah satu bagian yang terpenting dalam negara, sebab Islam menetapkan negara sebagai junnah dan raa'in.
Islam menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dengan berbagai mekanisme dalam penyelesaian masalah. Karenanya dalam tatanan negara, Islam memastikan tidak ada orang yang kelaparan karena tidak mampu membeli beras.
Tentu untuk menjamin hal itu, Islam melakukan hal-hal yang dapat mewujudkan jaminan pangan bagi masyarakatnya. Pertama, mewujudkan swasembada pangan secara menyeluruh tanpa ada sekat. Kedua, Memaksimalkan dan meningkatkan produksi dalam negeri dengan strategi yang benar, hingga akhirnya bisa mencapai kedaulatan pangan. Ketiga, Membangun dan Mengawasi berbagai jaringan dalam tahap pendistribusian yang baik dan benar agar kiranya terhindar dari penimbunan pangan. Keempat, Memberikan edukasi dan santunan terhadap masyarakat berupa pangan yang dengan inilah bisa membangun sikap kemandirian untuk tidak bergantung pada bahan pokok utama.
Dengan demikian, ketersediaan pangan akan terpenuhi tanpa harus mengimpor dari luar, pun pada pengaturan harga yang diberlakukan tentu tidak akan memberatkan masyarakat, karena didalam Islam pemenuhan kebetuhan rakyat menjadi hak dan tugas negara dalam menjamin terpenuhinya pangan. Tanpa ada unsur monopoli perdaganggan.
Sebab Islam memberikan solusi mustanir yang tidak membiarkan setiap rakyatnya mengalami kelaparan. Beda lagi dengan system rusak lagi monopoli kapitalisme sekuler, yang asasnya hanya manfaat, sementara yang terkena dampak adalah mereka yang dibawah ekonomi rata-rata yang makan pun sanga sulit diterima. Wallahualam bissawab
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI