Namun hal itu berbanding terbalik dengan program dari pemerintah untuk mengimpor beras. Ini pun disampaikan langsung oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan bahwa dari pihak Cina siap membantu untuk memenuhi kebutuhan beras pada masa paceklik El Nino, mereka pun berkomitmen untuk menggeluarkan sejuta ton beras ke Indonesia yang disampaikan langsung Presiden Cina, Xi Jinping ke Jokowi. (CNN Indonesia, 12-10-2023)
Melihat fakta yang ada, tentu hal ini bertolak belakang dengan kondisi masyarakat hari ini, terlebih sulitnya pemasukan yang membuat mereka kesulitan untuk bisa menyesuaikan harga beras dengan kondisi ekonomi yang tak stabil. Dengan naiknya beras merupakan gerbang menuju pada kemiskinan yang hakiki, belum lagi pernyataan dari pemerintah yang tak sesuai dengan stok aman tapi harga tak sesuai. Ini justru malah akan memunculkan polemik yang tak berkesudahan. Maka sejatinya stok aman tapi harga mahal tak ubahnya seperti menjual kucing dalam karung, lain di mulut lain dihati. Ini pun didasarkan pada beberapa hal : Pertama, Untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP) guna menstabilkan harga beras di pasaran. Kedua, penurunan produksi beras tahun akibat peralihan ke El Nino tahun ini hanya berada pasa kisaran 5% atau setara 1,5 juta ton. Ketiga, Para petani tidak mampu memenuhi stok pangan dipasaran.
Tidak Adanya Pendirian
Stok aman tapi harga mahal nyatanya hanya bualan yang tak ada dasar, alih-alih memberikan solusi kepastian, ini hanya menghasilkan polemik baru dalam deretan penderitaan. Hal inilah yang sejatinya lebih mempermudah masyarakat masuk kedalam jurang kemiskinan. Parahnya lagi, pernyataan yang sering tak sesuai seperti melemparkan bola kasti ke tembok yang arahnya tak akurat.
Pasalnya, stok aman tapi harga mahal justru menambah deretan keputusan pemerintah yang hanya menghasilkan ketidak sesuain, bila pun stok aman, lalu kenapa harus mahal harga dipasaran?
Maka sebenarnya bila ingin menaikan harga beras, bebaskan saja impor beras, dengan itu harga beras pasti turun. Ini pun bila kebijakan yang dibuat berpihak pada konsumen, sementara untuk produsen (petani) sebagai penghasil beras akan mati. Hal ini sejatinya selalu dijadikan acuan pemerintah untuk melakukan impor kala produsen dalam negeri tak mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Selain itu pun, jika mengklaim stok aman, maka seharusnya tak perlu impor, karna dengan stok aman berarti beras yang ada mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri, dengan demikian tidak perlu lagi melakukan impor. Maka akan tak sesuai, ketika masih melakukan impor padahal stok beras aman. Hal ini tentu disebabkan beberapa hal : Pertama, Tidak adanya kejelasan dalam pemberlakuan harga dipasaran, terlebih harga yang ada sering berubah-ubah. Kedua, Tidak adanya perhatian pemerintah dalam pemberdayaan petani sebagai salah satu produsen penting dalam mengolah beras. Ketiga, Tidak adanya keteraturan pemerintah dalam melakukan impor beras.
Kenyataanya, para petani yang sering merugi dikarenakan biaya produksi seperti bibit, pupuk, dan peralatan pertanian yang mahal, maka ketika musim panen bukan pada prosuden yang diberdayakan untuk mengamankan stok beras dipasaran, melainkan pemerintah mengeluarkan kebijakan impor beras yang tak masuk akal, sehingga membuat para petani mengalami kerugian, pun pada fenomen alam yang membuat produksi menurun.
Pada dasarnya, bukan kesejahteraan yang diberikan, melainkan masalah baru yang tak berkesudahan. Ini pun tak lepas dari pengaturan negara yang berasaskan ideologi kapitalisme, sehingga negara dalam hal ini mengeluarkan kebijakan yang hanya menguntungkan importir pemilik modal yang meraup keuntungan didalamnya, dengan memonopoli hajat kebutuhan rakyat. Maka wajar bila tidak ada keadilan bagi rakyat (produsen/konsumen).
Dalam fakta yang ada, tingginya harga beras sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Sebab hampir 98,5% orang Indonesia makanan pokonya adalah beras. Karenanya, ketika harga beras naik, maka rakyat yang sulit. Terlebih hari ini kebijakan pemerintah tak pernah menyasar pada rakyat, hanya memberikan ketimpangan yang terus merebak. Alih-alih perbaikan yang diberi, tapi malah benalu yang ditanam sampai mati.
Maka dengan demikian, Stok aman tapi harga mahal sejatinya hanyalah kiasan yang tak berwujud, pemerintah harusnya menjadi pengurus rakyat yang wajib mewujudkan jaminan ketersediaan beras dengan jumlah yang mencukupi dan harga yang minimalis, sehingga dengan itupun dapat mengantarkan pada kesejahteraan. Dan bukan malah sebagai agen yang kerjanya memastikan stok, tetapi harus memperhatikan beras yang ada bisa dijaungkau oleh masyarakat. Maka akan aneh ketika mengatakan stok aman, tetapi beras yang ada malah ditimbun oleh para pengusaha nakal sampai harganya menjadi mahal.