Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Banyak Perusahaan Bangkrut, Padat Karya atau Modal, No! Kaya Kreasi, Yes!

9 Mei 2024   04:15 Diperbarui: 9 Mei 2024   05:31 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atmosfera Perusahaan Padat Kreasi (sumber: pribadi, bing.com) 

Kejadian ini mempertegas, bahwa kehadiran AI akan menggerus sejumlah pekerjaan 'kasar' berbasis otot, oleh model tenaga-kerja yang baru yang berbasis teknologi atau kecerdasan buatan.

Selaras dengan argumentasi itu, apakah kemudian, jenis industri padat modal akan menjadi primadona, dan menggantikan jenis indutrasi padat karya? 

Untuk mengenali istilah ini, kita perlu tahu dulu, makna dasar dari industri padat modal. Sekali lagi, dalam pengetahuan umum yang dimaksud dengan industri padat modal merupakan industri yang dibangun dengan modal besar dan didukung dengan teknologi tinggi. Industri padat modal termasuk industri dasar atau indutri hulu seperti mesin, logam dasar, atau industri elektronik.

Bila penjelasan itu, digunakan, lantas mengapa Nokia mengalami masalah yang memprihatikan? 

Kita mengetahui, Nokia sempat menjadi primadona di masa keemasannya. Namun sekarang, divisi produsen ponsel asal Finlandia tersebut bangkrut. Dalam waktu kurang dari satu dekade, Nokia muncul untuk memimpin revolusi ponsel. 

Pada puncaknya, Nokia menguasai pangsa pasar ponsel global lebih dari 40 persen. Namun posisinya di puncak hanya sebentar, penurunan bisnis Nokia dimulai dengan penjualan bisnis telepon selulernya ke Microsoft pada tahun 2013. 

Tentunya, bila dikatakan bahwa pergeseran jenis industri itu akan beralih dari industri padat karya ke padat modal, mestinya Nokia tidak mengalami kebangkrutan. Setidaknya, karena industri ini sarat dengan modal dan teknologi canggih. Namun mengapa Nokia mengalami kebangkrutan?

Di sinilah, kita menemukan ada celah kesadaran baru, bahwa pergeseran paradigma pemikiran itu, bukan dari industri padat karya ke padat modal, melainkan menuju industri karya kreasi (padat inovasi). 

Artinya, efektivitas organisasi dalam merespon kebutuhan dan perkembangan zaman, diduga akan memberikan pengaruh nyata terhadap kemampuan organisasi (perusahaan) untuk bisa bertahan. Kealpaan terhadap pentingnya inovasi (kreasi) Nokia dalam merespon perkembangan zaman itulah, yang kemudian menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan performa perusahaan.

Pada perusahaan serupa ini, jumlah manusia semakin minim, pemanfaatan teknologi sangat masif dan intensif, tetapi kreativitas dan produktivitas dari sumberdaya manusia sangat menentukan !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun