Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

May Day dan Hardiknas, Bicara tentang Buruh!

2 Mei 2024   06:06 Diperbarui: 2 Mei 2024   06:36 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di setiap tahunnya, kerap kali terpikir dan kepikiran, kedekatan May Day dan Hardiknas (Hari pendidikan Nasional). Kemarin 1 Mei disebut Hari Buruh Internasional, dan hari ini, 2 Mei disebut Hari Pendidikan Nasional.  Apa hubungannya, dan apakah keduanya memiliki hubungan ? 

Rasa-rasanya, kedua hal ini, perlu sekali dibahas secara bersamaan. Bukan hal yang mengada-ada, namun hubungan dari kedua hal ini, memang sangat terasa dekat dan juga perlu dilakukan refleksi serius terkait dan terhadapnya. Setidaknya, demikianlah dalam rasa dan perasaan penulis saat ini.

Mengapa demikian ? 

Ya itulah masalahnya. Kita perlu melakukan kajian ini, dengan penuh seksama, dengan maksud dan tujuan untuk melakukan galian makna kedekatan hari nasional dan internasional ini secara bersamaan. Karena, bila dipikir-pikir, atau setidaknya dalam pikiran selintas, kedua hari besar nasional atau internasional ini, ada beberapa titik soal yang kerap kali keliru atau disalahpahami.

Pertama, masih ada saja, yang mengartikan May Day sebagai hari buruh, sementara tenaga pendidik dan kependidikan tidak merasa menjadi buruh dalam industri pendidikan. Ini aneh. Aneh. Dan sangat aneh. Setidaknya, bila kemudian dilihat dari beberapa hal penting yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Satu sisi, kerap kali ada yang memberikan keluhan bahwa gaji guru (honorer) umumnya sangat kecil. Pihak pengelola cenderung mengekang kebebasan dan keleluasaan kerja. Kerja tenaga guru itu harus full tetapi penghargaan sangat minim. Lucunya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menerima pekerjaan suci dengan gaji minim. Pertanyaannya, akankah situasi serupa itu, merupakan bentuk nyata perjuangan guru sebagai pegawai pun, masih tetap perlu diperjuangkan ?!

Atau dari sisi lain, bila solidaritas buruh begitu sangat kuat, tetapi solidaritas guru dalam perjuangan hak-hak sebagai guru, malah kurang gereget. Padahal, penderitaan dan kisah pilu yang mengelilingi, hampir saja dapat dipastikan sering muncul di media sosial. Bila ingat situasi serupa ini, maka hari pendidikan nasional sejatinya tidak jauh berbeda dengan hari buruh, yakni perjuangan pelaku pendidikan untuk memperoleh hak-haknya.

Selain itu, kita semua tahu, bahwa guru atau tenaga kependidikan lainnya juga, adalah pencari upah kepada penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, maka pada hakikatnya guru pun adalah buruh, setidaknya bukan buruh pabrikan atau perusahaan, tetapi buruh di industri pendidikan. Di zaman kita ini, pendidikan adalah komoditas industri yang menjanjikan bagi si pengelolanya, walaupun belum memberikan dampak yang serta merta menjadi katalis pensejahteraan kepada tenaga  pendidik dan kependidikannya. Bukti nyata, masih ada keluhan masalah kesejahteraan di kalangan tenaga pendidik baik yang dikelola Pemerintah maupun masyarakat.

Berdasarkan paparan itu, jelas dan tampak sudah bahwa May Day dan Hardiknas adalah dua hal yang saling berdekatan, bersinggungan dan saling menjelaskan, setidaknya sebagai hari perjuangan buruh secara umum, karena tenaga pendidik dan kependidikan pun adalah BURUH PENDIDIKAN !

Pada aspek yang kedua, pendidikan adalah melahirkan generasi baru bagi Bangsa Indonesia. Soalan yang perlu disampaikan dan dikemukakannya, adalah 'lulusan seperti apakah yang dikeluarkan lembaga pendidikan ?" akankah dunia pendidikan kita selama ini, dan selanjutnya itu, masih terus melahirkan generasi muda calon buruh di rumah sendiri ? 

Pertanyaan krusial yang perlu dijawab bareng-bareng oleh seluruh rakyat Indonesia. Dari tahun ke tahun kita memperingati hari buruh, dan juga hardiknas, namun selama itu pula, kita belum memiliki kesepahaman yang solid mengenai kualitas lulusan dunia pendidikan kita. Artinya, lulusan dunia pendidikan kita ini, apakah diarahkan untuk menjadi buruh atau menjadi majikan di negeri kita sendiri !?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun