Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Ngabuburit, Pemekaran Geografi Sakral

27 Maret 2024   04:10 Diperbarui: 27 Maret 2024   04:12 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemekaran Geografi Sakral (sumber : pribadi, bing.com) 

Namun demikian, sejatinya ngabuburit itu bukan tujuan utama, karena tujuan utamanya adalah mengisi waktu senggang menjelang buka puasa. Oleh karena itu, sebagian diantara mereka ada yang pulang ke rumah masing-masing, beberapa menit jelang bukan puasa, dan ada pula yang buka puasa ditempat ngabuburit, kemudian ibadah shalat dan tarawih di sekitar rumah.

Dari sudut geografi budaya, diketahui ada dua perbedaan nilai budaya dari sebuah lokasi. Lokasi di permukaan bumi ini, dibedakan antara tempat suci (sacre) dan tempat duniawi (profan).  Masjid, gereja, vhara atau pure dan candi, adalah beberapa contoh dari lokasi atau tempat suci. Sedangkan Sungai, gunung, jembatan, pasar dan kantor atau pabrik adalah tempat duniawi (profane).

Dengan memahami hal serupa itu, maka secara geografi ada sebuah pewarnaan baru terhadap lokasi-profanik.  Lokasi wisata, destinasi jenis apapun, yang selama ini dianggap duniawi (profan), di bulan Ramadhan ini berubah secara perlahan menjadi bersuasana suci (sacre). Setidaknya, dengan dimanfaatkannya fasilitas umum, atau lokasi wisata untuk kepentingan 'ngabuburit' merupakan bentuk pewarnaan lokasi profan dengan kegiatan-kegiatan suci.

Sudah tentu ada sebagian orang yang mengkritisi, bahwa lokasi ngabuburit yang sejatinya menjadi ajang kegiatan-keagamaan (kegiatan sosial pelaku shaum Ramadhan), tidak utuh dan tidak seluruhnya  bernuansa agama. Ada yang memanfaatkan kegiatan ngabuburit untuk mempererat hubungan-cinta antar anak remaja, tetapi banyak pula yang digunakannya untuk memperkuat sosialita diantara kelompok.

Kritikan terhadap kelakuan pelaku ngabuburit, tetap perlu diapresiasi sebagai bentuk kepedulian umat Islam terhadap kepatutan kelakuan dalam menjalani ibadah shaum Ramadhan. Tetapi, dengan kritikannya terhadap pelaku ngabuburit itu memberikan makna bahwa 'kegiatan ngabuburit' adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari praktek-beragama umat Islam dibulan suci Ramadhan. Atau,dalam istilah lain, ngabuburit adalah  fenomena kesalehan yang ditunjukkan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun