Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pasar Ramadhan, Menjual Kelemahan Manusia

24 Maret 2024   09:35 Diperbarui: 24 Maret 2024   10:18 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pasar tumpah (sumber: pribadi, bing.com) 

Analisisnya sangat sederhana, daripada masak, capek, lelah, atau bisa menguras orang yang sedang berpuasa, maka masyarakat luas kita lebih banyak memilih membeli makanan persiapan ramadhan yang sudah jadi. Motivasi dan atmosfera psikologi masyarakat inilah, yang dimanfaatkan sebagai sebuah peluang ekonomi. 

Di sinilah, teori ekonomi bisa memberikan jawaban, "bisnis itu adalah menjual kebutuhan, dan memanfaatkan kelemahan manusia". Seseorang yang bisa membaca geliat kebutuhan manusia yang diimbuhi dengan kelemahan yang melekat di dalamnya, maka akan mudah dijadikan sebagai bentuk jenis bisnis. Saat manusia butuh makan, tetapi malas bergerak (mager), maka bisnis online sangat subur di tengah masyarakat. Begitu pula Pasar Dadakan Ramadhan, disaat orang butuh buka puasa, tetapi malas masak, maka penjajakan makanan kudapan menjadi laku di pasaran.

Selepas Ramadhan itulah,  kadang muncul  pertanyaan, mengapa kebiasaan usaha di bulan suci Ramadhan ini, tidak menjadi kebiasaan baik yang berkelanjutan? mengapa, selepas Ramadhan itu, kebiasaan dan praktek ekonomi itu malah hilang tak membekas ? bukankah para pelaku tahu prinsip dasar berusaha, yakni memanfaatkan kelemahan orang menjadi komoditas dagang. Mengapa hal ini, tidak berkembang dan dikembangkan terus selepas Ramadhan ?

inilah soalan kita hari ini ke depan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun