Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Evolusi Strategi Setan

18 Maret 2024   02:35 Diperbarui: 18 Maret 2024   02:46 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyusup dengan ragam cara (Sumber : bingcreator.com) 

"darimana Anda tahu, ada evolusi strategi setan?"

itulah pertanyaan kritis, sebelum tulisan ini dituangkan dalam di sini. Pertanyaan unik, dan juga menohok pada penalaran kita. Pertanyaan itu, seakan memberikan koreksi terhadap ketidakhati-hatian kita, saat mengajukan pendapat, atau menyampaikan opini kepada orang lain.

"hati-hati, nanti terjebak pada penyebaran informasi falsu atau hoax atau fake.." ungkapnya lagi. 

Sekali lagi, pertanyaan itu, muncul, dan kemudian sedikit mengganggu penalaran ini. Beberapa detik, penalaran ini, sempat tersendat, dan terangsang untuk menghentikan laju penulisan. Terbayang dan terpikir, "benar juga, ya, jangan-jangan, ini adalah opini sesat dan menyesatkan, dan saya terjebak pada penyebaran informasi palsu kepada masyarakat.."

Pemikiran yang melahirkan keraguan atau kegundahan dalam jiwa.  Cukup lama untuk merenungkan hal seperti ini. Ada wilayah abu-abu muncul dalam pikiran, dan mengganggu keyakinan untuk melanjutkan atau menghentikannya. Ada wilayah keraguan, apakah ini adalah sesuau yang penting atau tidak penting untuk ddituliskan saat ini.

Sekali lagi. Beberapa saat, sempat berhenti.

Hening.

Sampai waktu kemudian, saya melihat anak saya yang tergolek nyenyak dalam tidur. Terbayang di hari pertama dia menjalankan ibadah shaum ramadhan. Usia dia, baru 5 tahun lebih. Perempuan. Bicara pun, belum begitu mampu mengucapkan huruf 'r'. "...Lamadan kali ini, adalah peltama kalinya, dia belajal...."

Dari sinilah, saya tersentak dan tersadarkan. 

Untuk anak seusia itu. Di hari pertama Ramadhan. Gangguan terbesar adalah masalah biologis, fisiologis atau hasrat tubuh. Makan-minum. haus. lapar. Itulah kosa kata tantangan terberat dia. Hingga, sekitar pukul 11.00 WIB, dia merengek begitu kencang ditengah rumah. Kepada sang Ibu dia memohon, dan  kepada yang lain dia pun memelasnya.

"aku lapaaaaaal....." ucapnya berulang kali, sambil meneteskan air mata. "hauuuuusss.." ungkapnya lagi, dengan isakan air mata yang kian menderai di pipinya.

Diucapkan secara berulang-ulang, kurang lebih lima menitan lamanya. Mungkin benar, sekitar lima menitan itu. Tetapi, tangisannya meyayat hati. Bahkan, hampir berbeda pendapat antara diriku dengan ibunya. Dia mengatakan, "biarin aja, belajar sabar dan menahan diri.." sementara diriku mengatakan, "kasihan, dia belum kuat untuk melakukan hal itu.." Sebuah perbedaan pandangan yang lebih disandarkan pada masalah perasaan. Walaupun pada ujungnya, sikapku yang menang, dalam kekalahan. 

"ya, udah, buka saja.." ungkap ibunya, sambil memberikan suapan makanan dan minumena kepada anakku terkecil. Menjalani itu, anakku senang, dan bahagia, dan kemudian malah merasa ngantuk dan tertidur lelap, sampai sore. bahkan tidak mengkonsmsi ap apa-apa lagi, sampai maghrib. Hanya dengan beberapa suap saja, dia kuat lagi melanjutkan belajar puasa Ramadhannya.

"Aku kalah secara mental.." pikirku saat itu, "tapi, ini bentuk tanggungjawabku terhadap anakku sendiri.." ungkapku lagi, terhadap diri sendiri. 

Namun di hari ini. Terhadap sikap yang baru saja dialami  itu, muncul pertanyaan lanjutan. Apakah sikap itu, sebagai bentuk pembenaaran atau kesalahan ? Mengapa ?

Di sinilah kita melihat perkembangannya. Untuk anak-anak kecil, seperti yang teralami anakku tadi, gangguan dan godaannya adalah sangat sederhan, "masalah biologis". 

Terkait masalah biologis, sudah bukan halangan lagi, bagi kakak-kakaknya. Termasuk kita semua, sebagai orang dewasa. Setan, kelihatannya sampai di level ini, sudah tidak mampu lagi menggoda kita dengan pendekatan materi atau biologi. Buktinya sudah sangat jelas, sampai hari ini, masih banyak yang kuasa dan mampu menjalani puasa Ramadhan dengan baik. Tidak batal. Tidak bocor. Masih aman. Ini artinya, strategi setan dalam menggunakan pendekatan biologis, sudah tidak efektif di level ini.

Persoalannya, untuk kelompok sosial sekelas kakaknya atau kita orang dewasa,  strategi setan tidak lagi pendekatan biologis, melainkan pendekatan yang lebih halus.

"sudah, lanjutkan saja puasa, tahan lapar dan dahaga. Mari kita isi, ramadhan ini dengan main game biar kuat sampai sore.." nah, kalau sudah begini, kelompok ini sudah ada di arena yang berbeda dengan anak kecil tadi.

"ah, jangan main game, itu perbuatan sia-sia. Lebih baik, kita melakukan kerja bakti di masjid, biar kita bisa menjadi aktivias masjdi yang rajin di bulan ramadhan.."  Kalau sudah begini, apakah strategi setan atau penjebakan pada keburukan hati dan amal sudah tampak ? 

"subhanallah, jangan riya, kita harus ikhlas beribadah.." ujar nurani ke dalam dirinya, "mari kita belajar ikhlas, dan beribadhalah jangan kelihatan orang lain.." ucapnya sambil membaca kitab suci secara tersembunyi, bahkan kerap kali menghindari dari keramaian sosial lainnya. Dia merasa nyaman dan khusyu ibadah di masjid, atau di rumah sendirian.

Waduh kalau sudah begini, apakah setan sudah jauh dari hati ini, atau malah kian halus kita rasakan ?

"gak, insya allah, kita masih ikhlas,.." ungkapnya lagi, "yang penting jangan ria, diperlihatkan kepada orang lain.." ungkapnya denga penuh kesyahduan di hadapan ilahi.

Dari pojok tersempit setan berujar, "cukup sampaikan saja, dalam tulisan di platform ini., setelah itu, beribadah kembali saja.." bisiknya.

Hati dan pikiran ini, masih terdiam. Ragu dan tersentak !!!! 

Di sebuah pojok kamar, masih ada tulisan "keraguan lahir dari bisikan setan pada setiap pelaku kebajikan.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun