Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Evolusi Strategi Setan

18 Maret 2024   02:35 Diperbarui: 18 Maret 2024   02:46 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diucapkan secara berulang-ulang, kurang lebih lima menitan lamanya. Mungkin benar, sekitar lima menitan itu. Tetapi, tangisannya meyayat hati. Bahkan, hampir berbeda pendapat antara diriku dengan ibunya. Dia mengatakan, "biarin aja, belajar sabar dan menahan diri.." sementara diriku mengatakan, "kasihan, dia belum kuat untuk melakukan hal itu.." Sebuah perbedaan pandangan yang lebih disandarkan pada masalah perasaan. Walaupun pada ujungnya, sikapku yang menang, dalam kekalahan. 

"ya, udah, buka saja.." ungkap ibunya, sambil memberikan suapan makanan dan minumena kepada anakku terkecil. Menjalani itu, anakku senang, dan bahagia, dan kemudian malah merasa ngantuk dan tertidur lelap, sampai sore. bahkan tidak mengkonsmsi ap apa-apa lagi, sampai maghrib. Hanya dengan beberapa suap saja, dia kuat lagi melanjutkan belajar puasa Ramadhannya.

"Aku kalah secara mental.." pikirku saat itu, "tapi, ini bentuk tanggungjawabku terhadap anakku sendiri.." ungkapku lagi, terhadap diri sendiri. 

Namun di hari ini. Terhadap sikap yang baru saja dialami  itu, muncul pertanyaan lanjutan. Apakah sikap itu, sebagai bentuk pembenaaran atau kesalahan ? Mengapa ?

Di sinilah kita melihat perkembangannya. Untuk anak-anak kecil, seperti yang teralami anakku tadi, gangguan dan godaannya adalah sangat sederhan, "masalah biologis". 

Terkait masalah biologis, sudah bukan halangan lagi, bagi kakak-kakaknya. Termasuk kita semua, sebagai orang dewasa. Setan, kelihatannya sampai di level ini, sudah tidak mampu lagi menggoda kita dengan pendekatan materi atau biologi. Buktinya sudah sangat jelas, sampai hari ini, masih banyak yang kuasa dan mampu menjalani puasa Ramadhan dengan baik. Tidak batal. Tidak bocor. Masih aman. Ini artinya, strategi setan dalam menggunakan pendekatan biologis, sudah tidak efektif di level ini.

Persoalannya, untuk kelompok sosial sekelas kakaknya atau kita orang dewasa,  strategi setan tidak lagi pendekatan biologis, melainkan pendekatan yang lebih halus.

"sudah, lanjutkan saja puasa, tahan lapar dan dahaga. Mari kita isi, ramadhan ini dengan main game biar kuat sampai sore.." nah, kalau sudah begini, kelompok ini sudah ada di arena yang berbeda dengan anak kecil tadi.

"ah, jangan main game, itu perbuatan sia-sia. Lebih baik, kita melakukan kerja bakti di masjid, biar kita bisa menjadi aktivias masjdi yang rajin di bulan ramadhan.."  Kalau sudah begini, apakah strategi setan atau penjebakan pada keburukan hati dan amal sudah tampak ? 

"subhanallah, jangan riya, kita harus ikhlas beribadah.." ujar nurani ke dalam dirinya, "mari kita belajar ikhlas, dan beribadhalah jangan kelihatan orang lain.." ucapnya sambil membaca kitab suci secara tersembunyi, bahkan kerap kali menghindari dari keramaian sosial lainnya. Dia merasa nyaman dan khusyu ibadah di masjid, atau di rumah sendirian.

Waduh kalau sudah begini, apakah setan sudah jauh dari hati ini, atau malah kian halus kita rasakan ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun