Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Ramadhan, Meruntuhkan Mitos

13 Maret 2024   04:28 Diperbarui: 13 Maret 2024   06:48 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melawan Mitos (Sumber : pribadi, bing.com) 

Sudah sering kita mendengarnya, "merokok itu tidak bisa dihentikan..". Ungkapan itu, disampaikan oleh para perokok, saat diajak untuk mencoba mengurangi hisapan rokok di setiap harinya. Saking kuatnya keyakinan itu, satu sisi dia meyakini bahwa hal itu tidak bisa dihentikan, dan pada sisi lain, hampir bisa dipastikan dalam setiap harinya, untuk beberapa waktu dalam perjalanan hidupnya, pasti saja harus merokok.

Setidaknya ada ungkapan penjelasan terhadap sikap dan kelakuannya itu. Pertama, kejadian pada teman sekantor, bila telat merokok perasaannya gak nyaman di tubuh, pikiran kacau tidak karuan, dan berpengaruh pada pekerjaannya. Untuk sekedar mengetikkan sesuatu saja, bisa terlaksanakan dengan baik bila sudah berjalan beberapa waktu, dan tumpahan kertas salahnya sudah habis berlembar-lembar.

 "ah, kacau aku, harus berhenti dulu.." pintanya.  Sebuah permintaan, yang yang sering terdengar dan kemudian dikabulkan oleh teman yang lainnnya, dengan maksud untuk memulihkan kondisi mentalnya lagi.

Alasan kedua, saat diajak mengurangi rokok, dia dengan jelas dan tegas, mengatakan, bahwa dalam siklus hidupnya, setiap dua jam sekali jam-biologis tubuhnya akan menagihnya.  Orang lain menilainya, sudah seperti kecanduan atau ketagihan, sehingga tidak bisa meningalkan kebutuhannya tersebut. Alhasil, ya, sudah bisa dipastikan, setiap jam-jam tertentu, pasti saja harus melepaskan waktu kerja hanya untuk melaksanakan kebutuhannya tersebut.

Lebih ekstrim lagi, ada seorang teman, beliau kini sudah pensiunan. Menurut pengakuannya, dalam satu hari, dia bisa saja, menghabiskan 4 -- 5 bungkus rokok dalam sehari. Hampi dipastikan, menurut pengakuannnya, tidak ada detik tersisa, yang dilewatkan untuk merokoknya. 

Bahkan, saking gilangnya  menurut pengakuan dustanya, di perjalanan saja walaupun  naik kendaraan dia akan berusaha untuk menyempatkan merokok. "ah, luar biasa, maniaknya..".

Nah, di sinilah, uniknya. Uniknya bulan suci Ramadhan.

Walaupun hari ini, baru masuk hari kedua. Namun, factual sudah mulai banyak dilihat dan disaksikan bersama.  Mungkin benar, agak sedikit menyiksa bathin dan jasad bagi sejumlah orang. Demikianlah ungkapan  beberapa perokok.

Sakitnya perokok yang ketagihan merokok, mungkin tidak jauh beda dengan ketagihan makan, bagi anak-anak kita yang baru berusia belasa tahun. Baru juga, jam 10-an, mereka sudah merek nangis minta makan dan minum. Gejala dan kejadian itu, tidak jarang terjadi di tengah keluarga kita. 

Sakit memang. Mungkin itulah yang dirasakan oleh pelaku. Bahkan, sakit dan pedihnya, dirasakan pula oleh kita sebagai orangtua, saat melihat anak-anak kita, yang masih dibawah usia, masih pagi buta sudah merengek makan dan minum. 

Sebagai orangtua, kerap kali merasa sedih bila melihat kejadian itu. Minat untuk memberikan Pelajaran hidup disiplin dan kemampuan mengatur diri, berbenturan dengan kebelumsiapannya anak-anak mungil kita dalam mengendalikan kebutuhan biologisnya.

Mungkin jadi kejadian itu, dirasakan pula oleh para perokok.

Namun hal unik dan besar harapan kita. Dengan sejumlah trik dari orangtuanya, sang anak bisa diajak untuk tetap bisa disiplin dan teguh dengan niat semula, yakni belajar berpuasa di bulan suci Ramadhan.

Sekali lagi, kejadian itu, mungkin terjadi dan dirasakan pula oleh para perokok.

Hemat kata dan hemat waktu. Bedug maghrib tiba, dan mereka baru bisa melepaskan haus dan dahaga, serta hasrat untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya. Termasuk mereka yang bermaksud untuk merokok !

Dalam narasi kita tidak dimaksudkan untuk menjelaskan mengenai hukum merokok. Karena hukum merokok di siang hari pada bulan Ramadhan sudah tentu haram, dan bisa membatalkan puasa. 

Hukum Islam sudah jelas sampai pada titik ini, betul kan ! kalau praktek merokoknya sendiri, khususnya di  luar waktu berpuasa, adalah diserahkan kepada pelakunya sendiri.  Pemerintah melalui himbauan dan peringatan resmi sudah disampaikan, dan penjelasan mengenai pentingnya merokok sudah banyak di ulas. Hal itu, tidak menjadi pokok bahasan kita di sini.

Tema kita yang ingin disampaikan itu adalah 'kekuatan motivasi' ternyata mampu mengendalikan hasrat jasmani seseorang. Hal itu tampak pada perokok dan atau anak kecil si pembelajar shaum Ramadhan.  Tampak dan itu adalah kenyataan. Sehubungan hal itu, maka dapat dijelaskan di sini, bahwa pada dasarnya motivasi atau sugesti diri sendiri, merupakan kekuatan dahsyat dalam mengendalikan rasa dan kedahagaan yang dirasakan pribadi. 

Sejumlah prasangka yang sebelumnya hinggap dalam pikiran dan emosi kita, bahwa "tidak bsia meninggalkannya.." jelas adalah sebuah mitos. Setidaknya, pada hari pertama ini, orang dimaksud sudah mampu meninggalkannya semenatra waktu, setidaknya 12 jam berlalu.  Peristiwa itu adalah factual dan kekuatan luar biasa !

Pekerjaan rumah selanjutnya, adalah konsisten untuk bertahan dengan kemampaun awal dalam melawan mitos tersebut !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun