Sebenarnya, ini, adalah pertanyaan, yang aslinya tidak berasal dari diri sendiri. Lebih tepatnya, pertanyaan-pertanyaan ini, bukan pertanyaan sendiri, melainkan pertanyaan dari banyak orang dan banyak pihak, yang diusahakan untuk di rangkai di sini.  Pertanyaan ini, datang dari beberapa orang yang merasa peduli  kepada bangsa dan negara, namun kini dalam posisi sedang berada dirundung duka. Kedukaannya, disebabkan karena kalah dalam kompetisi politik lima tahunan beberapa hari kemarin.
Betul. Hanya karena kekalahan itulah, kemudian, pertanyaan-pertanyaan ini muncul, dan dialamatkan kepada kita. Â Kepada kita, bukan aku, atau kamu saja, melainkan kepada kita semua. Â Tetapi, kenapa aku yang menuliskannya ? alasannya sih, sangat sederhama, karena mereka menanggap bahwa jari inilah yang memiliki keterampilan menulis dan menuangkan pertanyaan. Sehingga, kadang-kadang pertanyaan orang lain, di kemas sedemikian rupa, sehingga seakan-akan menjadi pertanyaan pribadi. Atau, malahan, pertanyaan diri sendiri, tetapi di kemas dengan bahasa tertentu, sehingga seakan-akan menjadi pertanyaan orang lain.
Ah, entahlah. Itu semua bergantung pada pembaca sekalian. Tetapi, memang, sebagai seorang yang berada di lembaga pendidikan, walaupun sekedar di dunia persekolahan, pertanyaan serius itu kerap kali muncul dan muncul terus. Mereka mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk bertanya, dan sekaligus mempertanyakan.
Awal mulanya, mereka bertanya dan mempertanyakan, dalam kekisruhan situasi yang ada saat ini, misalnya masalah beras, atau kenaikan sebagian harga bahan pokok, dimanakah posisi Mahasiswa 2024 ? apakah, karena alasan, banyak pengganti karbo, maka kenaikan harga beras dianggap wajar, dan kemudian diberi alternatif untuk mengkonsumsi karbo yang lain ?Â
entahlah....
mereka juga bertanya dan mempertanyakan, dalam kekisruhan pemilu, khususnya terkait dengan kedinastian, yang terjadi hari ini, dimanakah posisi Mahasiswa 2024 ? apakah, karena elit kedinastian itu diminati masyarakat, maka kemudian istilah nepotisme itu menjadi sesuatu yang wajar, dan bisa diterima oleh nalar mahasiswa ?
entahlah....
mereka juga bertanya dan mempertanyakan, dalam kekisruhan lingkungan, khususnya terkait dengan eksploitas barang tambang atau alih fungsi lahan yang terjadi selama ini, dimanakah posisi Mahasiswa 2024 ? apakah karena dianggap memberikan keuntungan kepada negara, walaupun kontriversial mengenai prosentasenya, maka kemudian gejala itu harus dimaklum demi masa depan investasi di negara kita ?
entahlah...
mereka juga bertanya dan mempertanyakan, dalam kekisruhan migrasi pabri dari negeri orang, termasuk pabrik sendok atau pabrik lainnya ke negeri kita, dimanakah posisi Mahasiswa 2024 ? apakah karena dilatari oleh alasan demi investasi jangka panjang dan lapangan kerja, maka semua itu adalah wajib diterima rakyat Indonesia, kendati ada potensi menggilas usaha kecil dan menengah dalam negeri , maka migrasi besar-besaran industri global ke dalam negeri adalah sebuah keniscayaan ?
entahlah....
mereka juga bertanya dan mempertanyakan, dalam kekisruhan pesta demokrasi yang terjadi di tengah masyarakat, dimanakah posisi mahasiswa 2024 ? apakah tekanan politik dan intimidasi kepada elit kampus atau analis serta pengamat dengan alasan untuk menjaga kestabilan bangsa dan negara, penegakkan hukum serta  undang-undang informasi serta transaksi elektronik, bahkan menjunjung martabat simbol negara, maka semua itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar  ?
entahlah....
mereka juga bertanya dan mempertanyakan, jangankan memperjuangkan aspirasi dan kemerdekaan berbicara, hanya untuk sekedar menulis artikel di kolom pun, sensornya sangat ketat, dimanakah posisi Mahasiswa 2024 ? apakah karena demi menjaga kerukunan dan keharmonisan di tengah masyarakat, dan menghindari kegaduhan, maka pembatasan suara adalah sesuatu yang bisa di terima ?
entahlah...
mereka juga bertanya dan mempertanyakan, karena banyaknya masalah dan permasalahan, sehingga merasa jelimet mengurai masalah kebangsaan ini, dimanakah posisi Mahasiswa 2024 ? apakah, karena untuk menghindari kepusingan sendiri, mereka lebih baik menikmati gadgetnya yang dicapnya sebagai merk-generasi abad ini ?
entahlah...
mereka pun  bertanya dan mempertanyakan, ketika rakyat dibiarkan menerima kenyataan, dan elit politik merekayasa kenyataan, dimanakah posisi Mahasiswa 2024 ? apakah karena demi studi dan kewajiban akademiknya, mereka boleh menikmati kenyamanan bangku kuliah, tanpa bergelut dengan perjuangan nyata di masyarakat ?
entahlah...
saat masyarakat dibingungkan, hari ini, banyak yang menyudutkan pemerintah seakan sebagai sumber masalah, dan pengkritik  memosisikan dirinya sebagai kelompok pembenar, dimanakah posisi Mahasiswa 2024 ? apakah karena melihat, bahwa masyarakat dianggap cuek dengan suami itu, sehingga realitas konflik politik itu, sekedar dianggap dinamika sesaat saja, maka rakyat pun dibiarkan untuk bingung dengan kebingunan ini ?
entahlah....Â
mereka pun, akhirnya, malah untuk bertanya dan mempertanyakan, dimana posisi Mahasiswa 2024, karena terbacanya, semuanya sudah berada dalam kolam yang sama, yaitu euporia kemenangan pesta demokrasi 2024, demi menyongsong Indonesia Maju, Indonesia Emas 2045,
tapi, itu pun, masih ada celetukan, entahlah....Â
Lha, masih perlu ditegaskan pula, bahwa mahasiswa itu bukan satu-satunya pemilik bangsa ini, dan bukan pula pemegang otoritas. Mahasiswa, adalah bagian dari pejuang bangsa, yang kerap berada di barisan rakyat. Banyak yang bisa dilakukan mahasiswa, tetapi tidak semua masalah kebangsaan, bisa dilakukan oleh mahasiswa. Itu catatan yang kami punya. tetapi, untuk saat ini, memang sekedar bertanya, di mana posisi Mahasiswa 2024 ?
entahlah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H