Terakhir, yang menarik untuk dibincangkan, yakni keberadaannya sebuah ide atau gagasan otentik. Gagasan otentik itu, adalah gagasan yang hadir dari diri sendiri, atau nurani, atau kesadaran dirinya terhadap masalah yang dihadapinya.Â
Setiap orang memiliki waktu untuk belajar dan merefleksikan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Dengan waktu dan kemampuannya itu, maka seseorang dapat menghadirkan gagasan otentik mengenai sesuatu hal, termasuk urusan pangan, politik, ekonomi, pajak, atau demokrasi dan lain sebagainya. Manusia otentik adalah orang yang bisa menjadi diri sendiri. Ide otentik pun, adalah ide yang lahir dari sebuah kesadaran hasil refleksi.
Ah, di luar tiga hal itu, saya ingin menyebut satu istilah lagi, yaitu ide atau gagasan duplikatif, atau replikatif. Maksudnya, untuk zaman sekarang ini, rasanya, kita akan dihadapkan pada ragam sumber ide dan gagasan. Â Dengan adanya keragaman ide dan gagasan itu, kita akan dapat dengan mudah membaca, menelaah, belajar dan atau mencontek ide atau gagasan itu dalam memecahkan masalah yang kita hadapi sendiri atau hadapi bersama.
Seperti yang dituliskan di sini. Pada dasarnya, istilah otentik dan kosmetik, bukanlah ide otentik penulis. Istilah itu, kita dapatkan di media sosial atau sumber  lainnya. Tetapi, pada saat kita coba telaah, dan renungkan kembali, ternyata jenis ide dan kemampuan manusia dalam melahirkan ide itu, tidak sekedar dipilah menjadi otentik dan kosmetik, tetapi ada juga yang mekanik dan replikatif.Â
Apa maksudnya ya...? dapat disebut ide duplikatif, manakala seseorang mampu mengembangkan pemaknaan, atau penafsiran atau penjelasan lanjutan, dari konsep dasar yang sudah digagas orang lain. Kita  menggunakan gagasan orang lain, untuk penguatan pemahaman atau gagasan yang kita miliki saat ini. Artinya, istilahnya kita gunakan, tetapi pemaknaan kita kembangkan. Itulah replikasi !
Tetapi, dalam praktek selanjutnya,  bisa jadi, saat pembaca menelaah gagasan ini pun, akan lahir jenis ide atau gagasan lain, yang bisa memperkaya wawasan dan kematangan kita dalam berpikir.  Kalau kita sudah merasakan seperti ini, jangan-jangan, ada juga  jenis ide yang sifatnya inkubatif.Â
Maksudnya apa ? semula idenya kecil atau satu, tetapi malah memamah biak, tambah banyak, tambah luas, dan tambah liar lagi, tanpa kendali.Â
Wah kalau begitu, ada banyak dong jenis ide dalam kehidupan manusia ini ?
Stop...stop dulu ! terlalu panjang nanti tulisan ini..... Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H