Ada jejak lain, yang akan menjadi gambaran mengenai karakter seseorang. Jejak yang kita maksudkan ini, adalah karakter sosial (social foot print).  Jejak digital akan membentuk persepsi sesuai dengan informasi digitalnya, sedangkan jejak sosial akan membentuk persepsi seseorang sesuai dengan informasi faktualnya di masyarakat.
Hadirnya sejumlah baligo yang terkait dengan informasi dan promosi kandidat, baik kandidat presiden maupun kandidat wakil rakyat, adalah kumpulan informasi yang bisa membangun citra seseorang dibenak masyarakat. Bisa jadi, hal seperti itu, lebih merupakan jejak digital seseorang melalui media informasi tersebut.
Tetapi, sadarkan kita, bahwa kehadiran kita, bukan sekedar ada di dunia maya, dan bukan hanya didunia digital atau di dunia media sosial. Kehadiran kita, sejatinya ada di tengah-tengah masyarakat. Â Dunia nyata, sebagaimana yang dialami oleh masyarakat di sekitar kita akan memberikan persepsinya tentang diri kita, sesuai dengan jejak sosial yang kita tinggalkan.
Sayangnya memang, Â kemampuan penyebaran jejak sosial relatif lebih terbatas. Terbatas, karena sebaran pemahaman mengenai jejak sosial, lebih banyak dimiliki oleh orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya. Sedangkan, jejak digital, bisa menyebar luas tanpa kendali dan menyebar tanpa mengenali ruang waktu, dan batas geografi. Â Jejak digital bisa dihapus secara elektronik, dan atau disangkal mengenai keasliannya, sedangkan jejak sosial, akan abadi dalam kenangan dan sejarah keadaban masyarakat yang terlibat didalamnya.
Di situlah problemanya, dan itulah daya tarik dan daya rusaknya !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H