Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menua dan Menyapi

24 November 2023   05:05 Diperbarui: 24 November 2023   05:49 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boleh jadi, setiap orang sudah paham. Bahwa sebagai makhluk hidup, akan berkembang secara berkelanjutan. Ada fase lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan kemudian tua. Proses dan perjalanan hidup ini, dapat kita saksikan bersama. Semua orang, dan semua makhluk hidup, baik itu hewan maupun tumbuhan.

Bagi kalangan akademisi, kejadian dan gejala itu sudah dipahami bersama. Mereka menyebutnya satu proses evolusi (biologis). Untuk kalangan sosial dan psikolog pun, sudah biasa menggunakan teori ini sebagai salah satu cara memahami perkembangan dan perubahan manusia. Karena itu ada yang disebut teori evolusi sosial atau evolusi kepribadian manusia.

Namun demikian, kita sadar, setidaknya penulis, bahwa penerapan konsep ini, tidak banyak yang bisa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, cukup banyak masalah keseharian kita yang menunjukkan gejala-gejala serupa itu, yakni adanya perubahan dan perkembangan yang bersifat evolutif.

Secara umum, perkembangan itu bertahap, mulai fase lahir, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan mati. Tetapi, dalam praktiknya, tidak semua orang mengalami seluruh fase tersebut. Ada yang baru lahir, kemudian masuk fase mati. Ada yang mampu melewati fase anak-anak, sampai remaja, kemudian meninggal. NAmun ada pula yang sempurna, melalui seluruh tahapan tersebut. Lebih heboh dan luar biasa lagi, ada yang mengalami fase tuanya cukup dan sangat panjang, sehingga mendapat gelar manusia lanjut usia berusia panjang.

Apa yang menarik dengan gejala kehidupan harian ?

Ada sebuah ajaran yang disampaikan dalam Kitab Suci Agama Budha, yang berbunyi :

Appassutyam puriso, balibaddhova jrati; mamsni tassa vahanti, pa tassa na vahati. 

Orang yang tidak mau belajar akan menjadi tua seperti sapi, dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak berkembang. (Kitab Dammapada, Jara Vagga : 152)

Pesan moral yang dapat kita petik, satu diantara sekian pemaknaan terhadap ajaran Budha ini, adalah ternyata ada indikasi ketimpangan dalam menjalani proses perkembangan hidup.

Misalnya. Ini sekedar misal. Orang bisa saja, mengaku sekolah sampai jenjang perguruan tinggi, dan setinggi langit. Tetapi kematangan intelektualitas atau  kewarasannya, terbatas. Bisa jadi, orang serupa itulah, yang disindir dalam sabda tersebut.

Atau, contoh lainnya, ini juga misal. Ada yang merasa berpengalaman dalam berpolitik puuhan tahun atau beberapa periode fase politik, namun kematangan dan kewarasan demokrasinya tumpul. Maka orang seperti ini pun, dapat disebut sebagai manusia yang  menua, namun mirip sapi. Menua dan menyapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun