Morfometrik adalah merupakan ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku tubuh ikan. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat emnas ikan. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan millimeter atau centimeter, ukuran yang dihasilkan dari pengukuran morfometrik disebut ukuran mutlak.Â
Pengukuran morfometrik merupakan beberapa pengukuran standar yang digunakan pada ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor. Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang penting dalam mendekripsikan jenis ikan.Â
Sedangkan meristik ialah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi et al. 1992).
Morfometrik ikan adalah merupakan jarak antara suatu bagian tubuh dengan bagian yang lainnya. Karakteristik meristik berkenaan dengan jumlah bagian tubuh (Counting Methods). meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan (Resmayeti 1994). Data yang dihasilkan dari ciri morfometrik bersifat kontinyu. Data tersebut selanjutnya dapat diolah dan dianalisa melalui pendekatan statistik, sedangkan data yang dihasilkan dari ciri meristik bersifat data diskret (Turan 1998). Â
Tongkol komo atau yang dikenal dengan nama ilmiah Euthynnus affinis serta dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama kawa-kawa termasuk dalam famili Scombridae. Ikan tongkol memiliki karakteristik sebagai ikan pelagis, hidup dengan membentuk gerombolan, tipe perenang cepat, dan pemakan daging (karnivora). Pada tahun 2010, volume ekspor komoditi tuna, cakalang dan tongkol mencapai sebesar 122.450 ton (Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2011).
Dalam perhitungan morfometrik dan meristik ini dengan mengetahui morfologi dan ciri ikan ikan tongkol komo (Euthynnus affinis) diantaranya adalah bentuk mulut, bentuk tubuh, dan ciri khusus pada ikan dll, berukuran memanjang, sedang dan seperti torpedo, memiliki dua sirip punggung yang dipisahkan oleh celah sempit Sirip punggung pertama diikuti oleh celah sempit, sirip punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahan. Ikan tongkol komo tidak memiliki gelembung renang.Â
Warna tubuh di bagian belakang ikan ini adalah kebiruan gelap dan di sisi tubuh dan perut berwarna putih keperakan. Pengamatan ciri morfologi yang diamati meliputi bentuk tubuh, bentuk mulut, posisi mulut, ada atau tidaknya sisik, bentuk sirip ekor, ciri khusus pada ikan.Â
Pengukuran ciri morfometrik, meliputi panjang total, panjang kepala, tinggi kepala, lebar kepala, panjang predorsal, panjang prepectoral, panjang hidung, jarak interorbital, panjang operculum, panjang rahang atas dan bawah, dll.Â
Penghitungan jumlah ciri meristik pada ikan antara lain meliputi jumlah jari-jari (keras atau lemah) sirip punggung, ekor, dubur, dada, dan perut. tubuh ikan tongkol komo berbentuk fusiform atau torpedo.Â
Bentuk tubuh ini menyesuaikan dengan karakteristik ikan tongkol komo sebagai ikan pelagis dimana terdapat bentuk garis untuk bergerak dalam perairan dalam tanpa mengalami banyak kendala. Hal ini sesuai dengan pernyataan Oktaviani (2008). Pengukuran karakter morfometrik dilakukan secara kualitatif dengan mengamati dan mengukur langsung pada ikan tongkol komo yang dijadikan objek pengamatan.Â
Pengukuran karakter  morfometrik pada ikan tongkol komo adalah mengukur panjang total, yaitu jarak antara ujung bagian depan kepala dengan ujung ekor paling jauh, panjang kepala yaitu jarak antara ujung depan kepala dengan ujung belakang potongan penutup insang (Operculum), Tinggi badan, yaitu Jarak tertinggi antara punggung dan perut, Tinggi dorsal, yaitu Jarak tertinggi antara ujung sirip punggung dan pangkal sirip punggung Menurut Yusnaini et al. (2010) mengemukakan bahwa pengukuran morfometrik adalah pengukuran yang dilakukan dari satu titik ke titik lainnya tanpa melewati lengkungan tubuh.Â
Metode pengukuran ikan meliputi panjang standar, moncong/bibir, sirip punggung atau tinggi dan ekor. Ikan tongkol komo memiliki beragam karakteristik tubuh sehingga bentuk dan ukuran tubuhnya berbeda.Â
Pengukuran karakter meristik dilakukan secara kualitatif dengan mengamati dan mengukur langsung pada ikan tongkol komo yang dijadikan objek pengamatan. Pengukuran karakter meristik pada ikan tongkol komo adalah mengukur. Jumlah jari-jari sirip punggung pertama Jumlah jari saat keras, melemah dan lemah pada sirip punggung pertam, Jumlah jari-jari sirip punggung kedua Jumlah jari keras, lemah dan lemah pada sirip punggung kedua. Jumlah jari-jari sirip dubur Jumlah jari saat keras, melemah dan lemah pada sirip dubur.Â
Jumlah finlets Jumlah sirip tambahan di belakang sirip punggung dan sirip dubur. memiliki jumlah jari-jari sirip punggung pertama, jumlah jari-jari sirip punggung kedua dan jari-jari sirip dubur yang sama.Â
Sedangkan untuk jumlah finlet tongkol komo B memiliki jumlah finlet yang lebih banyak yaitu 14. Pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah jari pada sirip yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu jari-jari sirip keras dan jari-jari sirip lemah dan mengeras.Â
Jari-jari sirip keras umumnya tidak bengkok, padat (tidak berlubang), dan tidak bisa ditekuk. Biasanya jari-jari keras ini berupa duri dan dalam bentuk alat untuk mempertahankan diri. Sedangkan jari-jari lemah mengeras kurang lebih seperti tulang rawan, mudah ditekuk dan memiliki buku.Â
Faktor ekologis juga berperan dalam memengaruhi variasi morfologi tubuh dalam kelompok ikan, termasuk suhu, salinitas, oksigen terlarut, kedalaman air, kecepatan aliran (Bilici et al. 2010). spesies yang berhasil terhadap faktor fisik-kimia dari badan air dengan mengembangkan kemampuan untuk menempati area yang memiliki beragam kondisi hidrologi (Pyron et al. 2007).
Dosen pembimbingÂ
Muliani, S.pi, M.si
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H