Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Korean Enthusiast | Cerebral Palsy Disability Survivor

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com www.wahkorea.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Buta Mata, Bukan Buta Hati

25 Oktober 2024   14:53 Diperbarui: 25 Oktober 2024   14:54 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marak terjadi kasus penipuan yang mirip korupsi kecil-kecilan. Bahkan pada lingkup terkecil semisal kehidupan bertetangga. Korbannya tentu saja yang dianggap lemah. Contohnya teman-teman disabilitas.

Sudah pekerjaanku sebagai jurnalis, untuk mengungkap kasus ini lewat investigasi. Beginilah caraku menyambung hidup sebagai mahasiswa kampus. Jika dimuat, maka aku akan dapat tambahan uang jajan. Biarpun tak banyak jumlahnya, tapi bagiku yang penting halal. 

Aku mewawancarai sebuah komunitas disabilitas di kotaku. Tak susah mencari mereka sekarang. Soalnya komunitas seperti ini, biasanya sudah melek media sosial. Maka aku pun menemui anggota salah satu komunitas.

Rumahnya tepat berada di muka sebuah gang. Dari kejauhan, kulihat bapak-bapak tua sedang duduk. Perawakannya agak gemuk. Mungkin usianya tak berbeda jauh dari ayah.

Dia mengenakan peci berwarna hitam. Aku mendekati bapak itu perlahan. Tak kuduga bapak malah tersenyum manis. Seakan tahu kedatanganku.

“Silahkan duduk, Nak. Sudah ditunggu dari tadi, “ Bapak itu mempersilahkan. Setelah memperkenalkan diri, aku pun menyampaikan maksud dan tujuan untuk mewawancarainya. Kukatakan pada beliau kalau aku dari tim jurnalis kampus. Bapak itu kembali tersenyum ramah.

“Apakah Bapak pernah mengalami penipuan?” tanyaku memulai wawancara. Mendengarnya beliau malah tertawa terbahak-bahak. Rata-rata dari mereka, para disabilitas netra, sering menjadi korban penipuan.

“Ya, pastilah mbak. Namanya juga orang buta, “ jawab bapak itu. Dia bernama Pak Mamad, seorang disabilitas netra yang sakit katarak. Sudah beberapa tahun ini, beliau tidak bisa melihat lagi.

“Dulu pas masih awal-awal buta, bapak pernah ditipu sama ojol.” cerita Pak Mamad. Karena baru mengalami kebutaan, Pak Mamad mengaku sulit untuk berpergian. Dirinya pun memesan ojol untuk pulang ke rumah.

Dikatakan sesudah dia diantar pulang, supir ojol meminta uang ongkosnya. Pak Mamad langsung menyerahkan dompet. Meminta si supir untuk mengambil sendiri uang dari sana. Ternyata si supir mengambil ongkos lebih dari yang seharusnya. Pak Mamad ingat betul jumlah ongkosnya hanya Rp. 14.000. Tapi supir ojolnya mengambil uang Rp. 30.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun